Pesawat Tempur F-16 TNI AU |
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan Presiden Joko Widodo memerintahkan TNI untuk membangun pangkalan militer di Kepulauan Natuna.
"Yang dibangun adalah beberapa pangkalan militer. Tapi perlu kita berdayakan lagi, contohnya runway Lanud Ranai, perlu ada perpanjangan lagi, perlu ada tempat pesawat tempur di sana, perlu ada ground support equipment pesawat tempur di sana," kata Gatot ditemui di Markas Besar TNI, Cilangkap pada Senin.
Presiden Jokowi menyatakan pemerintah memprioritaskan pembangunan sejumlah kawasan baik di Natuna, Morotai, Biak dan Saumlaki-Selaru.
Panglima menjelaskan pembangunan diprioritaskan dapat dimulai pada akhir 2016 dan pada 2017 sudah harus ada perkembangan pembangunan di sejumlah kawasan tersebut.
Selain itu, pemerintah juga perlu membangun dermaga yang dapat disinggahi oleh sejumlah Kapal Republik Indonesia (KRI) untuk menjaga keamanan perairan.
Dia juga mengatakan pemerintah perlu menambah radar untuk memantau wilayah di seluruh kawasan perbatasan.
Presiden telah melakukan rapat terbatas di Natuna pada 23 Juni 2016 membahas pembangunan ekonomi di pulau tersebut.
Rapat terbatas itu diikuti oleh Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil, Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Radar TNI AU Deteksi Pesawat Malaysia Langgar Wilayah NKRI
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan bahwa sebuah pesawat Hercules C-130 milik Malaysia terpantau telah melanggar wilayah udara Indonesia di Kepulauan Natuna, dan aktivitasnya tertangkap oleh radar TNI Angkatan Udara.
"Dibawah kita bicara dengan Liaison Officer (Perwira Penghubung), Liaison Officer bilang tidak ada pesawat tapi begitu kita cek itu jelas pesawat berbendera Malaysia karena militer tidak mengakui, terpaksa kita giring keluar," kata Jenderal Gatot Nurmantyo usai buka puasa di Mabes TNI, Jakarta, Senin.
Apalagi pesawat F-16 sudah melakukan pengecekan untuk membawa keluar dari batas wilayah. Kemudian, pesawat F-16 TNI AU berusaha mencegag pesawat Hercules Malaysia itu. Pencegatan itu untuk membuka jalur internasional.
"Iya, pesawat Malaysia itu, mereka terbang terindikasi kemudian dari radar terpantau, kemudian para pilot F16 take-off untuk memberikan tanda kemudian supaya membuka jalur internasional," kata dia.
Sebelumnya, dua pesawat tempur F-16 milik TNI Angkatan Udara mengusir pesawat militer Malaysia jenis Hercules C-130 yang diduga melanggar wilayah Indonesia di kawasan Pulau Natuna, Sabtu (25/06) lalu. Kedua pesawat tersebut dilesatkan dari Pulau Natuna setelah komunikasi melalui jalur internasional tidak mendapat respons dari pesawat Malaysia.
Kepala Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsekal Pertama Wieko Sofyan mengatakan, setelah dua F-16 TNI AU membayangi C-130 milik Malaysia, baru kemudian isyarat melalui gerakan pesawat dilakukan.
"Di dunia penerbangan sudah umum, mengerti, jika seandainya pilot melakukan gerakan seperti rocking the wing itu tandanya pesawat lain harus mengikuti. TNI AU hanya mengarahkan pesawat (Malaysia) itu agar keluar dari wilayah RI," kata Wieko.
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/570185/panglima-tni-perlu-ada-fasilitas-dan-pesawat-tempur-di-natuna