Militer Ukraina |
Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina juga menyeret nama Amerika Serikat ( AS) ke dalamnya.
Sebab, seorang diplomat Rusia menuding Negara Paman Sam telah memasok persenjataan kepada pasukan khusus Ukraina yang bagi Kremlin dianggap sebagai "kelompok radikal".
Duta Besar Rusia untuk Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE), Alexander Lukashevich berujar, AS sengaja mendukung Ukraina untuk menyelesaikan konflik di Donbass.
Lukashevich menuturkan, dia menerima laporan bahwa Batalion Azov menerima misil anti-tank dengan pemandu optik (TOW) BGM-71.
Batalion Azov merupakan detasemen khusus pasukan Ukraina yang didirikan pada 5 Mei 2014.
Detasemen itu awalnya merupakan kelompok paramiliter yang dibentuk saat Demonstrasi Pro-Rusia di Crimea dan Donbass.
"Berdasarkan data dari Dewan Atlantik, Batalion Azov dilaporkan membawa senjata TOW dan peralatan pengintaian buatan AS," kata Lukashevich saat rapat Dewan Permanen OSCE, seperti dilaporkan Russian Today Kamis (18/1/2018).
Selain itu, sejak awal 2018, Lukashevich menyebut drone Global Hawk, dan pesawat untuk misi pengintaian, P-8A, terlihat di wilayah konflik Donetsk dan Lugansk.
Diwartakan Russian Today, pada Desember 2017, Presiden AS Donald Trump telah menawarkan bantuan senjata kepada Ukraina.
Bantuan tersebut antara lain misil anti-tank, dan sistem penembak runduk M107A1 seharga 41,5 juta dolar AS, sekitar Rp 552,8 miliar.
Lukashevich melanjutkan, dengan mempersenjatai Batalion Azov, maka Ukraina bakal semakin dekat dengan perang saudara mematikan.
"AS dan negara yang membantu senjata telah terlibat dalam kejahatan perang yang dilakukan oleh rezim Kiev," kecam Lukashevich.
Konflik di Donbass yang pecah sejak 6 April 2014 telah berdampak 10.303 orang tewas, dan 24.778 terluka.
Selain itu, 1,4 juta orang Ukraina yang berada di wilayah Donetsk dan Luhansk harus mengungsi. (Ardi Priyatno Utomo)
Sumber : http://www.kompas.com/