Krasnodar menembakan rudal jelajah Kalibr |
Kapal selam Krasnodar dari Project 636.3 “Varshavyanka” kemarin terlibat dalam penyerangan ISIS di Suriah dengan menembakan rudal jelajah Kalibr. Krasnodar mampu mendeteksi target dari jarak tiga hingga empat kali lebih jauh dari yang dapat dijangkau radar musuh.
Tidak lama lagi kapal selam (keenam) diesel elektrik dari Project 636.3 “Varshavyanka” akan menjadi bagian dari Armada Laut Hitam. Kapal selam Project 636.3 “Varshavyanka” sangat senyap dan sulit dideteksi dengan alat hidroakustik sehingga dapat bergerak secara diam-diam ke area serangan.
Karena fitur-fitur ini, pakar kapal selam NATO menjulukinya “Black Hole atau Lubang Hitam”. Berbeda dengan kapal selam sebelumnya, Project 636.3 Varshavyanka lebih sempurna untuk ekspedisi di perairan dangkal Laut Hitam dan Baltik.
“Potensi kapal selam ini pertama kali dipamerkan pada tahun 2015, saat kapal selam Rostov-on-Don (dari proyek yang sama) terlibat menyerang teroris di Suriah dengan rudal jelajah Kalibr. Setelah Armada Laut Hitam mendapatkan kapal keenamnya, Kolpino, mereka akan memiliki brigade kapal selam yang komplet di sana.
Menurut mantan Komandan Tinggi Armada Laut Hitam Igor Kasatonov, hingga 2020, perusahaan-perusahaan pertahanan Rusia akan membangun enam kapal selam serupa untuk Armada Pasifik.
Setiap kapal selam Project 636.3 dipersenjatai dengan rudal Kalibr-PL yang mampu menyasar target di jarak hingga 2.500 kilometer. Berat hulu ledak rudal tersebut sekitar 500 kilogram dan ledakannya mampu menghancurkan apa pun yang ada dalam radius beberapa ratus meter dari pusat target. “Ini adalah ledakan besar yang benteng beton berpelindung mana pun tidak dapat tahan,” ujar Dmitri Safonov, pengamat militer dari harian Izvestia.
Mengapa kapal selam Project 636.3 ikut menembakan rudal Kalibr ke Unit ISIS yang Kecil?
Rudal jelajah Kalibr merupakan senjata yang sangat mahal dan percuma menggunakannya melawan teroris ISIS. “Peluncuran tersebut hanyalah demonstrasi potensi armada dan senjata kita untuk calon pembeli di Asia Tenggara dan Amerika Latin, serta ‘mitra’ NATO kita, yang sedang membangun pangkalan militer baru di Eropa Timur.”
Sumber : http://rbth.com/