Hermes 900 |
Drone atau wahana udara tak berawak (UAV) akan segera menerbangi langit Filipina setelah Presiden Rodrigo Duterte mengumumkan bahwa ia akan menerima tawaran UAV yang dibuat oleh produsen pertahanan Israel Elbit Systems. Dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di parlemen Filipina sesaat setelah pidato kenegaraan keduanya, Duterte mengatakan bahwa dia sebelumnya ditawari dua UAV high altitude yang bisa terbang di luar jangkauan peluru dan melakukan survei darat, bertindak sebagai mata di langit bagi pasukan darat dan pasukan polisi saat mereka memasuki medan perang.
Dia mengatakan bahwa pasukan akan dapat mempelajari gambar pengintaian high definition yang dipasok oleh drone yang terbang tinggi sebelum mereka meninggalkan kamp mereka untuk berpatroli.
Presiden Duterte mengacu pada dua UAV yang didemonstrasikan kepada Angkatan Bersenjata Filipina dan Kepolisian Nasional Filipina oleh Elbit Systems di Kota Lipa, Batangas dan ditawarkan dalam pengadaan pemerintah-ke-pemerintah dengan Israel. Kedua UAV tersebut, Hermes 900 dan Hermes 450 yang lebih kecil, merupakan drone militer canggih yang secara teknologi setara dengan, atau bahkan lebih baik daripada pesawat tak berawak AS seperti Predator dan Global Hawk.
Hermes 900 memiliki daya tahan terbang yang luar biasa selama 72 jam - atau tiga hari penuh di udara - dan dapat membawa berbagai muatan militer, termasuk perangkat pencitraan termal definisi tinggi yang dapat memindai dan mendeteksi keberadaan musuh 24 jam sehari, siang dan malam dan bahkan dalam cuaca buruk. Drone ini dapat memberikan kewaspadaan dimedan perang yang tak tertandingi dan menghilangkan kemungkinan terjadinya penyergapan, serta memungkinkan reaksi yang cepat dan terinformasi untuk pasukan perespon dan pasukan bantuan.
UAV berteknologi tinggi tersebut juga dapat melakukan laser designation untuk amunisi pintar berpresisi tinggi, yang memungkinkan serangan udara dan artileri yang jitu dan menghilangkan kemungkinan terjadi korban korban salah tembak atau collateral damage seperti apa yang terjadi beberapa kali pada konflik Marawi.
UAV diharapkan dapat mencegah korban besar personil bersenjata polisi dan militer dan dengan mudah dapat mengubah keunggulan pertempuran yang menguntungkan pihak pemerintah Filipina.
Sumber : thestandard.com.ph