F-15 D |
Corong media resmi Angkatan Udara AS, Air Force Times, memberitakan bahwa AU AS tengah mempertimbangkan untuk memensiunkan F-15C/D yang berdinas di US Air National Guard. Rencana tersebut terungkap saat Kepala Sub Komite House Armed Services Committee Kongres AS menanyakan rumor yang beredar tersebut kepada Letjend Scott Rice, Direktur Air National Guard.
Dalam rencana jangka panjang penghematan anggaran, sebanyak 236 unit F-15C/D akan diistirahatkan di AMARG dan peranannya akan digantikan oleh F-16 Viper yang diupgrade ke standar Block 52 termasuk implementasi sistem radar AESA. Jika memang rencana ini akan diimplementasikan, setidaknya AU AS baru akan mengeksekusinya pada tahun 2020 sembari menunggu F-16 selesai menjalani upgrade.
Rencana anggaran AU AS untuk 2019 sama sekali tidak menyebutkan adanya rencana untuk memensiunkan F-15. Latar belakang dari rencana ini adalah keterbatasan anggaran AU AS, yang harus memprioritaskan beberapa program unggulannya seperti pengembangan F-35A Lightning II.
AU AS sendiri juga merasakan biaya operasional yang cukup mahal. Dari data Department of Defense Fixed Wing & Helicopter Reimbursement Rates 2016, diketahui bahwa biaya operasional per jam terbang untuk F-15C mencapai US$23.124, dan F-15D sedikit lebih tinggi, US$23.263. Bandingkan dengan F-16C/D yang hanya membutuhkan US$8.300, atau hanya sepertiganya. Sebagai catatan, F-35A milik AU AS biaya operasi per jamnya mencapai US$28.455, malah lebih tinggi dari F-15C/D.
Menurut Letjend Scott Rice dan Mayjend Scott D. West selaku Direktur Operasi AU AS, “F-15C sudah melayani negara ini dengan baik, begitu pula dengan pilot-pilotnya. Dan dua pesawat ini (F-15C dan D) adalah platform superioritas udara kita; namun sekarang fungsinya sebagian besar sudah diemban oleh F-22 Raptor.”
Bagi AU AS, memelihara dua pesawat tempur superioritas udara sebenarnya tidak logis karena biayanya sudah pasti mahal, mengingat kedua pesawat tempur ini bermesin ganda.
F-16 sendiri, walaupun diupgrade ke standar Block 52 dengan radar AESA, tetap saja memiliki sejumlah keterbatasan dalam hal kemampuan gotong senjata (payload), jarak tempuh, kecepatan, dan endurance yang dimiliki. Namun bagi AU AS yang memiliki aset pesawat tempur yang tersebar cukup merata di seluruh negara bagian, sebenarnya hal itu tidak menjadi masalah yang signifikan karena jangkauannya saling tumpang tindih. Untuk tugas-tugas patroli di kontinental Amerika Serikat pun tidak akan ada kendala berarti.
Hal yang jadi masalah adalah kalau AS memiliki kebutuhan untuk memproyeksikan kekuatannya ke luar negeri, terutama ke hotspot di Timur Jauh, Timur Tengah, dan Afrika. Ketersediaan pangkalan tempur di negara sahabat terkadang tidak memadai dan jauh jaraknya, menuntut pengisian bahan bakar berulang yang tentu akan menyita konsentrasi pilot. Kapasitas gotong senjata pun akan jadi krusial, terutama kalau nanti harus melayani pertempuran udara.
Sejauh ini, belum ada rencana yang material atau riil mengenai pemensiunan F-15C/D. Semua akan tergantung perencanaan AU AS dalam 2 tahun ke depan. Jangan lupa juga, Boeing selaku pabrikan F-15 juga sudah menawarkan varian upgrade F-15 2040C yang memampukannya menjadi platform rudal nan canggih dengan kapasitas senjata dua kali varian lama.
Apabila F-16 didapuk sebagai pengganti pun, tetap akan ada waktu lag penggantian dimana F-16 juga butuh waktu untuk diupgrade. Yang jelas, varian F-15E Strike Eagle atau yang sering disebut sebagai Mud Hen tidak akan diganggu sama sekali terkait dengan rencana AU AS ini. Aryo Nugroho
Sumber : http://angkasa.grid.id/