radarmiliter.com - Filipina mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai ratusan kapal milisi maritim China yang mereka temukan di perairan Laut China Selatan (LCS) bulan ini. Hal itu menjadi salah satu contoh ketegangan yang terjadi di perairan strategis tersebut.
Pada Sabtu (20/3) malam, Pasukan Penjaga Pantai Filipina melaporkan mereka menemukan 220 kapal yang diyakini diawaki personel milisi maritim China. Gugus tugas pemerintah Filipina mengatakan pada 7 Maret lalu, mereka melihat kapal-kapal tersebut berjajar seperti membentuk sebuah formasi.
Di media sosial Twitter, Menteri Luar Negeri Teodoro Locsin ditanya apakah akan mengajukan protes diplomatik mengenai kemunculan kapal-kapal tersebut. "Hanya bila para jenderal meminta saya melakukannya, dalam pengawasan saya kebijakan luar negeri adalah tinju besi angkatan bersenjata," jawabnya.
Gugus Tugas Pasukan Nasional untuk Laut Filipina Barat mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai penangkapan ikan dan kerusakan lingkungan di Laut China Selatan. Mereka juga khawatir dengan risiko terhadap keselamatan navigasi.
Kementerian Luar Negeri China belum merespons permintaan komentar mengenai hal ini. Panggilan telepon ke Kedutaan Besar China di Manila juga tidak ada yang menjawab.
Pada tahun 2016, pengadilan internasional membantah klaim China atas 90 persen Laut China Selatan tapi Beijing tidak mengakui putusan tersebut. Beberapa tahun terakhir, China membangun pulau-pulau kecil di perairan tersebut mendirikan jalur udara di beberapa pulau.
Taiwan, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Brunei juga mengklaim di perairan tersebut. Pada bulan Januari lalu Filipina mengajukan protes atas undang-undang baru China yang mengizinkan pasukan penjaga pantainya menembak kapal asing yang dianggap 'mengancam perang'.
Amerika Serikat (AS) berulang kali mengecam apa yang mereka sebut upaya China merundung negara-negara tetangganya demi kepentingannya sendiri. Sementara, Beijing mengkritik Washington atas apa yang mereka sebut intervensi terhadap urusan dalam negeri negara lain.
Gugus tugas pemerintah Filipina mengatakan kapal-kapal China terlihat di Julian Felipe Reef yang juga dikenal Whitsun Reef yang terletak di zona ekonomi eksklusif Filipina. "Terumbu karang dangkal berbentuk boomerang di di timur laut Tepian dan Terumbu Karang Pagkakaisa," kata gugus tugas.
"Walaupun saat itu cuaca sedang cerah, kapal-kapal China berkumpul untuk menunjukkan aktivitas penangkapan ikan dan lampu putih mereka menyala saat malam hari," tambah gugus tugas tersebut dalam pernyataan mereka.
Filipina berjanji untuk terus memantau perkembangan situasi di Laut China Selatan. Lalu menjalankan inisiatif perlindungan lingkungan, keamanan pangan, dan kebebasan navigasi di Laut China Selatan dengan damai dan proaktif.
Sumber : republika.co.id