Pesawat Tempur KF-X |
Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan (Defense Acquisition Program Administration - DAPA) saat ini sedang me-review dua pembuat mesin jet asing untuk mentenagai pesawat tempur hasil pengembangan dalam negeri pertama negara itu dan diharapkan akan menetapkan salah satu perusahaan tersebut sebagai pemenang pada bulan Juni.
Pembuat mesin jet raksasa Eropa, Eurojet Turbo GmbH bersaing melawan pesaingnya dari AS, General Electric (GE) untuk kesepakatan Korea Selatan untuk mendapatkan mesin untuk proyek high-profile jet tempur dalam negeri, Korea Fighter Experimental atau KF-X.
Dalam proses review tersebut, DAPA akan membandingkan tingkat teknologi dua pembuat mesin tersebut, kemungkinan alih teknologinya serta harga, kata seorang pejabat DAPA kepada Yonhap, menambahkan bahwa kontrak akan ditandatangani pada bulan Juni.
Di bawah proyek senilai 18 triliun won ($15,2 miliar), Korea Selatan berupaya untuk mengembangkan dan memproduksi 120 jet tempur multi-role bermesin ganda pada pertengahan tahun 2020 untuk menggantikan armada pesawat F-4 dan F-5 buatan AS. Pesawat tersebut akan menjadi jet tempur pertama yang dirancang dan diproduksi dari awal didalam negeri Korea Selatan.
Korea Selatan telah berusaha untuk mendapatkan 25 teknologi jet tempur milik raksasa pertahanan AS Lockheed Martin dalam kesepakatan off-set yang ditandatangani bersamaan dengan pembelian F-35 negara itu pada tahun 2014. F-35 merupakan pesawat tempur generasi kelima yang dibuat oleh perusahaan AS.
Tapi, pemerintah AS melarang empat dari 25 teknologi AS tersebut untuk diekspor pada tahun lalu, termasuk teknologi sensitif untuk membangun radar active electronically scanned array (AESA).
Untuk 21 teknologi yang lainnya, pemerintah AS mengeluarkan izin ekspor pada bulan November tahun lalu, dan saat ini 12 teknisi dari Lockheed Martin berada di Seoul untuk membantu proyek tersebut, pejabat DAPA mengatakan.
DAPA berkomitmen untuk mengembangkan radar AESA sendiri, tetapi tidak mengesampingkan pilihan untuk membeli dari luar negeri, tambahnya.
Sumber : http://defenseworld.net/