Pantsir S-1 Rusia |
Hingga tulisan ini dibuat, belum juga ada kejelasan tentang kelanjutan rencana pengadaan rudal hanud jarak menengah untuk Arhanud TNI. Alih-alih kabar pengadaan alutsista hanud justru masih berkutat di zona SHORAD (Short Range Air Defence). Arhanud TNI AD dalam majalah internal Caraka Hanud edisi Januari 2011 bahkan sudah menyebut kebutuhan untuk hadirnya sista hanud jarak menengah guna melengkapi poin defence dalam melindungi obyek vital nasional.
Atas dasar kemampuan pesawat tempur/pembom yang kini dapat standoff (jarak pelepasan senjata ke target) amunisi pintar yang semakin jauh di luar kemampuan MANPADS dan kanon untuk menjangkau pesawat pembawanya, maka hadirnya rudal hanud jarak menengah mutlak diperlukan. Belum lagi belajar dari pengalaman Perang Teluk, saat rudal hanud Patriot dapat menangkal/menghancurkan sebagian besar serangan rudal Scud jauh di ketinggian langit, sehingga dapat meminimalkan efek ledakan ke daratan.
Nama-nama sistem rudal hanud jarak menengah sudah berseliweran di jagad netizen. Yang paling banyak disebut netizen Indonesia adalah S-300. Rudal ini memang tengah dilirik Indonesia, meski belum ada action plan lebih lanjut untuk pengadaannya. Nama lainnya yang santer disebut adalah Pantsir S-1. Ketimbang S-300, Pantsir S-1 lebih realistis untuk kelak diadopsi TNI, pasalnya wahana pembawa (platform ) Pantsir S-1 yang ditawarkan berupa truk 8×8 kapasitas 12-14 ton yang punya padanan versi sipil.
Pantsir S-1 juga dianggap ideal untuk postur hanud Indonesia, dimana Pantsir yang mengusung konsep hybrid juga mengedepankan unsur SHORAD lewat adanya kanon empat laras kaliber 30 mm. Sementara kebutuhan hanud jarak menengah hadir lewat konfigurasi rudal 57E6. Baik kanon dan rudal dikemas dalam satu wahana, plus platform dapat bergerak mandiri dengan, generator, perangkat sensor, ruang kendali FCS (fire control system) dan radar yang kesemuanya terigentegrasi dalam kontainer di satu truk. Ini menjadikan pola deploy Pantsir S-1 lebih efisien dan cepat. Coba bandingkan dengan sistem senjata SHORAD MANPADS Arhanud TNI AD yang unit peluncur, unit radar, dan unit generator semuanya saling terpisah. Meski Pantsir S-1 dapat beroperasi mandiri, namun untuk meng-cover area pertahanan yang luas, maka beberapa Pantsir dapat dikontrol secara terpadu oleh Mobile Command Post.
Sistem senjata canggih besutan Rusia ini dirancang oleh KBP Instrument Design Bureau. Oleh NATO Pantsir S-1 diberi label SA-22 Greyhound. Versi awalnya dirancang pada tahun 1994, dan berlanjut ke tahap produksi oleh Ulyanovsk Mechanical Plant pada tahun 2008. Meski belum ada tanggapan serius dari pihak Kementerian Pertahanan RI, Rusia dalam beberapa kali ajang Indo Defence di Jakarta, selalu menghadirkan model Panstsir S-1, yang juga tentunya menawarkan paket senjata yang per unitnya dibandrol US$14,6 juta ini ke Indonesia.
Kanon
Kanon Pantsir S-1 menggunakan tipe 2A38M kaliber 30×165 mm buatan Tulamashzavod.Diadopsi dari kanon GSh-30, 2A38M mengusung dua laras dalam satu sistem kanon, alhasil Pantsir S-1 total mempunya empat laras kanon. Laaras paling luar dibekali dengan alat pengukur kecepatan peluru, yang memasok data ke komputer pengedali tembakan sebagai sau komponen perhitungan untuk menyasar target. Agar tak cepat panas berlebih, laras kanon dilengkapi jaket pendingin berisi air. Untuk pengoperasian di wilayah kutub, jaket ini dapat diganti cairan antibeku.
Daya hancur kanon 2A38M sangat letal, punya kecepatan tembak 1.950 - 2.500 peluru per menit, atau jika dikalikan dua dengan jumlah laras, maksimal 5.000 peluru per menit dapat dimuntahkan. Sistem magasinnya mengadopsi kotak yang dipasok dengan rantai, dan diisikan kedalam modul melalui palka munisi yang terletak disisi modul. Saat berlangsungnya penembekkan, selongsong peluru langsung dibuang keluar kendaraan. Jarak jangkau kanon ini efektif hingga 2.000 meter untuk target bergerak. Tapi untuk menghajar target statis, maka jarak tembaknya bisa mencapai 4.000 meter.
Menggunakan kaliber 30 mm standar Blok Timur, maka varian amunisinya cukup banyak. Secara umum, tersedia empat macam amunisi yang paling umum digunakan, yaitu HE-I (High Explosive-Incendiary) dan HE-T (High Explosive-Tracer) untuk menggasak target pesawat, AP-T (Armor Piercing –Tracer) untuk dukungan tembakan bantuan di darat, amunisi ini sanggup menembus lapisan baja setebal 18 mm dari jarak 1.000 meter. Lalu ada yang lebiat maut, APDS-T (Armor Piercing Discarding Sabot-Tracer) dengan desain sabot dan penetrator tungsten untuk menggebuk ranpur lapis baja.
Rudal
Pantsir S-1 menggunakan jenis rudal 9M335 (57E6). Rudal berbentuk tabung booster di ekor yang terlepas pada jarak tertentu dari peluncur. Skemanya rudal didorong keluar secara soft launch menggunakan cartridge gas terkompresi untuk menghindari kendala asap pembakaran yang dapat mengganggu sensor dan sistem optik.
Rudal 57E6 punya jarak tembak efektif hingga 20 Km dengan ketinggian terbang 15 Km. Kecepatan luncur rudal ini adalah 1.300 meter per detik dalam waktu dua detik fase peluncuran, selanjutnya kecepatan akan turun ke 1.100 meter per detik saat menuju target. Saat mendekat target, sumbu jarak (proximity fuze) bahan peledaknya akan melontarkan fragmentasi 47 silinder baja kecil berukuran diameter 4-9 mm dan panjang 500 mm seberat 2-3 gram. Dengan racikan maut ini, maka radius mematikan dari sebaran silinder mencapai lima meter. Diperkirakan saat meledak dekat target, maka energi kinetic yang dihasilkan mampu merusak kulit pesawat atau helikopter.
Rudal Pantsir S-1 |
Radar
Pantsir S-1 mengusung jenis radar 2RL80 dengan basis PESA (Passive Electronically Scanned Array), sistem radar yang juga digunakan pada pesawat tempur. Posisi radar berada di sisi belakang modul berputar, berbentuk kotak dengan dimensi 1.776 x 940 mm dengan bobot 760 kg. Radar ini dapat beraksi cepat dari mode standby ke pencarian dapat berpindah dalam waktu dua detik saja.
Radar PESA punya kemampuan memperkuat sinyal balik dari target dan mengurangi gangguan seperti echo dan cluster yang bisa menyebabkan deteksi palsu. Radar ini dapat mendeteksi 20 target di udara secara simultan dan kemudian memilih tiga berdasarkan profil yang paling mengancam untuk dipasok ke sistem radar untuk penguncian pada target.
Soal jangkauan, radar 2RL80 punya kinerja yang berbeda-beda, bergantung pada ukuran RCS (Radar Cross Section) dari target yang bergerak di udara serta kondisi cuaca di lokasi. Untuk pesawat tempur dengan RCS 2 m2, radar sudah dapat mendeteksi dari jarak 36 Km atau 32 Km untuk heli tempur yang terbang rendah. Untuk rudal jelajah dengan RCS hanya 0,1 m2, kemampuan deteksinya berkurang hanya tinggal 20 km. Untuk menghadapi ancaman bom dan smart bomb, radar dapat melakukan deteksi dari jarak 16 km.
Untuk penjejak pada sistem radar, digunakan radar X-band 2RL80E yang dipasang di hidung modul penembakan dan punya bentuk seperti drum. Perangkat ini kemudian mengirimkan perintah ke antena command link yang bertugas mengarahkan rudal ke target sesuai perintah penjejakan sasaran. Sebagai sistem cadangan, Pantsir S-1 dilengkapi modul elektro optic yang terdiri dari LLTV (Low Light Television) dan thermal channel.
Platform Truk
Dari segi form factor, Pantsir S-1 dikemas efisien dengan basis kontainer 10 ton. Konsol kendali dan kompartemen untuk tiga orang awak ditaruh di bagian depan, dibelakangnya sistem elektronik dan prosesor, disusul modul kubah dan bagian paling belakang ada modul generator listrik. Secara teori, modul Pantsir S-1 dapat ditumpangkan ke beragam tipe truk 8×8 dengan kapasitas 12-14 ton.
Pihak KBP Tula menawarkan pilihan wahana pengangkut Pantsir S-1 mulai dari truk MZKT-7930 dan BAZ-6909. Atau bisa pula dipasang pada platform truk dari Eropa Barat, seperti MAN Cat SX45 dan SX A1, seperti varian yang dibeli Arab Saudi. Soal battle proven, kabarnya pada Juni 2012 silam, pesawat mata-mata RF-4 Terminator (varian F-4 Phantom) AU Turki jatuh akibat tembakkan kanon Pantsir S-1 Suriah.
Hingga saat ini, Pantsir sudah diproduksi 200 unit, selain Rusia, pengguna senjata ini adalah Aljazair, Brazil, Iran, Irak, Yordania, Suriah, Uni Emirat Arab, dan Vietnam. Jika Vietnam saja punya, mestinya wajar jika Indonesia juga punya sistem senjata ini, atau yang sekelas ini. Sebagai catatan, Vietnam pun sudah punya rudal (SAM) S-300. Bagaimana dengan hanud Indonesia kedepan ya? (Gilang Perdana)
Sumber : TSM/IM