Rudal SSC-8 atau RK-55 Relief milik Rusia |
Amerika Serikat (AS) rentan dalam menghadapi ancaman rudal jelajah berkemampuan nuklir yang digunakan oleh Moskow bulan lalu. Demikian pernyataan Kepala Komando Strategis AS.
Jenderal AU John Hyten mengatakan kepada anggota Kongres, penyebaran setidaknya dua batalyon dari rudal jelajah SSC-8, disebut juga RK-55 Relief, yang dilakukan oleh Moskow melanggar perjanjian pelucutan senjata 1987. Penyebaran itu juga menempatkan sebagian besar Eropa dalam risiko.
Menurut Komandan Kepala Rudal AS dan Hulu Ledak Nuklir ini, langkah yang dilakukan oleh Moskow membuat AS dan sekutu Eropanya tidak boleh lengah.
"Kami tidak memiliki pertahanan untuk itu, terutama dalam membela sekutu Eropa kami," kata Hyten kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat AS.
"Sistem itu dapat berkisar dan mengancam sebagian besar benua Eropa tergantung di mana itu digunakan. Ini adalah kekhawatiran dan kita akan harus mencari cara untuk menghadapinya sebagai bangsa," imbuhnya seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (6/4/2017).
Menurut Popular Mechanics, rudal yang diluncurkan dari darat ini bisa dilengkapi dengan hulu ledak nuklir dan memiliki jangkauan minimal 1.200 mil. Rudal SSC-8 dikabarkan mirip dengan rudal jelajah Kalibr yang telah dipasang pada sejumlah kapal perang Rusia dan kapal selam.
Setidaknya dua batalyon dari rudal jelajah SSC-8 telah dikerahkan di kota Rusia selatan Volgograd dan lokasi lain yang tidak diketahui, menurut sebuah laporan oleh The New York Times. Rudal itu dilaporkan diuji sejak 2008 dan Rusia tengah mengejar produksinya meski mendapat protes dari pemerintahan Barack Obama.
Bulan lalu, Wakil Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan Udara AS Jenderal Paul Selva mengatakan penyebaran SSC-8 Rusia merupakan ancaman bagi AS dan fasilitas sekutu di Eropa. Pernyataan itu disampaikan setelah para pejabat AS mengatakan pada Januari bahwa keberadaan rudal itu melanggar "semangat dan tujuan" dari perjanjian tentang senjata Nuklir yang ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987
Namun, menurut Defense News, Moskow berpendapat bahwa SSC-8 tidak melanggar perjanjian. Sebaliknya, Rusia menuduh AS dan NATO telah mengancam keamanan nasionalnya melalui pembangunan fasilitas militer sepanjang perbatasan negara itu.
Sumber : https://www.sindonews.com/