Kapolri Minta Sisa Anggota Santoso Turun Gunung Menyerahkan Diri - Radar Militer

20 Juli 2016

Kapolri Minta Sisa Anggota Santoso Turun Gunung Menyerahkan Diri

Operasi Gabungan TNI-Polri Satgas Tinombala
Operasi Gabungan TNI-Polri Satgas Tinombala 

Aparat keamanan di Indonesia mengimbau seluruh anggota pengikut Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Santoso dan bersembunyi di kawasan pegunungan di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah untuk turun gunung atau menyerahkan diri.
"Mereka turun gunung dan mengikuti proses hukum yang berlaku demi kemaslahatan umat yang ada di Poso supaya Poso bisa membangun dengan baik, masyarakat tidak ketakutan," kata Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian ditemui di halaman Istana Negara, Jakarta, Selasa.
Sebelumnya, Tito mengatakan Polri, melalui identifikasi ciri tubuh dan kesaksian anggota Polri yang pernah berinteraksi dengan Santoso, yakin 95 persen bahwa tersangka pelaku teror Santoso tewas dalam penyergapan oleh anggota Yonif 515 Kostrad.
Kapolri meminta para anggota kelompok MIT untuk melakukan mediasi dengan aparat keamanan maupun tokoh daerah dalam menyerahkan diri.
Tito mengatakan akan mempertimbangkan pemberian keringanan sanksi kepada para anggota MIT yang menyerahkan diri secara baik-baik.
"Prinsip kita adalah melakukan penegakan hukum, proses hukum kepada mereka. Bukan memerangi atau menganggap musuh orangnya, tetapi perbuatannya," kata Kapolri yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme BNPT).
Penyergapan tersebut juga menewaskan anggota MIT lain bernama Muchtar.
Kendati demikian, terdapat tiga anggota yang kabur dari penyergapan yang diduga merupakan anggota MIT bernama Basri dan dua orang perempuan.
Tim gabungan dari TNI dan Polri akan terus melakukan pencarian kepada para anggota MIT di kawasan pegunungan di Poso.
"Saya kira lebih baik mereka, demi kemaslahatan umat yang ada di sana daripada membuat repot semua pihak, lebih baik turun baik-baik kemudian bisa melalui mediasi," tegas Kapolri.

DPR : Kematian Santoso Bukti Konsistensi Berantas Teroris

Ketua Komisi III DPR, Bambang Soesatyo mengatakan kematian pimpinan Mujahadin Indonesia Timur, Abu Wardah atau Santoso dalam operasi Tinombala membuktikan konsistensi Indonesia mengeliminasi jaringan teroris di dalam negeri.
"Kepada komunitas internasional, kematian Santoso merupakan pesan sekaligus bukti tentang konsistensi Indonesia mengeliminasi jaringan teroris di dalam negeri," katanya di Jakarta, Selasa.
Bambang mengatakan, tewasnya Santoso dan Basri merupakan buah dari kerja keras duet Tito Karnavian dan Budi Gunawan sebagai petinggi Polri yang baru dan kerjasama yang baik dengan TNI.
Dia memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Satgas Tinombala gabungan TNI dan Kepolisian RI karena siang-malam prajurit TNI dan Polri memburu Santoso dan anggota MIT lainnya di medan berat di Pegunungan Biru di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah.
"Keberhasilan menyergap dan menewaskan Santoso mencerminkan kerja keras Polri dan TNI, karena perburuan Santoso dan kelompoknya sudah berlangsung sejak lama. Perburuan besar-besar dimulai dengan menerjunkan pasukan dalam Operasi Camar Maleo sejak 2015," ujarnya.
Politisi Partai Golkar itu menilai, tidak hanya satu kali, Operasi Camar Maleo bahkan berlangsung sampai operasi ke IV. Menurut dia, operasi perburuan itu dilanjutkan dengan mengganti sandi operasi menjadi Operasi Tinombala yang menggabung kekuatan prajurit TNI dan Polri.
"Tidak hanya mencerminkan kerja keras, semua proses dan tahapan itu menunjukkan konsistensi Indonesia dalam memerangi jarongan teroris di dalam negeri," katanya.
Bambang mengatakan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian sudah memastikan bahwa Operasi Tinombal akan dilanjutkan untuk mengeliminasi para pengikut Santoso yang masih bersembunyi hutan.
Selain itu dia menilai, kematian Santoso setidaknya juga akan mengganjal rencana ISIS membangun basisnya di Asia Tenggara.
"Seperti diketahui, setelah menyatakan bergabung dengan ISIS, Santoso ingin menjadi kawasan hutan di Poso sebagai pusat latihan milisi bagi simpatisan ISIS," katanya.
Dia mengatakan, kematian Santoso dan Basri setidaknya akan menghambat upaya ISIS membangun basis kekuatannya di Asia Tenggara.

Ini Cerita Panglima TNI Bagaimana Operasi Penyergapan Santoso

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengapresiasi kinerja operasi gabungan TNI-Polri Satuan Tugas (Satgas) Tinombala dalam memburu jaringan kelompok bersenjata radikal Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.
"Saya ucapkan apresiasi dan bangga kepada Satgas Tinombala yang terdiri dari TNI dan Polri atas kinerjanya dalam membekuk kelompok Santoso," kata Panglima TNI di sela-sela Penganugerahan Tanda Kehormatan kepada Pangab Singapura Letjen Perry Lim, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (19/7/2016) petang, seperti dikutip Antara.
"Kami berterima kasih kepada Polisi, TNI AD, Marinir TNI AL dan TNI Angkatan Udara atas kinerjanya. TNI AU juga dilibatkan dalam operasi ini, dengan mengerahkan drone yang selalu melihat pergerakan jaringan Santoso," tambah Panglima TNI.
Hal itu disampaikan Gatot menanggapi tewasnya Santoso dalam baku tembak antara Satgas dengan lima orang jaringan kelompok Santoso di pegunungan di Poso, Senin (18/7/2016) petang.
Menurut dia, kerja sama yang dibangun TNI-Polri merupakan keterpaduan kerja bertahap dengan kesabaran. Contohnya, tim yang berhasil menewaskan Santoso, yakni prajurit dari Batalyon Raider 515 Kostrad berangkat sejak 13 hari yang lalu.
"Coba Anda bayangkan sembilan orang berangkat membutuhkan waktu tiga hari untuk menempuh jarak sekitar 11 kilometer ke tempat persembunyian Santoso, sementara untuk sampai ke titik penyergapan membutuhkan waktu selama delapan hari. Karena mereka bergerak malam hari dan mengendap-endap ke tempat-tempat yang sudah dicurigai dengan kampung istri Santoso," jelasnya.
Ia kembali menegaskan bahwa keberhasilan operasi bukan hanya untuk tim batalyon Raider 515 Kostrad, melainkan semua satgas Tinombala.
"Tetapi, pas yang dapat rezeki Raider 515 Kostrad. Ini keterpaduan tim Satgas Tinombala. Saya bangga dengan tim yang pantang menyerah meski dalam situasi sangat sulit," kata Panglima TNI.
Sebelumnya, Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian memastikan satu dari dua terduga teroris yang tewas dalam baku tembak di Poso, Senin (18/7/2016) kemarin, adalah Santoso Abu Wardah.
Kepastian itu didapatkan dari proses identifikasi melalui pencocokan sidik jari.
"Informasi yang baru saya dapat, sidik jarinya identik dengan sidik jari dia (Santoso) yang kami punya. Sudah bisa kami simpulkan 100 persen yang bersangkutan Santoso," ujar Tito, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa.
Selain berdasarkan pencocokan sidik jari, kepastian itu juga didapat dari identifikasi melalui pengenalan tanda fisik oleh keluarga dan teman dekat.
Hasilnya juga sama, jenazah itu adalah Santoso.
Adapun, satu jenazah lainnya dipastikan bernama Muhtar. Proses identifikasi Muhtar juga menggunakan metode yang sama seperti identifikasi Santoso.
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/573957/tito-minta-anggota-santoso-turun-gunung

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb