Pesawat AC-47T Fantasma, Sang Hantu Pencabut Nyawa - Radar Militer

07 Oktober 2016

Pesawat AC-47T Fantasma, Sang Hantu Pencabut Nyawa

Pesawat AC-47T Fantasma
Pesawat AC-47T Fantasma
Fantasma. Hantu. Nama yang menakutkan, dan ketika disematkan ke sebuah pesawat terbang, terbayang kengerian yang ditimbulkannya, apalagi sang pesawat penerima dibekali kemampuan sebagai gunship.
Ketika minggu lalu rakyat Kolombia dalam referendum plebisit menolak berdamai dengan pemberontak Marxist-komunis FARC (Fuerzas Armadas Revulucionario Colombiana) setelah konflik berdarah-darah selama 50 tahun lebih. Rakyat Kolombia menyia-nyiakan upaya pemerintahnya yang berusaha membawa FARC ke meja perundingan, dengan jalan senjata dan perang.
Pesawat AC-47T Fantasma adalah salah satu senjata militer Kolombia yang berhasil mematahkan tengkuk FARC yang keras kepala.
AC-47T Fantasma sendiri merupakan modifikasi dari pesawat C-47, versi militer dari DC-3 Dakota. AU Kolombia memperoleh Fantasma setelah keinginan mereka untuk memperoleh AC-130 Spectre II ditolak mentah-mentah. Karena itu, AU Kolombia menciptakan pesawat gunship berbekal armada C-47 mereka yang puluhan unit jumlahnya, tentu dengan restu AS.
Perubahan utama pesawat AC-47T Fantasma adalah penggantian mesin Wasp dengan Pratt & Whitney PT-6A, perkuatan struktur dan penambahan plug, penggantian avionik, pemasangan sistem FLIR (Forward Looking Infra Red) dan senapan mesin berat M2HB 12,7mm (kemudian GAU-19 dengan multi laras) dan kanon 20mm. Pengerjaan dilakukan oleh perusahaan Basler dari Amerika Serikat.
Fantasma menjadi andalan militer Kolombia, terutama untuk menjangkau lokasi-lokasi terpencil yang sulit akses dan butuh waktu lama, dan merupakan sasaran empuk dari FARC. AC-47T mampu mendominasi udara, meniadakan keunggulan pasukan pemberontak di darat, beroperasi siang maupun malam, dan memenangkan pertempuran dalam skenario perang anti gerilya dimana lawan tidak memiliki senjata memadai untuk menjatuhkan Fantasma yang terbang di udara.
Salah satu aksi AC-47T terjadi pada 1 November 1998, ketika ribuan pemberontak FARC menyerbu propinsi Vaupes yang berbatasan langsung dengan Brasil. FARC menyerbu dan membantai polisi yang merupakan perwakilan negara di kota itu, menyebabkan gugurnya 60 perwira polisi, dan 80 lebih diculik dan disiksa.
Aksi kejam itu dilanjutkan dengan pembakaran dan perusakan kantor institusi pemerintah, menjarah bank, dan merusak rumah sakit. Tanpa perlawanan, para gerilyawan itu menduduki ibukota Vaupay, Mitú, dan terus menebar teror. Celakanya, jaringan jalan menuju Vaupes sangat buruk, tidak mungkin mengirimkan pasukan dalam waktu sehari kesana.
Militer Kolombia pun mengirimkan bala bantuan yang bisa mereka turunkan secepat mungkin: 3 unit pesawat AC-47T Fantasma, tiga OV-10 Bronco, dan satu Embraer Tucano yang dilengkapi roket 2,75”. Nama operasi penyelamatan kota ini disebut operasi Angel Flight.
Lepas landas dari pangkalan udara Apiay yang hampir 500km jauhnya dari Mitú, seluruh armada udara ini terbang dalam misi one way ticket: Mereka bisa terbang dan menyerang pemberontak, tapi mungkin tidak bisa kembali karena bahan bakar pas-pasan. Selagi flight pesawat gunship tersebut terbang, pemerintah Kolombia melobi pemerintah Brasil agar mengijinkan penggunaan satu airstrip di wilayah Querari yang jaraknya hanya 30 kilometer di dalam Brasil. Setelah ijin diterima, satu AC-47 diperintahkan untuk ujicoba mendarat di landasan pendek tersebut, yang untungnya berhasil.
Querari kemudian dijadikan pangkalan aju untuk keseluruhan operasi, dan logistik pun mulai dikirimkan, termasuk bahan bakar dan pompa manual. Pasukan juga diberangkatkan dengan empat helikopter UH-60 Blackhawk sumbangan dari Amerika Serikat. Tanpa sempat beristirahat, begitu bahan bakar selesai diisi, AC-47T lepas landas paling awal, mereka ditugaskan sebagai pesawat kendali udara.
Saat AC-47T pertama lepas landas, hari sudah menjelang sore. Mereka berkejaran dengan waktu, tidak hanya untuk membebaskan Mitú, tetapi juga karena ijin pakai Querari berakhir pada pukul 6 sore. Pemerintah Brasil minta agar tidak ada aktivitas setelah malam menjelang di sana.
Di belakang AC-47, ada helikopter yang mengangkut pasukan dan paling belakang ada C-130 yang membawa pasukan payung. Total ada 270 prajurit yang siap mati untuk membebaskan Mitú. Di atas Mitú, AC-47T menjatuhkan sejumlah peluru suar yang menerangi kota kecil tersebut. Pasukan gerilya yang berkemah di sekitar kota pun terpancing, dan ini yang ditunggu-tunggu.
Para gerilyawan yang bergerak dengan truk pikap dan berjalan kaki dapat tertangkap oleh operator FLIR yang duduk di kabin di sebelah kanan. Ia segera mengirimkan target koordinat ke pilot Fantasma yang segera membelokkan pesawat untuk mencari posisi tembak yang enak. Larik demi larik peluru tracer menghujam ke bawah, menyapu habis para pemberontak yang tidak menduga bahwa AU Kolombia mampu menghadirkan gunship dalam tempo secepat itu.
Selagi pesawat AC-47T Fantasma beraksi, pasukan komando diturunkan dengan rapelling dari Blackhawk, yang dengan segera terlibat pertempuran sengit dari rumah ke rumah. Serangan Fantasma sendiri masih diikuti tembakan roket dari Bronco dan Tucano sebagai encore.
Begitu attack run dari Bronco dan Tucano selesai, Fantasma masuk lagi, sehingga rantai serangan terus datang bertubi-tubi dan pemberontak FARC tidak dapat mendekati kota untuk membantu kawan-kawannya yang diserbu pasukan komando. Di tengah upaya pembebasan Mitú, ada kabar gembira: Pemerintah Brasil mengijinkan penggunaan Querari lagi. Maka, batalion bantuan berikutnya pun diangkut dengan C-130 yang usai menerjunkan gelombang pertama pasukan.
Sepanjang malam, pertempuran hebat terus terjadi antara pasukan pemerintah dan pemberontak. Menghadapi daya gempur pasukan Kolombia yang didukung Fantasma, akhirnya pemberontak keok dan dini hari berusaha melarikan diri dengan menggunakan perahu-perahu menyusuri sungai Vaupes.
Upaya para pemberontak melarikan diri bertepatan waktunya dengan sorti kedua pesawat AC-47T Fantasma yang selesai mengisi ulang bahan bakar dan amunisi. Dengan panas dari mesin perahu tertangkap sempurna di kamera FLIR, Fantasma tanpa ampun menghajar satu perahu besar berisi puluhan gerilyawan dengan peluru tracer, dan perahu pun meledak setelah tangki bahan bakarnya dihajar telak.
Pesawat lainnya menemukan gerilyawan yang melarikan diri dengan bersembunyi di bawah kanopi pepohonan lebat. Sebagian besar dihajar tanpa ampun, tak bersisa. Berkat kehadiran Fantasma, dalam dua hari saja Mitú dapat direbut kembali ke tangan pemerintah.
Pembaca yang tertarik untuk menyingkap nukilan sejarah dan kisah penggelaran gunship seperti kisah di atas dapat menyimaknya dalam edisi khusus Commando “AC-130 Gunship: Datang Bak Malaikat Maut” yang sudah dapat diperoleh di toko buku Gramedia dan lapak-lapak majalah langganan pembaca. Di dalamnya dikupas tuntas mengenai sejarah pesawat gunship kondang termasuk AC-47T, persenjataan, dan kisah-kisah penerjunannya dalam pertempuran yang seketika merubah perimbangan kekuatan. Jangan lewatkan! (Aryo Nugroho)
Sumber : http://angkasa.co.id/

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)