Rusia Uji Amunisi Anti-Drone Baru untuk Senjata Artileri - Radar Militer

05 Maret 2021

Rusia Uji Amunisi Anti-Drone Baru untuk Senjata Artileri

radarmiliter.com - Amunisi baru ini akan meningkatkan kemampuan tempur senjata artileri ringan sehingga tidak hanya bisa melawan semua target yang terbang rendah, tetapi juga "melumpuhkan" tank modern.
Sistem senjata artileri antipesawat 'Derivatsiya' akan menerima amunisi baru dengan proyektil multiguna, penembus lapis baja, dan subkaliber berpemandu pada 2022, sebagaimana disampaikan layanan pers perusahaan Uralvagonzavod, produsen tank tempur utama Rusia yang memonopoli pasar tank dalam negeri.
Pembuatan sistem senjata antipesawat gerak mandiri ini didasarkan pada sasis kendaraan infanteri BMP-3 dan dilengkapi dengan modul meriam otomatis 57 mm. Meriam ini mampu menembakkan amunisi dengan ledakan jarak jauh dan sangat efektif terhadap target udara yang terbang rendah.
Derivatsiya
Derivatsiya
Selain dirancang untuk memerangi drone, rudal jelajah, dan senjata pesawat di ketinggian rendah, kendaraan tempur ini juga mampu melenyapkan target darat.
“Kaliber maksimum unit artileri yang bisa dipasang pada sistem kendali elektroniknya adalah 57 milimeter. Jika kita mempertimbangkan kepadatan dan akurasi laju tembakan Derivatsiya, bisa dikatakan bahwa proyektil berpemandu tersebut akan meningkatkan daya tembak sebuah unit secara drastis,” ujar seorang sumber, ahli di kompleks industri militer yang meminta namanya tidak disebutkan.
Menurutnya, penambahan proyektil berpemandu ini ke sistem persenjataan Derivatsiya akan menjadikannya ancaman besar, bahkan untuk tank tempur di medan perang sekalipun.
“Menembak tank lapis baja dengan proyektil 57 mm akan melumpuhkan sistem elektroniknya dan membuatnya rentan terhadap sistem senjata Rusia lainnya,” ujar sang ahli.
Sementara itu, penambahan sistem amunisi ini juga akan meningkatkan kemampuan ' Derivatsiya dalam pertempuran.
"Kini, selain mampu menyerang target udara di ketinggian rendah, senjata ini juga dapat menargetkan kendaraan lapis baja dan pos terdepan musuh di medan perang," tegasnya.
Menurutnya, berkat sistem pengintai dan pemanduberteknologi optoelektronik, serta sistem kendali penembakan yang canggih, Derivatsiya tidak memerlukan stasiun radar untuk menyelubungi posisinya dari musuh.
"Selain itu, dengan didukung saluran pencitraan jarak jauh dan termal yang dapat secara efektif menemukan target dalam segala kondisi cuaca tanpa membuka kedok unit ke musuh," pungkas sang ahli.
Spesifikasi
Dengan kecepatan tembak 120 peluru per menit, Derivatsiya mampu meluncurkan seluruh baris proyektil dan langsung meledakkannya sehingga pecahan-pecahan bagian peluru akan memusnahkan drone di sekitarnya.
Dalam hal jangkauan, Derivatsiya sebanding dengan rudal antitank berpemandu milik NATO ‘UMTAS’ dan peluru pintar ‘Roketsan MAM-C dan MAM-L’ yang digunakan Angkatan Udara Turki di Timur Tengah.
Salah satu kelebihan khusus meriam AU-220M ‘Derivatsiya’ adalah modularitasnya. Sederhananya, senjata ini dapat dipasang baik pada alat berat, dalam platform roda rantai multi-ton atau kapal, serta pada kendaraan tempur infanteri BRM-3 atau kendaraan pengintai BRM-3K.
“Ada juga versi AU-220M untuk pesawat angkut. Senjata ini mampu menyetarakan kekuatan tempur pesawat angkut militer Rusia Il-76 atau An-12 dengan C-130 Hercules Amerika Serikat. Untuk keperluan ini, Derivatsiya dibuat dalam kaliber 30 dan 105 mm,” jelas sang sumber. (Igor Rozin)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb