![]() |
KCR-60 |
PT. Penataran Angkatan Laut (PAL) ditunjuk untuk mengemban tugas mewujudkan salah satu program kemandirian alutsista oleh KKIP berupa pembangunan Kapal Cepat Rudal 60 meter (KCR-60) dalam rangka memenuhi kebutuhan esensial minimum TNI AL.
KCR-60 sendiri dibuat oleh PT.PAL dengan sebanyak mungkin mendayagunakan kandungan lokal. Untuk baja sebagai bahan pembuat utama lambung kapal, PT. PAL melakukan riset bersama dengan PT. Krakatau Steel untuk dapat menciptakan baja dengan kualitas setara Marine Grade.
Setelah melalui beberapa kali fase trial and error, PT. Krakatau Steel akhirnya berhasil membuat baja sesuai spesifikasi, dan tiga KCR-60 yang dibuat oleh PT. PAL sesuai kontrak tahun 2011 seluruhnya sudah diserahkan kepada TNI AL selaku penggunanya pada 2014, dan bahkan sudah dijadikan ajang uji tembak rudal C-705 yang disaksikan oleh Presiden Jokowi.
Saat ini PT. PAL tengah mengerjakan KCR-60 Batch 2, yang juga dibuat sebanyak tiga unit, dan diawali dengan W000297 yang sudah mencapai tahap peletakan lunas pada bulan Maret lalu. Dibandingkan dengan batch pertama, ada sejumlah perubahan yang dilakukan oleh PT.PAL pada KCR-60 tahap kedua ini, untuk membuatnya semakin memiliki kekuatan penggentar yang dibutuhkan.
Perubahan pertama adalah naiknya berat muatan penuh pada KCR-60 Batch 2. KCR-60 generasi pertama memiliki displacement 460 ton, sementara KCR-60 Batch 2 memiliki displacement 500 ton. Tambahan toleransi bobot ini dapat memberikan ruang untuk integrasi sistem senjata yang lebih baik.
Kenaikan bobot tersebut diimbangi dengan kekuatan mesin. Jika KCR-60 Batch 1 menggunakan mesin pendorong dengan spesifikasi 2 x 2.880 kw, maka KCR-60 Batch 2 akan menggunakan mesin pendorong dengan spesifikasi 2 x 3.800 kw atau 5.100hp.
Kenaikan daya yang signifikan ini akan memberikan rasio tenaga per ton yang lebih besar, sehingga KCR-60 Batch 2 dalam perkiraan penulis bisa menembus kecepatan 30 knot, menjadikannya kapal cepat sejati yang bisa meliuk cepat dan kemudian melepaskan rudal C-705 yang menjadi andalan kapal kelas ini.
Untuk sistem senjata yang akan dipasang, belum terdapat informasi akan adanya perubahan. Artinya format senjata standar seharusnya terdiri dari 1 pucuk meriam 57mm, 1 pucuk kanon 20mm, dan 2x2 kotak peluncur untuk rudal anti kapal berjarak 150 kilometer.
KCR-60 dikabarkan dilirik banyak negara karena performa dan harganya yang ekonomis. Filipina sendiri dikabarkan tengah melakukan penjajakan atas KCR-60, untuk pembelian sebanyak 2 unit. Hal ini mengingat Filipina tengah gencar melakukan modernisasi atas angkatan bersenjatanya yang memang sudah banyak tertinggal. Negara-negara Afrika seperti Senegal, Guinea Bissau, dan Gabon juga melirik KCR-60, tetapi khusus untuk negara-negara tersebut membutuhkan analisa yang mendalam karena Indonesia belum pernah menerbitkan ijin ekspor senjata untuk negara-negara tersebut. (Aryo Nugroho)