![]() |
Gencatan Senjata Berakhir |
Empat serangan udara menyasar Kota Aleppo, ibu kota Provinsi Aleppo, pada Minggu (18/9). Kembalinya rudal ke salah satu palagan utama Perang Syria tersebut menjadi akhir gencatan senjata. Setidaknya itulah sinyal yang ditangkap oposisi Syria dan negara-negara Barat sekutu Amerika Serikat (AS).
’’Kesepakatan (gencatan senjata, Red) itu gagal. Semua sudah berakhir,’’ kata Zakaria Malahifji, salah seorang petinggi Fastaqim (kelompok oposisi Aleppo), kemarin (19/9).
Dari Kota Gaziantep di perbatasan Syria–Turki, dia mengungkapkan bahwa kelompok oposisi bersenjata yang disebut Damaskus sebagai pemberontak mulai mempersiapkan serangan. ’’Saya sudah bisa membayangkan dalam waktu dekat muncul banyak serangan dari berbagai lokasi lagi. Gencatan senjata hanya dapat dipertahankan secara teori,’’ terang Malahifji.
Pernyataan yang sama meluncur dari mulut Fares Al Bayoush. Aktivis oposisi yang memimpin gerakan perlawanan di kawasan utara Syria dengan bendera Free Syrian Army tersebut yakin perang bakal berlanjut.
Dari ibu kota, Presiden Bashar Al Assad mengecam AS dan sekutunya atas serangan maut di pangkalan militer Deir Ezzor pada Sabtu (17/9). Aksi udara koalisi itu menewaskan sedikitnya 68 tentara. ’’Serangan akhir pekan itu merupakan agresi terang-terangan AS,’’ ujarnya kepada Wakil Menteri Luar Negeri Iran Hossein Jaberi Ansari yang sedang berkunjung ke Syria.
Dalam kesempatan tersebut, Assad juga menuding koalisi yang dipimpin AS sebagai negara-negara pendukung teroris. Salah satunya adalah kelompok militan radikal ISIS yang bersarang di Syria. ’’Tiap kali pemerintah Syria melangkah lebih dekat menuju rekonsiliasi nasional, negara-negara anti-Syria meningkatkan dukungan terhadap kelompok teroris,’’ ungkap pemimpin 51 tahun tersebut.
Dia lantas menyebut serangan udara koalisi di Deir Ezzor sebagai salah satu bentuk dukungan AS terhadap ISIS. Sebab, serangan yang merenggut nyawa banyak serdadu Syria itu jelas akan menguntungkan ISIS. ’’Kekuatan-kekuatan anti-Syria itu mencurahkan segenap tenaga dan kemampuan mereka untuk memperpanjang perang melawan (pemerintah, Red) Syria,’’ terang Assad.
Damaskus dan Moskow yakin aksi udara di Deir Ezzor tersebut merupakan serangan yang disengaja. Namun, dalam klarifikasinya, Washington menyatakan bahwa serangan ke pangkalan militer itu salah sasaran. Sebab, target utama serangan akhir pekan lalu tersebut adalah sarang-sarang ISIS. Kebetulan, kelompok militan yang dalam bahasa Arab dikenal dengan nama Daesh itu memang bercokol di sekitar pangkalan militer Syria.
Serangan di Deir Ezzor tersebut lantas memicu serangkaian aksi balas dendam di beberapa wilayah oposisi. Padahal, dalam kesepakatan gencatan senjata jelas tertulis bahwa kawasan oposisi harus bebas gempuran. Pada Minggu lalu, serangan berlanjut ke Aleppo meski tidak ada satu pihak pun yang mengklaim aksi udara tersebut. Hingga kemarin, AS dan Rusia tetap menganggap gencatan senjata bertahan.
Namun, militer Rusia mulai memberikan sinyal pesimistis tentang gencatan senjata yang disepakati di Kota Jenewa, Swiss, tersebut. ’’Mempertimbangkan gencatan senjata yang tidak dihargai pemberontak, kami menganggap bahwa tetap mempertahankan komitmen tidak ada gunanya lagi bagi pemerintah Syria,’’ tutur Letjen Sergei Rudskoy sebagaimana disiarkan stasiun televisi nasional kemarin.
Sementara itu, PBB menyesalkan kegagalan dua penggagas gencatan senjata mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Aleppo. Meski bersiaga di perbatasan Syria–Turki sejak awal pekan lalu, sekitar 20 di antara total 40 truk PBB terpaksa parkir. Sebab, sampai sekarang, Damaskus tidak kunjung memberikan izin kepada mereka untuk bergerak. Alasannya, rute yang akan dilalui belum aman. (AFP/Reuters/hep/c14/any)
Sumber : http://www.jawapos.com/read/2016/09/20/52145/rudal-kembali-hantam-aleppo-oposisi-sebut-gencatan-senjata-berakhir/2
’’Kesepakatan (gencatan senjata, Red) itu gagal. Semua sudah berakhir,’’ kata Zakaria Malahifji, salah seorang petinggi Fastaqim (kelompok oposisi Aleppo), kemarin (19/9).
Dari Kota Gaziantep di perbatasan Syria–Turki, dia mengungkapkan bahwa kelompok oposisi bersenjata yang disebut Damaskus sebagai pemberontak mulai mempersiapkan serangan. ’’Saya sudah bisa membayangkan dalam waktu dekat muncul banyak serangan dari berbagai lokasi lagi. Gencatan senjata hanya dapat dipertahankan secara teori,’’ terang Malahifji.
Pernyataan yang sama meluncur dari mulut Fares Al Bayoush. Aktivis oposisi yang memimpin gerakan perlawanan di kawasan utara Syria dengan bendera Free Syrian Army tersebut yakin perang bakal berlanjut.
Dari ibu kota, Presiden Bashar Al Assad mengecam AS dan sekutunya atas serangan maut di pangkalan militer Deir Ezzor pada Sabtu (17/9). Aksi udara koalisi itu menewaskan sedikitnya 68 tentara. ’’Serangan akhir pekan itu merupakan agresi terang-terangan AS,’’ ujarnya kepada Wakil Menteri Luar Negeri Iran Hossein Jaberi Ansari yang sedang berkunjung ke Syria.
Dalam kesempatan tersebut, Assad juga menuding koalisi yang dipimpin AS sebagai negara-negara pendukung teroris. Salah satunya adalah kelompok militan radikal ISIS yang bersarang di Syria. ’’Tiap kali pemerintah Syria melangkah lebih dekat menuju rekonsiliasi nasional, negara-negara anti-Syria meningkatkan dukungan terhadap kelompok teroris,’’ ungkap pemimpin 51 tahun tersebut.
Dia lantas menyebut serangan udara koalisi di Deir Ezzor sebagai salah satu bentuk dukungan AS terhadap ISIS. Sebab, serangan yang merenggut nyawa banyak serdadu Syria itu jelas akan menguntungkan ISIS. ’’Kekuatan-kekuatan anti-Syria itu mencurahkan segenap tenaga dan kemampuan mereka untuk memperpanjang perang melawan (pemerintah, Red) Syria,’’ terang Assad.
Damaskus dan Moskow yakin aksi udara di Deir Ezzor tersebut merupakan serangan yang disengaja. Namun, dalam klarifikasinya, Washington menyatakan bahwa serangan ke pangkalan militer itu salah sasaran. Sebab, target utama serangan akhir pekan lalu tersebut adalah sarang-sarang ISIS. Kebetulan, kelompok militan yang dalam bahasa Arab dikenal dengan nama Daesh itu memang bercokol di sekitar pangkalan militer Syria.
Serangan di Deir Ezzor tersebut lantas memicu serangkaian aksi balas dendam di beberapa wilayah oposisi. Padahal, dalam kesepakatan gencatan senjata jelas tertulis bahwa kawasan oposisi harus bebas gempuran. Pada Minggu lalu, serangan berlanjut ke Aleppo meski tidak ada satu pihak pun yang mengklaim aksi udara tersebut. Hingga kemarin, AS dan Rusia tetap menganggap gencatan senjata bertahan.
Namun, militer Rusia mulai memberikan sinyal pesimistis tentang gencatan senjata yang disepakati di Kota Jenewa, Swiss, tersebut. ’’Mempertimbangkan gencatan senjata yang tidak dihargai pemberontak, kami menganggap bahwa tetap mempertahankan komitmen tidak ada gunanya lagi bagi pemerintah Syria,’’ tutur Letjen Sergei Rudskoy sebagaimana disiarkan stasiun televisi nasional kemarin.
Sementara itu, PBB menyesalkan kegagalan dua penggagas gencatan senjata mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Aleppo. Meski bersiaga di perbatasan Syria–Turki sejak awal pekan lalu, sekitar 20 di antara total 40 truk PBB terpaksa parkir. Sebab, sampai sekarang, Damaskus tidak kunjung memberikan izin kepada mereka untuk bergerak. Alasannya, rute yang akan dilalui belum aman. (AFP/Reuters/hep/c14/any)
Sumber : http://www.jawapos.com/read/2016/09/20/52145/rudal-kembali-hantam-aleppo-oposisi-sebut-gencatan-senjata-berakhir/2