Putin Kunjungi Suriah |
Boleh dikata, rezim Presiden Suriah Bashar al Assad bisa berdiri dan kehancuran ISIS di Suriah dua-duanya dapat tercapai berkat dukungan besar dari Rusia. Tak sekedar menempatkan pesawat tempur, pembom, helikopter serang, dan bahkan pasukan darat untuk bertempur di negeri yang jauh, dukungan tembakan rudal jelajah Rusia ke pos-pos ISIS bukan sesuatu yang asing di Suriah.
Presiden Rusia Vladimir Putin pun melakukan kunjungan incognito untuk menyemangati pasukannya di Suriah, dimana ia secara mengejutkan hadir di pangkalan udara Khmeimim, Latakia, dimana detasemen udara Rusia ditempatkan. Di sana, ia menginspeksi pasukannya dan bertemu dengan Presiden Bashar al Assad, seperti dikutip dari Novosti (12/12).
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Putin mengklaim bahwa teroris ISIS telah sepenuhnya dapat dikalahkan dan dihapuskan dari wilayah Suriah. Rusia memang menang secara gilang-gemilang di Suriah, baik secara taktis, strategis, maupun politis sejak keterlibatannya pada bulan September 2015. Sejumlah persenjataan baru yang dicoba juga menjadi ajang pembuktian gratis dan kampanye penjualan bagi Rusia.
Di mata dunia Rusia berhasil menempatkan dirinya sebagai negara yang berani melancarkan intervensi untuk menghantam ISIS dan Al Qaeda di saat negara-negara Barat tidak punya strategi yang jelas untuk berperang di Suriah, walaupun keterlibatan Rusia sebenarnya menarik garis yang jelas, kalau Rusia memilih untuk mempertahankan rezim Bashar al Assad.
Presiden Putin pun mengumumkan penarikan sebagian pasukan Rusia, kembali ke markas mereka masing-masing di Rusia. Sebagian penasehat militer dan pasukan khusus akan tinggal di Suriah untuk membangun kembali militer Suriah yang porak-poranda, sembari menjaga pangkalan Rusia di Tartus dan Hmeimim yang sepenuhnya akan dikontrol oleh Rusia.
Rusia sendiri akan menjadi patron untuk pembicaraan mengenai masa depan Suriah, yang akan dilaksanakan di Astana, Kazakhastan bersama dengan Turki dan Iran. Iran sendiri menjadi salah satu negara yang juga banyak terlibat di Suriah, menyumbangkan pasukan, senjata, dan membangun pangkalan, yang kemudian disikat melalui serangan udara oleh Israel, seperti dikutip dari Defenseworld (7/12). (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com