F-18 Australia |
Australia mengumumkan bakal memulangkan pesawat tempurnya yang dikerahkan di Irak dan Suriah untuk memerangi Negara Islam Irak dan Suriah ( ISIS).
Kantor berita AFP via Al Arabiya memberitakan Jumat (22/12/2017), keputusan itu diambil setelah dua kota penting ISIS berhasil direbut.
Yakni Mosul di Irak 21 Juni, dan Raqqa di Suriah yang berhasil direbut 17 Oktober lalu.
Selain itu, pada 9 Desember, Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mendeklarasikan perang melawan ISIS berakhir setelah gabungan pasukan pemerintah dan paramiliter Irak membersihkan kawasan gurun dari ISIS.
Sebelumnya, aliansi negara Barat telah mengurangi jumlah personel militernya sebanyak 2.700 orang.
Menteri Pertahanan Marise Payne menyatakan, Canberra bakal menarik enam jet tempur F/A-18 Hornet setelah tiga tahun bertugas di Timur Tengah.
"Kesuksesan melawan ISIS berarti Operasi OKRA kami telah mencapai tahap transisi. Keenam jet tempur bakal pulang awal 2018," ujar Payne.
Payne melanjutkan, sejak Oktober 2014, enam pesawat Hornets terus memberikan bantuan udara kepada gabungan pasukan yang berperang menghadapi ISIS.
"Saya mengambil kesempatan ini untuk berterima kasih, dan memuji dedikasi, semangat, dan profesionalisme yang ditunjukkan oleh para pilot," tutur Payne.
Politisi perempuan asal Partai Liberal itu melanjutkan, hanya enam F/A-18 Hornet saja yang dipulangkan.
Pesawat pengisi bahan bakar KC-30A Multi Role Tanker dan pesawat pengontrol dan pendeteksi bahaya udara E-7A Wedgetail masih disiagakan di Timur Tengah.
Selain itu, sebanyak 380 orang pasukan Australia masih akan menetap di Baghdad guna menjadi instruktur bagi militer pemerintah Irak.
Sumber : http://www.kompas.com/