Sejarah Benteng Pendem: Kompleks Kantor Belanda Sekaligus Penjara - Radar Militer

04 November 2017

Sejarah Benteng Pendem: Kompleks Kantor Belanda Sekaligus Penjara

Benteng Van den Bosch
Benteng Van den Bosch  

Benteng Van den Bosch atau populer sebagai Benteng Pendem di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, memiliki sejarah panjang dan merupakan saksi biksu kekejaman Bangsa Belanda saat menjajah Indonesia.
Hal itu bisa dilihat dari bangunan yang dulunya selain berfungsi sebagai perkantoran pemerintahan Belanda juga menjadi penjara bagi warga sipil yang memberontak.
Letak benteng ini strategis yaitu hanya berjarak sekitar 1 km dari pusat kota Ngawi. Lokasinya berada di sudut pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Madiun.
Benteng Pendem berdiri di lahan seluas 15 hektare. Benteng ini terdiri dari berbagai bangunan seperti pintu gerbang, bangunan untuk rumah tentara Belanda, perkantoran, rumah Jenderal Van den Bosch, hingga penjara.
Meski tampak kotor dan tidak terawat, bangunan yang ada di dalam benteng tersebut masih terlihat kokoh. Setiap bangunan seperti mengisahkan betapa angkuh dan berjayanya pemerintah Belanda saat itu.
Bangunan bergaya Eropa itu sama sekali tidak memasukkan unsur-unsur lokal. Mulai dari bangunan, arsitektur, hingga lokasi penjara pun masih terlihat jelas sebagai peninggalan pemerintah kolonial.
Dahulu, saat masih berfungsi benteng ini dikelilingi parit yang penuh dengan air. Sehingga orang yang masuk ke benteng ini harus menggunakan perahu untuk sampai ke pintu gerbang benteng.
“Dulu kalau masuk ke benteng harus lewat parit dulu. Tetapi sekarang paritnya sudah tidak berfungsi,” kata penjaga Benteng Pendem Ngawi, Bambang Suwito, Rabu (1/11/2017).
Bambang menceritakan benteng itu dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1845. Benteng ini dibangun pada zaman Jenderal Van den Bosch berkuasa. Dahulu benteng ini dihuni tentara Belanda sebanyak 250 orang bersenjata bedil, enam meriam api, dan 60 orang kavaleri.
Benteng ini berfungsi untuk mempertahankan kekuasaan pemerintah Belanda di wilayah Madiun dan sekitarnya. Selain itu, benteng ini juga untuk mencegah perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda, khususnya pengikut Pangeran Diponegoro.
Selain sebagai hunian tentara dan perkantoran pemerintah Hindia Belanda, salah satu bagian di Benteng Van den Bosch juga terdapat makam K.H. Muhammad Nursalim. Nursalim merupakan salah seorang penentang pemerintah kolonial dan pengikut Pangeran Diponegoro.
Kala itu, tentara Belanda menangkap dan membawanya ke benteng. Konon, Nursalim dibunuh dengan cara dikubur hidup-hidup. Hal ini karena Nursalim memiliki kesaktian yang tidak mempan ditembak dengan senjata api.
Bambang menjelaskan setelah kemerdekaan bangunan Belanda ini dikuasi Bangsa Indonesia. Kemudian dimanfaatkan untuk kegiatan latihan militer. Saat ini benteng tersebut berada di bawah tanggung jawab Yon Armed 12 Kostrad.
Mengenai penamaan Benteng Pendem, kata dia, dahulu secara fisik benteng Van den Bosch ini dibangun lebih rendah dibanding tanah yang mengelilingi. Di sekeliling benteng tanahnya lebih tinggi seperti perbukitan. Sehingga dari luar tidak tampak ada bangunan benteng dan masyarakat setempat menamakan Benteng Pendem.
Kondisi bangunan benteng saat ini memang sudah banyak yang rusak. Sebagian besar atap bangunan telah rusak. Terutama yang menggunakan bahan kayu. Bangunan bersejarah ini membutuhkan bantuan untuk perawatan supaya lebih terawat.
Sumber : http://www.solopos.com

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb