Sejarah: Amerika Serikat Memproklamasikan Kemerdekaan - Radar Militer

04 Juli 2017

Sejarah: Amerika Serikat Memproklamasikan Kemerdekaan

Lukisan Amerika Serikat Memproklamasikan Kemerdekaan
Lukisan Amerika Serikat Memproklamasikan Kemerdekaan

Hari ini 241 tahun yang lalu, sebuah negara muda memproklamasikan kemerdekaannya, negeri itu kini dikenal sebagai Amerika Serikat.
Pada 4 Juli 1776, Kongres Kontinental mengadopsi Deklarasi Kemerdekaan, di Philadelphia, Pennsylvania. Isi deklarasi itu adalah menyatakan kemerdekaan Amerika Serikat dari Kerajaan Inggris dan Rajanya.
Deklarasi kemerdekaan terjadi 442 hari setelah Revolusi Amerika dimulai di Lexington dan Concord, Massachusetts sekaligus memulai sebuah konflik yang akan melibatkan Perancis.
Pertama kali warga Amerika menunjukkan perlawanan terhadap Inggris adalah pada 1765 setelah Parlemen meloloskan "Stamp Act", yaitu sebuah peraturan pajak untuk meningkatkan pendapatan bagi pembiayaan tentara Inggris di Amerika.
Di bahwa slogan "tak ada pajak tanpa perwakilan" , warga Amerika menyuarakan perlawanan terhadap peraturan baru itu pada Oktober 1765.
Namun, pemerintah kolonial tetap menjalankan aturan itu pada November 1765 yang berujung pada boikot barang-barang produksi Inggris. Bahkan muncul serangan terhadap kantor-kator bea cukai dan kediaman pegawai pajak.
Setelah beberapa bulan penuh protes, Parlemen akhirnya memutuskan untuk mencabut Stamp Act pada Maret 1766.
Setelah itu, warga Amerika kembali "menurut" kepada pemerintah Inggris hingga Parlemen menerbitkan Undang-undang Teh, sebuah aturan yang dirancang untuk menyelamatkan Perusahaan Dagang India Timur (EIC) dengan memberi pajak rendah atas teh dan memberi EIC monopoli perdagangan teh di Amerika.
Pajak yang rendah memungkinkan EIC memberantas penyelundupan teh yang dilakukan para pedagang Belanda dan warga Amerika melihat undang-undang ini sebagai bentuk lain tirani pajak Inggris.
Sebagai respon, kelompok militan asal Massachussets yag menamakan diri Patriots aksi membuang sebanyak 9 ton teh kualitas tinggi di Pelabuhan Boston yang kemudian dikenal sebagai Boston Tea Party.
Aksi ini yang diikuti penghancuran sejumlah properti milik Kerajaan Inggris membuat Parlemen menerbitkan Undang-undang Paksaan pada 1974.
Undang-undang ini mencegah kapal-kapal dagang menggunakan pelabuhan Boston, menegakkan hukum miliyer di Massachusetts, membuat perwira militer Inggris kebal hukum di Amerika, meminta daerah koloni menampung tentara Inggris.
Kondisi ini kemudian membuat para warga tanah jajahan menyerukan Kongres Kontinental untuk membentuk sebuah perlawanan semesta Amerika terhadap Inggris.
Massachusetts kemudian yang menjadi pemimpin perlawanan terhadap Inggris, membentuk pemerintahan revolusioner, dan membentu milisi untuk melawan militer Inggris di Amerika.
Pada April 1775, Thomas Gage, gubernur Massachusetts, memerintahkan pasukan Inggris bergerak ke kota Concord tempat milisi Patriot menyimpan persenjataan mereka.
Pada 19 April 1775, pasukan Inggris berhadapan dengan milisi Amerika di Lexington dan peluru pertama Revolusi Amerika dilepaskan di tempat itu.
Awalnya, baik warga Amerika atau Inggris melihat konflik ini sebagai perang saudara di dalam Kekaisaran Inggris. Sementara bagi Raja George III konflik ini meriupakan bentuk pemberontakan, dan warga Amerika melihatnya sebagai upaya memperjuangkan hak-hak mereka.
Meski demikian, Parlemen enggan bernegosiasi dengan kelompok perlawanan dan malah menyewa tentara bayaran dari Jerman untuk membantu tentara Inggris menumpas pemberontakan.
Sebagai respon keengganan Inggris melakukan reformasi, Kongres Kontinental memulai langkah untuk menyingkirkan Inggris selamanya dari tanah Amerika.
Pada Januari 1776, Thomas Paine menerbitkan Common Sense, sebuah selebaran politik yang secara meyakinkan memberi alasan untuk kemerdekaan Amerika.
Selebaran itu terjual lebih dari 500.000 kopi selama beberapa bulan dan sangat memengaruhi pandangan bangsa Amerika.
Pada musim semi 1776, para pendukung kemerdekaan sudah mulai menyebar ke seluruh wilayah Amerika, Kongres Kontinental meminta negara-negara bagian membentuk pemerintahan dan menunjuk lima orang untuk merancang sebuah deklarasi.
Naskah Deklarasi Kemerdekaan Amerika sebagian besar merupakan hasil kerja Thomas Jefferson asal Virginia. Hal yang menjadi landasan Jefferson untuk membenarkan keinginan Amerika merdeka adalah filsafat John Locke.
John Locke menyebut bahwa semua manusia tercipta sederajat dan mendapatkan hak dari Tuhan yang tak bisa diabaikan begitu saja.
Hak-hak yang diberikan Tuhan kepada manusia itu adalah hak untuk hidup, merdeka, dan mengejar kebahagiaan.
Pada 2 Juli 1776, Kongres Kontinental melakukan pemungutan suara untuk menyetujui mosi yang diajukan Virginia untuk melepaskan diri dari Inggris.
Kata-kata dramatis dari resolusi ini kemudian ditambahkan sebagai penutup Deklarasi Kemerdekaan AS. Dan, dua hari kemudian, pada 4 Juli 1776, deklarasi ini diterima ke-12 koloni dengan sangat sedikit perubahan.
Negara bagian New York menerima deklarasi ini pada 19 Juli 1776 dan pada 2 Agustus 1776, Deklarasi Kemerdekaan ditandatangani ke-13 negara bagian.
Setelah itu, Perang Kemerdekaan Amerika pecah selama lima tahun diwarnai intervensi Perancis, dengan kemenangan terakhir Amerika di Yorktown pada 1781.
Pada 1783, Inggris menandatangani Perjanjian Paris yang sekaligus menjadikan Amerika Serikat secara resmi menjadi sebuah negara merdeka.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb