Latihan Militer Korea Selatan |
Seorang tentara Korea Selatan tewas dalam sebuah ledakan saat latihan artileri pada Jumat lalu di dekat perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara. Kecelakaan ini juga menyebabkan enam tentara lainnya terluka.
Seperti dilansir Business Insider, Jumat, 18 Agustus 2017, tentara berusia 27 tahun berpangkat sersan meninggal saat dibawa ke rumah sakit. Korban berasal dari sebuah unit yang berbasis di kota perbatasan Cherwon, yang terletak 45 mil timur laut Seoul. Cherwon berada di dekat Zona Demiliterisasi, daerah yang memisahkan dua Korea.
”Sebuah ledakan yang tidak teridentifikasi terjadi selama latihan tersebut, melukai beberapa orang,” kata seorang pejabat Angkatan Darat Korea Selatan kepada kantor berita Yonhap dalam kondisi anonim. Ledakan itu masih diselidiki.
Pejabat tersebut menjelaskan, ledakan terjadi saat sesi latihan, ketika salah satu dari 10 kendaraan tempur K-9 Thunder howitzer dilalap api. Kebakaran itu melukai tentara yang mengoperasikannya.
Insiden ini terjadi saat Korea Selatan bersiap untuk mengikuti latihan perang gabungan tahunan dengan Amerika Serikat (AS). Latihan bertajuk “Ulchi Freedom Guardian” itu akan dimulai pada 21 Agustus dan berakhir 31 Agustus 2017.
Korea Utara melihat latihan perang gabungan ini sebagai latihan untuk menginvasi Pyongyang. Harian Korea Utara, Rodong Sinmun, dalam editorialnya memperingatkan Seoul bahwa mereka harus memutuskan hubungannya dengan Amerika jika masih berharap untuk memperbaiki hubungan dengan Pyongyang.
Keinginan untuk mencegah perang sendiri ditunjukkan oleh Presiden Korea Selatan Moon Jae-In. Dia mengatakan Seoul memiliki hak veto atas tindakan militer Amerika dalam menanggapi program rudal dan nuklir Korea Utara.
"Saya akan mencegah perang dalam situasi apa pun. Saya ingin semua orang Korea Selatan percaya dengan yakin bahwa tidak ada perang yang terjadi," kata dia.
Komentar Moon pada Kamis, 17 Agustus 2017, dikeluarkan dalam peringatan 100 hari menjadi presiden. Itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika dan Korea Utara setelah peringatan Pyongyang bahwa mereka mungkin akan mengirim rudal ke perairan di dekat wilayah Guam.
Ketegangan memuncak di Semenanjung Korea selama beberapa bulan terakhir menyusul uji coba rudal balistik kontinental Pyongyang (ICBM), yang bertujuan untuk menyerang daratan Amerika.
Amerika menjadi penjamin keamanan Korea Selatan sejak berakhirnya Perang Korea pada 1953, yang menyebabkan semenanjung tersebut tetap terpecah dan secara teknis masih berperang tanpa sebuah kesepakatan damai.
Sumber : https://dunia.tempo.co/read/news/2017/08/19/118901316/kecelakaan-latihan-militer-korea-selatan-1-tentara-tewas
Seperti dilansir Business Insider, Jumat, 18 Agustus 2017, tentara berusia 27 tahun berpangkat sersan meninggal saat dibawa ke rumah sakit. Korban berasal dari sebuah unit yang berbasis di kota perbatasan Cherwon, yang terletak 45 mil timur laut Seoul. Cherwon berada di dekat Zona Demiliterisasi, daerah yang memisahkan dua Korea.
”Sebuah ledakan yang tidak teridentifikasi terjadi selama latihan tersebut, melukai beberapa orang,” kata seorang pejabat Angkatan Darat Korea Selatan kepada kantor berita Yonhap dalam kondisi anonim. Ledakan itu masih diselidiki.
Pejabat tersebut menjelaskan, ledakan terjadi saat sesi latihan, ketika salah satu dari 10 kendaraan tempur K-9 Thunder howitzer dilalap api. Kebakaran itu melukai tentara yang mengoperasikannya.
Insiden ini terjadi saat Korea Selatan bersiap untuk mengikuti latihan perang gabungan tahunan dengan Amerika Serikat (AS). Latihan bertajuk “Ulchi Freedom Guardian” itu akan dimulai pada 21 Agustus dan berakhir 31 Agustus 2017.
Korea Utara melihat latihan perang gabungan ini sebagai latihan untuk menginvasi Pyongyang. Harian Korea Utara, Rodong Sinmun, dalam editorialnya memperingatkan Seoul bahwa mereka harus memutuskan hubungannya dengan Amerika jika masih berharap untuk memperbaiki hubungan dengan Pyongyang.
Keinginan untuk mencegah perang sendiri ditunjukkan oleh Presiden Korea Selatan Moon Jae-In. Dia mengatakan Seoul memiliki hak veto atas tindakan militer Amerika dalam menanggapi program rudal dan nuklir Korea Utara.
"Saya akan mencegah perang dalam situasi apa pun. Saya ingin semua orang Korea Selatan percaya dengan yakin bahwa tidak ada perang yang terjadi," kata dia.
Komentar Moon pada Kamis, 17 Agustus 2017, dikeluarkan dalam peringatan 100 hari menjadi presiden. Itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika dan Korea Utara setelah peringatan Pyongyang bahwa mereka mungkin akan mengirim rudal ke perairan di dekat wilayah Guam.
Ketegangan memuncak di Semenanjung Korea selama beberapa bulan terakhir menyusul uji coba rudal balistik kontinental Pyongyang (ICBM), yang bertujuan untuk menyerang daratan Amerika.
Amerika menjadi penjamin keamanan Korea Selatan sejak berakhirnya Perang Korea pada 1953, yang menyebabkan semenanjung tersebut tetap terpecah dan secara teknis masih berperang tanpa sebuah kesepakatan damai.
Sumber : https://dunia.tempo.co/read/news/2017/08/19/118901316/kecelakaan-latihan-militer-korea-selatan-1-tentara-tewas