F/A-18D Hornet TUDM |
Anggaran militer Angkatan Tentera Malaysia (ATM) 2018 telah disahkan, akan tetapi besarannya masih belum mampu memenuhi proyeksi pengembangan kebutuhan TUDM maupun pada kecabangan lain dalam organisasi militer Malaysia.
Padahal dari sisi keinginan TUDM, banyak sekali yang hendak diraih seperti pengadaan MRCA (Multi Role Combat Aircraft) yang diperebutkan Eurofighter Typhoon dan Dassault Rafale yang sudah beriklan besar-besaran untuk memikat hati rakyat Malaysia. Dari sisi kemampuan patroli maritim, mimpi memperoleh P-8A Poseidon pun dipaksa pupus begitu saja.
Namun begitu,TUDM masih tetap punya asa dan tidak mau pasrah begitu saja. Ada sejumlah rencana pengadaan paket ekonomis dan pemanfaatan alutsista yang sudah ada. Berikut adalah tiga rencana jangka menengah dari TUDM untuk menjaga kedaulatan wilayah udara Malaysia.
1. Membeli tambahan F/A-18C/D Hornet
TUDM saat ini mengoperasikan delapan unit F/A-18D Hornet yang telah ditingkatkan kemampuannya sampai setara dengan F/A-18F Super Hornet Block I. Malaysia sangat puas dengan Hornet karena dukungan AS yang kontinyu dan besar, dan pesawat tempurnya sendiri memang serba bisa, bagus untuk serang dan mantap untuk pertempuran udara.
Malaysia ingin membeli F/A-18C/D bekas dari Amerika Serikat dan meregenerasinya sehingga setara dengan armada F/A-18D yang sudah ada. Jumlah yang akan dibeli adalah empat sampai enam pesawat sehingga F/A-18D TUDM lengkap sebagai satu skuadron dan menjadi stop gap atau pengisi sampai Malaysia bisa membeli MRCA di tahun 2025.
2. Mengubah CN-235 jadi MPA
Kebutuhan yang paling mendesak bagi TUDM salah satunya adalah pesawat patroli maritim, yang selama ini menggunakan pesawat Beechraft King Air. Karena Poseidon tak terbeli, maka CN-235 yang sudah dimiliki akan ditingkatkan kemampuannya jadi pesawat patroli maritim untuk wilayah Zona Ekonomi Eksklusif seperti CN-235-220 MPA milik TNI AL. Belum diketahui kontraktor mana yang akan ditunjuk untuk melakukan modifikasi tersebut. PT Dirgantara Indonesia mungkin?
3. Membeli Jet Serang Ringan
TUDM masih mengoperasikan F-5 Tiger dan Hawk 208 yang kesiapannya terus-menerus menurun. Oleh karena itu, fokus diberikan pada pembelian jet serang ringan sekelas T-50 dari Korea Selatan yang dianggap mampu menjalankan fungsi latih, tempur, dan serang ringan. Kepemilikan T-50 dan F/A-50 oleh Indonesia, Filipina, dan Thailand nampaknya telah mendorong Malaysia untuk mengambil langkah serupa.
TUDM hendak membeli satu sampai dua skadron pesawat jenis ini. Kebutuhan jet serang ringan dianggap mendesak mengingat kejadian pemberontakan Sulu di Sabah yang sempat merepotkan Malaysia sampai harus mendirikan Komando wilayah khusus ESSCOM di Sabah Timur. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com