India Pilih Rafale Buatan Perancis Dibanding Sukhoi Rusia - Radar Militer

30 Agustus 2017

India Pilih Rafale Buatan Perancis Dibanding Sukhoi Rusia

Rafale
Rafale 

Saat ini India telah menandatangani kontrak untuk 36 unit jet tempur multi peran Dassault Rafale dari Perancis, setelah negosiasi yang alot dimana India terpaksa melepaskan kewajiban 'Make in India' untuk bisa meminang jet tempur seksi dari Perancis itu. India takluk dari Perancis yang berhasil memaksa India membeli Rafale made in Paris, bukan Delhi.
Di sisi lain, mayoritas pesawat tempur India sendiri sebenarnya adalah buatan Rusia. India memilih Rusia bukan karena kualitas sebagai prioritas, tetapi pada kerelaan Rusia untuk berbagi teknologi, walaupun harga yang harus ditebus ternyata mahal juga. Tapi kalau disuruh memilih, India lebih suka jet-jet Perancis yang umur pakainya lama dan kesiapannya tinggi.
Nah, India sendiri sedang punya proyek pesawat tempur masa depan, Fifth Generation Fighter Aircraft (FGFA). India memang ambisius, mereka tertatih-tatih dengan Tejas, tapi yakin kalau mereka akan berhasil membuat pesawat tempur generasi kelima menyaingi F-22 dan F-35. Modalnya sih, masih mau minta teknologi Rusia. Negeri Presiden Putin itu setuju saja, kalau perlu teknologi Su-57 PAK FA akan diberikan, tetapi hitung-hitungan harganya harus cocok dulu.
India, yang sudah paham tabiat Rusia dalam jualan senjata, jeri kalau mereka ditodong di belakang seperti ketika India ingin mengintegrasikan rudal Brahmos versi peluncur udara ke Su-30MKI. Oleh karena itu, India saat ini tengah mempertimbangkan untuk merealisasikan saja opsi Rafale yang tersisa, atau 36 unit lagi dengan harga hanya 60% dari total pembelian gelombang pertama.
Bagi India, Rafale merupakan solusi yang bisa memuaskan semua pihak. Ongkos akuisisinya bisa diperkirakan pasti, sementara kapabilitasnya, seperti mampu membawa bom nuklir yang dibuat sendiri oleh India, merupakan syarat wajib yang bisa dikerjakan oleh penempur cantik dari Perancis ini. Akses terhadap persenjataan Perancis yang akurat serta sistem elektro optik yang mumpuni adalah tawaran lain yang sukar ditolak. Sebagai catatan, sebelum embargo dikenakan kepada Rusia, Perancis merupakan pemasok sistem elektro optik bagi jet-jet tempur Rusia.
India pun sudah punya rencana untuk menempatkan 36 jet pertamanya, setengah di Hasimara yang berdekatan dengan perbatasan dengan China, dan sisanya di Ambala, atau front Barat dengan Pakistan. Kalau 36 Rafale tersisa dibeli, ya artinya masing-masing pangkalan akan memperoleh 2 skadron, yang artinya semakin meningkatkan kesiapan AU India.
Satu-satunya yang mengganjal tinggal masalah kemandirian, yang bagi India hanya ada satu jalur pasti (mahal): Rusia. Beberapa petinggi militer India meyakini, kalau FGFA, betapapun mahalnya, adalah sistem senjata yang tetap layak dikembangkan untuk memastikan India tidak disetir ke kanan ataupun ke kiri oleh sekutu-sekutunya, dan berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan negara-negara tetangganya. Jadi, apakah 36 Rafale akan jadi dibeli? Jawabannya akan sukar ditebak karena kisah pembelian alutsista India memang sukar diduga. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb