F-16D Barak |
Kroasia bulan ini telah memutuskan untuk membeli 12 F-16D Barak bekas pakai Angkatan Udara Israel (IAF) senilai 500 juta dolar AS. Pesawat akan digunakan untuk menggantikan peran MiG-21 yang sudah tua.
Sebelumnya, negara bulan sabit pecahan Yugoslavia dengan ibu kota di Zagreb itu membuka peluang kepada lima negara lain untuk memberikan penawaran pesawat tempur. Negara dimaksud adalah Amerika Serikat, Israel, Swedia, Yunani, dan Korea Selatan.
Dipilihnya F-16D oleh Kroasia berdasarkan beberapa pertimbangan. Walau Barak sudah digunakan IAF selama 25-30 tahun, elang penempur ini punya banyak kelebihan dibanding jet yang sama punya negara lain.
Terlebih lagi, Israel memberikan “harga menarik” kepada Kroasia. Angka 500 juta dolar AS (Rp6,9 triliun) yang disetujui, tidak hanya untuk 12 F-16D. Melainkan juga sudah termasuk dengan dua simulator, pelatihan pilot dan teknisi, serta persenjataan.
Tidak hanya itu, F-16D yang akan dilepas kepada Kroasia ini juga akan di-upgrade dan diperpanjang usia pakainya terlebih dahulu oleh Negeri Yahudi. Sehingga, penyerahan F-16D Barak baru bisa dilaksanakan mulai tahun 2020 dan selesai pada 2022.
Lalu, apa saja kelebihan F-16D Barak?
Dilihat dari penampakan luar, F-16D Barak punya Israel dapat dibedakan karena pesawat ini memiliki punuk berbentuk kotak memanjang (dorsal spine) di punggung mulai dari ujung kokpit hingga ke ekor. Bentuk ini serupa pada F-16I Sufa dari basis Block 50 dan 52 yang dibeli Israel belakangan. Yang membedakan karena Barak tidak dilengkapi dengan tangki bahan bakar konformal (CFT).
Di bagian ujung ekor, pesawat seperti dilengkapi ruang parasut pengereman (drag chute), namun sebenarnya tidak karena bagian itu diisi dengan perangkat elektronik.
Israel memodifikasi semua F-16 yang dibeli dari AS sejak F-16A/B dengan perlengkapan avionik buatan dalam negeri termasuk juga pada F-16D ini. Alhasil, bobot F-16 milik Israel dapat dipastikan lebih berat dibanding F-16 lain pada umumnya.
Sebagai contoh, bila berat kosong F-16D pada umumnya adalah 7.900 kg, maka F-16D Barak berbobot kosong 9.525 kg. Demikian juga untuk bobot terbang maksimal (MTOW) meningkat, bertambah menjadi 21.770 kg atau naik 4.760 kg dibanding pesawat lain dengan versi sama.
Sebagai kompensasinya, jet F-16D IAF yang juga diberi kode IF-16D itu ditenagai mesin yang lebih powerful yakni General Electric F110-GE-100. Air intake pada pesawat ini juga berukuran lebih besar.
Batch ketiga F-16D Barak telah dilengkapi perangkat elektronik EL/L-8240 ECM buatan Elta. Perangkat ini menggantikan AN/ALQ-178 Rapport III yang dibuat oleh Lockheed Martin Defense System.
Kotak memanjang di bagian punggung F-16D dilengkapi perangkat SPS-3000 self-protection jammer buatan Elisra sebagaimana digunakan pada penempur “Wild Weasel” atau penempur berkemampuan membawa rudal penghancur situs radar musuh. Perangkat ini mampu mendeteksi datangnya emisi radar lawan sekaligus mendeteksi secara akurat di mana lokasi radar musuh berada.
Di kotak tersebut juga ditempatkan sistem pemandu persenjataan canggih F-16, termasuk untuk bom pintar yang dilepas dan dikontrol menggunakan stik di kokpit belakang.
Di luar itu, masih banyak perlengkapan elektronik lain yang ditanamkan pihak Israel pada F-16D Barak.
Berbeda dengan varian F-16B yang digunakan untuk melatih pilot baru (konversi), maka pada F-16D yang juga berkursi tandem ini tidak difungsikan untuk melatih pilot. Kursi belakang F-16D Barak disediakan untuk operator sistem senjata (WSO) seperti halnya pada jet F-4 Phantom.
Israel pada kurun 1987-1988 melalui proyek Peace Marble II menerima pengiriman 75 F-16C/D Block 30 yang kemudian diberi nama Barak, bermakna kilat atau halilintar (lightning).
Kemudian pada kurun 1990-1993 melalui Peace Marble III Israel menerima lagi pengiriman 60 F-16C/D Block 40 (Barak-2). Dari 135 F-16C/D itu, 54 di antaranya adalah F-16D.
Tahun 2001 Israel kembali melakukan pembelian besar-besaran F-16 dari Amerika Serikat melalui Peace Marble V. Yakni 102 F-16I Sufa berkursi tandem. F-16 berbasis Block 50 dan 52 ini memiliki bobot dan kemampuan lebih tinggi lagi dari Barak.
Sebagai catatan, sebelumnya Peace Marble IV dilaksanakan tahun 1994 untuk penambahan 50 F-16A/B. Sementara Peace Marble I dilaksanakan tahun 1980-1981 melalui pengiriman 75 F-16A/B. Total Israel mengakuisisi 362 F-16, menjadikannya pengguna terbesar F-16 di luar AS.
Menteri Pertahanan Kroasia Damir Krsticevic mengatakan, negerinya memilih ‘paket hemat nan padat’ dari Israel karena tidak memiliki anggaran banyak dan ekonomi negara belum menunjang.
“Bila negara kami adalah negara kaya dan ekonomi negeri kami kuat, tentu kami akan mencari penempur yang lebih mahal,” ujar Krsticevic.
“Meski demikian, menurut para ahli, nyatanya apa yang kami dapatkan dari Israel ini mampu menjamin kemanan dan kedaulatan negeri kami serta memenuhi kebutuhan Angkatan Udara kami untuk 30 tahun ke depan,” pungkasnya. (Roni Sontani)
Sumber : angkasareview.com