Panglima TNI Tak Takut Prajuritnya Direkrut Militer Australia - Radar Militer

06 Januari 2017

Panglima TNI Tak Takut Prajuritnya Direkrut Militer Australia

Panglima TNI
Panglima TNI 

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo membantah bahwa ia takut prajuritnya direkrut oleh militer Australia.
Hal ini disampaikan Gatot menanggapi pemberitaan media Australia, ABC.
"Saya tidak takut karena prajurit-prajurit saya profesional," kata Gatot, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/1/2017).
Gatot menegaskan, penarikan prajurit TNI yang mengajar di sekolah militer Australia dilakukan bukan karena adanya kabar mengenai pelecehan terhadap TNI dan Pancasila, yang terjadi di pelatihan pasukan khusus Australia (SAS) di pangkalan Campbell, Perth.
Setelah kejadian itu, TNI juga menyetop pengiriman prajurit ke Australia.
"Ingat saya membatalkan pengiriman setelah ada itu. Justru karena kejadian itu mereka minta ada pengiriman juga ya saya setop," ujar Gatot.
ABC sebelumnya menyebut ada ketakutan bahwa militer Australia akan "merekrut" tentara terbaik TNI untuk kepentingan Australia.
Hal ini terungkap berdasarkan pidato Panglima TNI Gatot Nurmantyo pada November 2016 silam.
"Setiap ada program pelatihan, seperti beberapa waktu lalu, lima hingga 10 terbaik akan dikirim ke Australia. Itu terjadi sebelum saya jadi Panglima, jadi itu tidak akan saya biarkan," ujar Gatot, dikutip dari ABC.
Menurut ABC, Panglima TNI dianggap menggunakan "bahasa era Perang Dingin".
Saat itu, merupakan fenomena umum untuk merekrut seorang tentara untuk "ditanam" menjadi sumber atau agen yang memengaruhi kebijakan demi kepentingan negara yang merekrut.
Menteri Pertahanan Australia Marise Payne membantah pernyataan bahwa Australia berusaha merekrut anggota militer Indonesia untuk menjadi "agen untuk mempengaruhi" di saat pemerintahan PM Malcolm Turnbull berusaha memperbaiki situasi, menyusul dihentikannya kerja sama mliter antara Indonesia dan Australia.
Penyelidikan sedang dilakukan setelah seorang anggota pasukan komando Indonesia.
Kopassus mengajukan protes mengenai poster pelatihan "yang bernada penghinaan" yang ditempelkan di markas pasukan komando Australia, SAS di Perth, berkenaan dengan Papua Barat. (1)
Panglima TNI Diberitakan Takut Prajuritnya Direkrut Militer Australia
TNI telah menghentikan program pengiriman tentara terbaiknya untuk berlatih di Australia.
Menurut media Australia, ABC, hal ini disebabkan ada ketakutan bahwa militer Australia akan "merekrut" tentara terbaik TNI untuk kepentingan Australia.
Hal ini terungkap berdasarkan pidato Panglima TNI Gatot Nurmantyo pada November 2016 silam.
"Setiap ada program pelatihan, seperti beberapa waktu lalu, lima hingga 10 terbaik akan dikirim ke Australia. Itu terjadi sebelum saya jadi Panglima, jadi itu tidak akan saya biarkan," ucap Gatot, dikutip dari ABC.
Saat itu, merupakan fenomena umum untuk merekrut seorang tentara untuk "ditanam" menjadi sumber atau agen yang memengaruhi kebijakan demi kepentingan negara yang merekrut.
Polemik antara TNI dengan militer Australia (Australia Defence Force, ADF) muncul setelah TNI memutuskan untuk menghentikan kerja sama militer kedua negara.
Langkah ini dilakukan setelah ada kabar mengenai pelecehan terhadap TNI dan Pancasila, yang terjadi di pelatihan pasukan khusus Australia (SAS) di pangkalan Campbell, Perth.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengakui penundaan kerja sama karena adanya oknum militer di Australia yang menghina dan melecehkan Indonesia dan Pancasila.
Menhan menyebut oknum tersebut sudah diberi sanksi oleh ADF.
Sementara itu Menteri Pertahanan Australia Marise Payne menegaskan akan menangani secara serius temuan materi pelajaran pada fasilitas pelatihan bahasa Angkatan Darat Australia, yang diduga menghina TNI.
"Kepala Angkatan Pertahanan Australia, Air Chief Marshal Mark Binskin, telah melayangkan surat kepada mitranya dari Indonesia, Jenderal Gatot Nurmantyo, bahwa persoalan ini akan ditangani secara serius dan kami akan menginvestigasi masalah yang mengemuka," kata Payne dalam pernyataan resmi yang diunggah pada laman Kementerian Pertahanan Australia, www.minister.defence.gov.au, Rabu (4/1/2017). (2)
Menhan Australia Bantah Rekrut Tentara Indonesia
Menteri Pertahanan Australia Marise Payne membantah pernyataan bahwa Australia berusaha merekrut anggota militer Indonesia untuk menjadi "agen untuk mempengaruhi" di saat pemerintahan PM Malcolm Turnbull berusaha memperbaiki situasi, menyusul dihentikannya kerja sama mliter antara Indonesia dan Australia.
Penyelidikan sedang dilakukan setelah seorang anggota pasukan komando Indonesia, Kopassus mengajukan protes mengenai poster pelatihan "yang bernada penghinaan" yang ditempelkan di markas pasukan komando Australia, SAS di Perth, berkenaan dengan Papua Barat.
Juru bicara TNI Mayjen Wuryanto sebelumnya mengatakan kepada ABC bahwa kerja sama antara Indonesia dan Angkatan Bersenjata Australia (ADF) dihentikan, namun juru bicara Presiden Joko Widodo mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa isu ini terlalu dibesar-besarkan.
Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu juga mengatakan kepada Reuters bahwa dia tidak diberitahu terlebih dahulu mengenai penghentian kerja sama tersebut.
Senator Payne, mengatakan dia pertama kali membicarakan masalah penghentian kerja sama militer ini dengan Menhan Ryacudu minggu ini, meskipun masalah awalnya sudah muncul di bulan November.
Senator Payne mengatakan kepada ABC bahwa kekhawatiran yang disampaikan oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bahwa Australia berusaha merekrut anggota militer Indonesia adalah hal yang tidak berdasar.
"Ini adalah sesuatu yang tidak akan kami dukung, tentu saja." katanya.
Senator Payne mengukuhkan adanya penghentian kerja sama militer, namun kerja sama di beberapa hal seperti masalah penangkalan kapal pencari suaka terus dilanjutkan.
"Kami sudah melakukan komunikasi dengan sejawat kami di tingkat yang tepat untuk mengelola proses ini." kata dia.
Belum ada kerangka waktu yang disebutkan mengenai pemulihan kerja sama. Senator Payne tidak mau mengukuhkan apakah kerja sama antara angkatan laut Indonesia dan Australia akan tetap dijalankan sesuai jadwal bulan depan.
Dalam pernyataan terpisah, Menhan Payne mengatakan Australia bertekad "membangun hubungan pertahanan yang kuat dengan Indonesia" dan akan "bekerja dengan Indonesia guna memulihkan hubungan kerjasama penuh secepat mungkin."
TNI memutuskan sepihak
Jenderal Gatot Nurmantyo mengungkapkan mengenai adanya tentara Indonesia yang dibina untuk menjadi agen untuk mempengaruhi dalam pidato akhir November lalu.
Dalam pidato yang rekamannya berhasil diperoleh ABC, Nurmantyo mengatakan dia telah menghentikan program pengiriman siswa militer ke Australia ketika dia mulai menjabat sebagai Panglima TNI.
Pengamat politik Indonesia, Associate Professor Greg Fealy dari Australian National University di Canberra mengatakan, pernyataan seperti ini sudah pernah disampaikan sebelumnya di masa lalu.
Dia mengatakan, pernyataan seperti itu sebenarnya tidaklah mengejutkan. Yang mengejutkan adalah tindakan yang dilakukan oleh TNI sekarang ini.
"Prinsip bahwa sipil yang mengawasi tindakan militer menjadi dipertanyakan atas tindakan jenderal tersebut. " (3)
Sumber : http://www.kompas.com/

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)