Hawker Hunter N-112 |
Jika pembaca berkesempatan untuk berkunjung ke Pangkalan Udara Manuhua di Biak Numfor, Papua, ada keunikan sendiri yang bisa membuat bertanya-tanya. Pasalnya, di lanud yang akan naik ke Lanud kelas A ini pembaca akan disambut oleh satu monumen pesawat tempur Hawker Hunter F.4 dalam kelir dan roundel (penanda unit) TNI AU.
Kalau jeli, pembaca pasti tahu bahwasanya TNI AU di masa Orde Baru ataupun Orde Lama tidak pernah sama sekali mengoperasikan pesawat tempur Inggris yang paling laku ini. Lalu darimana Hawker Hunter tersebut berasal? Apakah benar TNI AU punya skadron rahasia pesawat tempur Hunter ini?
Sebelum berspekulasi lebih jauh, jawabannya ternyata sederhana. Hawker Hunter F.4 tersebut adalah pesawat tempur milik AU Belanda yang digelar ke pangkalan Mokmer yang merupakan nama asli pangkalan Biak saat Papua masih di tangan Belanda. Detasemen Hawker Hunter F.4 dan F.6 disiapkan untuk menghadang kekuatan Indonesia yang menyiapkan Operasi Trikora dan Jayawijaya untuk merebut Irian Jaya dengan operasi militer.
Hawker Hunter F.4 tersebut tiba di Biak pada 6 Agustus 1960 bersama seluruh Skadron 322. Setelah bertugas mengawal wilayah udara Papua, terjadi insiden pada 20 Agustus 1962. Dalam salah satu sorti latihan penembakan, salah satu peluru meledak di sabuk pasokan peluru, yang menyebabkan ledakan seluruh peluru yang masih tersimpan di kotak magasen. Ledakan tersebut menyebabkan matinya sistem kelistrikan pesawat.
Untungnya, pilotnya yang bernama Van Soest berhasil mendaratkan pesawat tempur yang rusak parah itu kembali ke Mokmer. Namun pada saat pendaratan, Hawker Hunter nahas tersebut mendarat bablas melewati landasan karena hilangnya tekanan hidrolik untuk mengerem pesawat, sehingga pesawat tempur tersebut menubruk pepohonan lalu rusak parah. Sang pilotnya sendiri selamat.
Akhirnya, Hawker Hunter N-112 tersebut diparkir begitu saja di luar hangar. Karena letak Papua yang terlalu jauh dari rumah, tiada kesempatan untuk memperbaikinya, ataupun mendatangkan teknisi dan perbekalan suku cadang. Belanda saat itu dijauhi dunia internasional terkait kampanyenya untuk mempertahankan Papua.
Akhirnya, ketika Belanda kalah adu diplomasi dan terpaksa menyerahkan Papua ke tangan Indonesia, seluruh detasemen Hawker Hunter dan pesawat-pesawat lainnya ditarik mundur lewat jalan darat maupun udara, kecuali N-112 yang terpaksa ditinggal karena sudah tidak bisa diperbaiki. Kokpit N-112 kemudian dibakar habis agar avionik yang sensitif tidak jatuh ke tangan Indonesia.
Selama bertahun-tahun badan N-112 yang tersisa teronggok begitu saja di samping hangar tua yang tak terpakai, walaupun lanud Mokmer sendiri diambil alih oleh TNI AU dengan diberi nama Lanud Manuhua. Barulah ketika ada perhatian dari pimpinan Lanud saat itu Hawker Hunter F.4 N-112 tersebut dicat kembali dengan warna aslinya, yaitu warna kamuflase AU Belanda namun dengan roundel TNI AU dan lambang pangkalan di hidungnya. Bagian hidung yang sudah tidak utuh dan kaca kokpit dibuatkan baru, walaupun seadanya dan pelat alumunium di sekujur tubuhnya sudah bergelombang akibat cuaca.
Nah, mengingat TNI AU saat ini sedang giat-giatnya melakukan restorasi atas pesawat-pesawat tempur dan angkut lama miliknya, ada baiknya kalau Hawker Hunter F.4 ini ‘dievakuasi’ dan direstorasi untuk kemudian dipajang di museum, entah Satria Mandala Jakarta atau Dirgantara Mandala Yogyakarta. Hawker Hunter yang cuma satu-satunya di Indonesia ini jadi penting sebagai penanda kemenangan dan kegemilangan Indonesia dalam kampanye Trikora. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com