Tank AMX-13 TNI AD |
Ketika pada 1960-1963 pemerintah RI melancarkan Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat (Papua) dari tangan Belanda, demi memenuhi kebutuhan persenjataan, berbagai senjata berat dibeli dari sejumlah negara.
Pembelian persenjataan di tahun itu sebagian besar dibeli dari Uni Soviet (Rusia) dan sejumlah negara lain seperti Prancis.
Pasca PD II tidak seperti negara-negara Eropa lainnya, Prancis walau sebagai pendiri dan pernah keluar dari NATO tidak serta merta menjadi sekutu AS sehingga bisa menjual persenjataannya ke Indonesia dengan lebih leluasa.
Persenjataan yang dibeli oleh Indonesia dengan kuantitas yang cukup besar dari Prancis demi mendukung Operasi Trikora. Disebutkan ada 400-an unit AMX-13 di lingkungan TNI AD dalam beragam varian, Wikipedia menyebut TNI AD punya 275 AMX-13 versi kanon. Tank AMX-13 pada tahun 1960-an merupakan kendaraan tempur (ranpur) lapis baja paling modern dikelasnya.
Tank-tank AMX-13 Indonesia yang dioperasikan oleh batalyon-kavaleri TNI AD dan kemudian banyak ‘menganggur’ karena Operasi Trikora berakhir secara damai tetap berusaha dipelihara dengan baik dan belakangan diremajakan (retrofit).
Meski sejumlah tank AMX-13 beberapa telah dijadikan monumen, ternyata masih banyak tank AMX-13 yang terawat dengan baik dan dalam kondisi bagus sehingga proses peremajaan bisa lebih mudah dilakukan.
Proses peremajaan tank-tank AMX-13 dilaksanakan oleh Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan TNI AD, Bandung dan PT Pindad yang juga berlokasi di Bandung sehingga makin mempermudah proses kerjasama.
PT Pindad yang sudah memproduksi ratusan ranpur seperti panser Anoa dan rantis Komodo, sama sekali tidak mengalami kesulitan melakukan program retrofit karena juga memiliki target memproduksi tank secara mandiri yakni Medium Tank kerjasama dengan FNSS Turki.
Tujuan menyegarkan tank AMX-13 kembali adalah agar mesin-mesin perang yang aslinya sudah berteknologi maju itu bisa dioperasikan hingga 20 tahun lagi.
Untuk program retrofit pada AMX-13 dilakukan pada penggantian mesin yang semula menggunakan bahan bakar bensin diganti dengan mesin diesel berbahan bakar solar.
Pasalnya, tank berbahan bakar bensin sebenarnya memiliki resiko tinggi dalam perang karena mudah terbakar dan memakan bahan bakar yang lebih boros.
Apalagi penggunaan bahan bakar bensin untuk tank sebenarnya lebih cocok di medan perang negara bermusim dingin dengan tujuan agar lebih mudah dinyalakan mesinnya.
Untuk negara tropis, operasional tank lebih cocok yang menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar karena lebih irit dan tidak mudah terbakar.
Selain retrofit para bagian mesin dan komponen terkait lainnya, AMX-13 juga mengalami reftrofit pada bagian persenjataan dengan cara mengganti meriamnya dengan kaliber yang lebih besar 105mm dari meriam semula 75mm dan lebih canggih sesuai kebutuhan pertempuran di era sekarang.
Salah satu sistem senjata baru yang dipasang pada AMX-13 adalah sistem pemandu tembak Remote Weapon System (RWS) yang terintegrasi ke meriam, senapan mesin, dan kanon kaliber 20 mm tank AMX-13 sehingga hasil tembakannya ke target menjadi sangat akurat.
Dengan program retrofit itu, tank-tank AMX-13 TNI AD yang seharusnya menjadi besi tua seperti tank-tank AMX-13 yang diperasikan negara lain, masih bisa dioperasikan dalam pertempuran modern sesuai kebutuhan operasi.
Program retrofit bahkan menjadi tank-tank AMX-13 TNI AD menjadi makin ‘gahari’ berkat sistem persenjataan baru yang dimiliki.
Spesifikasi AMX-13 :
- Tipe : tank ringan
- Produsen : Atelier de Construction d’Issy-les-Moulineaux
- Berat tempur : 14.5 ton
- Panjang : 6.35 meter
- Lebar : 2.51 meter
- Tinggi : 2.35 meter
- Awak : 3 orang (komandan, penembak dan pengemudi)
- Senjata Kanon : 75 mm / 90 mm / 105 mm - 75 mm dengan 32 amunisi.
- Senapan mesin : kaliber 7,62 mm dengan 3600 peluru
- Mesin : SOFAM Model 8Gxb 8-cyl. water-cooled petrol250 hp (190 kW) - kini sudah dilakukan upgrade dengan mesin diesel buatan Detroit.
- Suspensi : torsi bar
- Jarak tempuh : 400 km
- Kecepatan : 60 km per jam
Sumber : http://intisari.grid.id