radarmiliter.com - Facebook page yang biasa memposting berita seputar perkembangan militer Korea Selatan, pada hari Kamis (04/03) memposting berita mengenai prospek proyek KF-X ditengah dugaan bahwa Indonesia akan keluar dari proyek tersebut. Sebagian besar berita tersebut dikutip dari media Korea Selatan NewsPim dihari yang sama. Berikut isi postingan tersebut.
Pemerintah Korea Selatan secara resmi menyatakan bahwa program KF-X tidak akan terpengaruh jika Indonesia keluar dari program tersebut.
Pemerintah Indonesia berkewajiban untuk membayar 20% bagiannya dari program KF-X, tetapi telah gagal melakukan pembayaran sejak Januari 2019. Indonesia saat ini telah membayar sekitar $ 201,4 juta dari komitmennya sebesar $ 1,51 miliar.
Indonesia baru-baru ini mengumumkan keinginannya untuk membeli pesawat tempur F-15EX atau Rafale, tetapi pemerintah Korea Selatan mengklarifikasi bahwa tidak ada hubungan langsung antara partisipasi Indonesia di KF-X dan keinginan Indonesia membeli pesawat lain. Keinginan Indonesia untuk mengakuisisi pesawat baru seperti F-15EX dan Rafale tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan mendesak Indonesia, sedangkan KF-X untuk kebutuhan jangka panjang.
Meski demikian, pemerintah Korea menambahkan bahwa apabila Indonesia keluar dari program KF-X, hal tersebut tidak akan berdampak negatif.
- Telah dikonfirmasi secara resmi bahwa apabila Indonesia keluar, hal tidak akan mempengaruhi proyeksi biaya unit KF-X saat ini, yang dihitung berdasarkan 120 pesawat yang pada awalnya dipesan oleh Angkatan Udara Korea Selatan. Itu belum termasuk 48 pesawat yang dipesan Indonesia.
- Indonesia tidak dapat mengklaim kembali dana sebesar $ 201,4 juta yang telah dibayarkan kepada Korea Selatan jika keluar dari program. Sesuai perjanjian bilateral, jika Indonesia melewatkan lebih dari dua pembayaran, Indonesia tidak berhak atas dana yang telah dibayarkan sebelumnya.
- Menurut narasumber orang dalam (terpisah dari pemberitaan ini), beberapa komponen KF-X yang semula dimaksudkan untuk diproduksi di Indonesia telah disiapkan untuk diproduksi di Korea Selatan. Ini dilaporkan mulai dilakukan setelah Indonesia mulai menunda pembayaran. Dengan demikian, tidak akan ada penundaan produksi KF-X jika Indonesia keluar.
- Namun, akan bermanfaat bagi hubungan bilateral kedua negara dan bagi biaya program secara keseluruhan jika Indonesia tetap berada dalam program KF-X. Namun, pemerintah Korea Selatan tidak akan menekan Indonesia karena program KF-X akan terus berjalan lancar dengan atau tanpa keterlibatan Indonesia. Indonesia akan memperoleh keuntungan semakin sedikit jika semakin lama melakukan penundaan pembayaran.(Angga Saja)
Sumber : ROKArmedForces
Sebaiknya negosiasi baik2 dan ilmiah as hubunhan saling menguntungkan.
BalasHapusJika dgn pertimbangan tehnologi dan biaya tdk untung versi Indonesia maka dampaknya buruk. 1. Adanya ketidakpercayaan. 2. Berdampak hub. ekonomi politik jangka panjang yg merugikan kedua belah pihak. 3. Ada tuntutan hukum internasional shg harga diri bangsa dipertaruhkan 4. Mungkin Indo tdk beli KFX, 5. Jika lebih untung dari segi transfer tehnologi dan biaya Disain IFX dirubah dg kerjasama negara yg mau. 6. Import alutsista Indonesia beralih ke non korea selatan. 7. Harusnya Indonesia sudah paham kalau tehnologi sangat canggih yg diadopsi dari USA, Israel, inggris, jerman, belanda dan negara tertentu lain PASTI selalu dikaitkan pertimbangan politik, dan HAM.8. Inteljen politik san bisnis kita belum optimal beri masukan ke pemerintah.
BalasHapus