Lembaga penelitian Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) di Swedia mengeluarkan data yang menyebut bahwa China saat ini menjadi eksportir terbesar di dunia bagi produk drone bersenjata (UCAV).
Jumlah unit UCAV yang berhasil dijual China bahkan melebihi UCAV buatan Amerika Serikat (AS) yang dijual ke negara lain.
![]() |
UCAV Wing Loong II |
Dalam lima tahun terakhir, Beijing berhasil menjual 153 unit UCAV kepada 13 negara. Sementara AS hanya berhasil menjual 13 unit UCAV kepada Inggris dalam sepuluh tahun terakhir sejak 2009.
Pembeli utama drone bersenjata China adalah negara-negara di kawasan Timur Tengah, seperti Iraq, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan juga Mesir.
Dikatakan Nan Tian, peneliti di SIPRI bidang Transfer Senjata dan Program Pengeluaran Militer, produk UCAV China merupakan salah satu pengembagnan teknologi yang sangat menjanjikan.
Di tengah upaya membangun persenjataan dalam negeri guna memenuhi kebutuhan militernya, China berhasil mewujudkan persenjataan-persenjataan canggih dan berharga lebih murah untuk diekspor.
“Sebelumnya, China sangat tergantung pada produk-produk senjata dari luar negeri seperti Rusia, Ukraina, dan Perancis. Sekarang China sudah berhasil meningkatkan produk dalam negeri mereka, seperti produk-produk ekspor yang dibuat AVIC dan Norinco,” ujarnya dikutip SCMP (2/4/2019).
Meski demikian, SIPRI juga mencatat, peningkatan nilai ekspor persenjataan China dalam lima tahun terakhir (2014-2018) sebenarnya melambat dan hanya mencapai angka 2,7 persen dibanding periode lima tahun sebelumnya (2009-2013).
Angka tersebut jauh di bawah peningkatan ekspor senjata secara keseluruhan yang diraup AS sebesar 29 persen dalam periode yang sama, 2014-1018.
Lima negara dicatat SIPRI sebagai eksportir terbesar persenjataan dalam periode 2014-2018. Mereka adalah Amerika Serikat di urutan pertama, kemudian disusul Rusia, Preancis, Jerman, dan China.
Negara pembeli terbanyak persenjataan AS adalah Arab Saudi, Australia, dan Uni Emirat Arab.
Sementara itu di sisi yang lain, China berhasil meningkatkan tembusan pasar ekspornya ke 53 negara dari sebelumnya 41 negara.
Pasar terbesar China, 70 persen masih berada di kawasan Asia dan Oseania. Kemudian 20 persen berada di kawasan Afrika, dan 6,1 persen di kawasan Timur Tengah.
Pakistan, sekutu China di Asia Selatan, menjadi pengimpor terbesar persenjataan China dalam lima tahun terakhir. Posisi ini bertahan sejak 1991. Diurutan kedua dan ketiga ada Bangladesh serta Aljazair.
SIPRI menyatakan, ekspor persenjataan China terkendala masalah politik di mana terdapat negara-negara yang tidak mungkin membeli persenjataan dari Beijing karena alasan politis. Negara-negara tersebut misalnya India, Australia, Korea Selatan, dan Vietnam. (Roni Sontani)
Sumber : angkasareview.com