![]() |
Senapan Serbu AK-107 |
Judul di atas merupakan pertanyaan menarik nan menggelitik, mengingat sebagian besar senapan serbu bekerja dengan prinsip operasi gas yang berasal dari ledakan mesiu yang disalurkan melalui laras. Mungkinkah membuat senapan serbu yang sempurna tanpa hentakan tolak balik?
Sebagai konsekuensi dari prinsip mekanika gas ini, gerak ke belakang dari bolt yang didorong oleh gas tersebut sudah pasti menimbulkan hentakan karena dihentikan paksa oleh pegas yang termampatkan lalu ‘memberontak’ dan mulai mendorong bolt carrier ke arah depan. Seluruh senapan dan senapan serbu semi otomatis, yang diproduksi dan digunakan oleh militer negara manapun, menggunakan mekanisme dasar ini walaupun mungkin ada inovasi dan fitur yang berbeda antar pabrikan dan variasi dalam penerapannya.
Dalam beberapa skenario penembakan senjata ringan seperti senapan serbu, akurasi dari tembakan ke tembakan sangat diidam-idamkan. Bisa saja dalam tembakan pertama, sasaran tidak kena sehingga butuh tembakan kedua atau seterusnya. Sebisa mungkin penembak mendapatkan titik perkenaan sesuai dengan bidikannya. Permasalahannya, tolak balik menyebabkan getaran dan bergesernya bidikan, dimana untuk satu tembakan yang ditempatkan dengan jitu, penembak harus menyelaraskan ulang pisir dan pejeranya. Padahal sepersekian detik yang hilang untuk menyelaraskan bidikan itu sangat krusial, karena bisa jadi musuh sudah membalas tembakannya.
Itu baru problem tembakan tunggal, belum lagi bila tuas selektor penembakan digeser ke otomatis. Sekali tarik picu, berhamburanlah proyektil tersebut ke segala arah karena hentakan tolak balik cenderung menyebabkan laras terangkat ke atas. Tidaklah mengherankan bila tentara di seluruh belahan dunia selalu diajarkan untuk menembak dalam moda semi-auto atau tembakan tunggal di lapangan tembak walaupun senjatanya memiliki setingan untuk rentetan panjang. Hanya dalam kondisi terpaksa saja tembakan rentetan panjang dapat digunakan untuk menyapu sasaran atau memberikan tembakan perlindungan, itupun tidak ada jaminan kena.
Pabrikan Izmash sebagai produsen senapan serbu Kalashnikov yang legendaris sendiri ternyata pernah berkreasi dengan melansir senapan serbu tanpa hentakan alias recoiless, yang sudah diimpi-impikan sejak jaman Uni Soviet. Kala itu, Uni Soviet hendak mencari pengganti AK-74 dan menginisiasi kompetisi Abakan yang hendak menyaingi program ACR (Advanced Combat Rifle) milik Angkatan Bersenjata Amerika Serikat. Program Abakan berlangsung selama satu dekade sejak 1980, sebelum krisis ekonomi Uni Soviet meluluhlantakkan negara tersebut dan memecah-mecahnya menjadi beberapa negara.
Program Abakan lahir dari hasil studi Komisi Dewan Menteri dimana sesuai doktrin Soviet yang menekankan pada infantri mekanis (motor-rifle), pasukan akan turun dari kendaraan, menembak dengan rentetan pendek, kemudian berpindah cepat dengan dilindungi tembakan kanon dari ranpur, kemudian menembak lagi, sampai bisa mendekat dan mengeliminasi sasaran. Oleh karena itu, dibutuhkan senapan yang bisa dikontrol sepenuhnya saat ditembakkan dalam rentetan pendek dari posisi berlari, berlutut, dan tiarap. Kebutuhan ini dituangkan dalam dokumen 280 27.08.81 yang mensyaratkan senapan serbu yang efektifitasnya 1,5-2 kali dari AK-74. Saat itu kompetisi diikuti oleh biro desain KBP, Kovrovskogo, IzhNITI, dan PO Izhmash, tetapi pada akhirnya tidak satupun purwarupa yang diajukan dianggap memuaskan dan memenuhi syarat.
Selepas Perang Dingin, Rusia yang tertatih mematikan program Abakan, dan ide mengenai senapan serbu yang inovatif pun untuk sementara dimatikan. Barulah ketika Izmash menelurkan konsep keluarga AK-100 sebagai penyempurnaan dari AK-74 kemudian mereka berani berkreasi menciptakan senapan serbu dengan minim hentakan. Menerima kode 7, 8, dan 9 sebagai AK-107, AK-108, dan AK-109 ketiga senapan serbu ini hanya berbeda dalam kaliber saja. Jika AK-107 menggunakan kaliber standar 5,45x39mm, maka AK-108 menggunakan kaliber 5,56x45mm NATO untuk dipasarkan secara internasional. Sementara AK-109 disiapkan untuk menggantikan AK-47 dengan peluru 7,62x39mm.
AK-107/108 menggunakan sistem peniada hentakan yang boleh dikata sederhana konsepnya namun sulit penerapannya. Secara sederhana, senapan serbu ini dikembangkan dengan prinsip counter recoil, dimana jika pada senapan serbu biasa hentakan hanya ke arah belakang, maka pada AK-107/108 dibuat satu sistem recoil ganda ke arah depan, dengan inersia yang mendekati atau bisa dikatakan sama dengan gaya yang dirasakan di belakang. Sistem semacam ini pertama kali diterapkan pada senapan serbu AKB yang dikembangkan oleh V.M. Kalashnikov dan juga AEK-971 yang dikembangkan oleh Kovrov dimana keduanya diikutkan pada tes Abakan.
Prinsip counter recoil ini terjadi ketika titik puncak massa yang menghantam titik di belakang dan di depan dibuat sama besar dan terjadi dalam waktu yang bersamaan, sehingga saling meniadakan satu sama lain. Oleh karena itu, hentakan yang dirasakan penembak pun nyaris tidak terasa sama sekali. Mau senapan ditembakkan sekali atau rentetan panjang, muzzle climb atau naiknya laras karena tembakan berulang kali boleh dikatakan sangat minim sekali. Akurasi antara tembakan demi tembakan jelas meningkat dengan grouping yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan senapan serbu biasa.
Bagaimana melakukannya? Para insinyur di Izmash ternyata memodifikasi sistem pada AK-107/8 dengan piston pipih atau, jika pembaca sering utak-atik airsoftgun, bayangkan tappet plate yang bergerak ke depan, dan ujungnya dibuat berbentuk seperti kait. Ujungnya menempel ke jalur gas yang dibuka tegak lurus dari laras di bawahnya. Jadi ketika peluru melesat melewati laras, gasnya tidak hanya dialirkan ke belakang, tetapi juga mendorong tappet plate ini ke arah depan sebagai counter recoil untuk bolt carrier yang bergerak ke belakang.
Sentakan dengan inersia yang sama dan secara bersamaan tentu saling membatalkan satu sama lain.Tappet plate ini di bagian depan dibungkus rumah berbentuk persegi yang menempati posisi tabung gas pada AK-74. Jika tabung gas pada AK-74 hanya memanjang sampai tiga perempat panjang laras, pada AK-107/108 rumah dari tappet plate ini memanjang sampai ke tiang pisir. Bukaan tempat gas dialirkan kembali ke dua piston pada AK-107/108 pun letaknya jauh lebih dekat ke kamar peluru dibandingkan pada AK-47/74.
Selain dua piston yang digunakan, sistem penembakan pada AK-107/108 juga masih relatif sama dengan mengandalkan pada bolt carrier dan rotary bolt, hanya saja jarak yang ditempuh bolt carrier dan piston pada AK-107/108 dibuat lebih pendek untuk mengimbangi gerak piston kedua ke arah depan; selain itu recoil travel piston pertama juga tidak perlu terlalu panjang karena sudah diimbangi oleh piston kedua.
Diluar sistem penembakannya yang inovatif, pabrikan Izmash juga membenamkan sejumlah pembaruan minor dan kosmetik untuk membuat senapan serbu ini laku di pasaran. Jika awalnya AK-107/108 tampil seperti saudara-saudaranya, maka sejak tahun 2011 Izmash memperkenalkan varian perbaikan dari AK-107/108 sehingga terdapat ciri khas pada senapan serbu ini.
Ubahan tersebut dapat terlihat pada pemasangan sistem rel dengan spek menyerupai rel weaver/ picattinny yang dicetak menyatu pada bagian atas cover receiver. Perubahan lain ada sistem pisir dan pejera, dimana pisir pada AK-107/108 tidak lagi menggunakan model U-post yang merupakan fitur klasik pada seluruh keluarga AK-47/74. Sebagai gantinya, pisir pada AK-107/108 menggunakan lubang diopter yang terpasang pada dudukan QD (Quick Detach) di sisi belakang, tidak lagi di tengah seperti AK-47/74.
Pisir model diopter ini memiliki kenop putar di sebelah kanan untuk setelan elevasi. Rel weaver juga dapat dipergoki di bagian pegangan tangan depan, yang terbuat dari plastik dan dicat hitam. Dudukan untuk aksesoris ini disediakan pada tiga kuadran, yaitu kiri, kanan, dan sisi bawah untuk memasang pegangan tangan.
Pada bagian popor, Izmash memperkenalkan popor lipat baru dengan bentuk yang lebih taktis, yang didesain tetap melipat ke arah kiri. Popor ini dapat disesuaikan panjangnya karena memiliki fitur tarik, dan bagian belakangnya pun dibuat dengan desain berongga untuk membuatnya ringan. Izmash juga membuat peredam cahaya dengan bentuk baru, dengan tiga lubang berbentuk lingkaran di setiap sisi untuk menghindarkan bidikan bergeser ke kiri atau ke kanan, setelah hentakan ke atas dapat diminimalisasi dengan sistem counter recoil.
Walaupun Izmash aktif memasarkan AK-107 dan AK-108 kemanapun mereka menyelenggarakan pameran, tidak ada order yang mendarat untuk senapan serbu inovatif ini. Awamnya militer dengan sistem baru ini membuat banyak yang ragu untuk mengadopsinya. Rusia sendiri mengevaluasi AK-107, termasuk menurunkannya dalam latihan militer seperti Kavkaz di tahun 2012, namun memutuskan tidak melanjutkan evaluasinya dan justru memilih AK-12 yang konvensional sebagai senapan baru pengganti AK-74.
Salah satu alasan yang membuat banyak yang enggan melirik AK-107 mungkin juga dikarenakan bobotnya, mengingat bobot AK-107 dalam keadaan terisi peluru sudah mencapai 4,2 kilogram karena penambahan piston kedua dan mekanika pendukungnya. Senapan serbu lain dengan magasen terisi penuh biasanya bobotnya ada di bawah 4 kilogram.
Walaupun kurang beruntung saat melahirkan AK-107/108/109, pada akhirnya justru pasar sipil yang menyambut sistem senapan counter recoil ini. Melalui anak perusahaannya yaitu Saiga, pasar Amerika Serikat menyambut baik produk MK-107 yang merupakan adopsi dari AK-107 dengan pembatasan moda penembakan yang cukup semi auto. MK-107 juga dibangun dengan bentuk yang lebih ramah dengan selera Barat, termasuk dengan desain popor MagPul CTR, competition pistol grip dan handguard baru. MK-107 (ada yang menyebutnya AK-15) ditujukan untuk pasar tembak kompetisi dan tersedia dalam kaliber .223 Remington, serta dapat mengadopsi magasen standar AR-15. (Aryo Nugroho)