![]() |
Akibat Senjata Sarin |
Kelompok ISIS di Suriah memperoleh semua bahan yang digunakan untuk memproduksi senjata kimia jenis gas sarin beracun dari Turki. Hal itu diungkap anggota parlemen Turki, Eren Erdem.
Erdem yang merupakan politisi oposisi dari Partai Republik Rakyat (CHP) menuduh pemerintah di Ankara gagal untuk menyelidiki rute pasokan senjata Turki digunakan untuk menyediakan para teroris dengan bahan gas sarin beracun.
Gas Sarin sempat jadi perbincangan publik dunia setelah digunakan dalam serangan di Ghouta dan wilayah lain di dekat Ibu Kota Suriah pada tahun 2013. Serangan senjata kimia itu dituduhkan terhadap rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad.
Menurut Erdam ada penyelidikan yang menunjukkan bahwa sejumlah warga Turki mengambil bagian dalam negosiasi dengan perwakilan ISIS perihal pasokan gas sarin. Salah satu bukti itu, kata dia, berupa percakapan telepon yang disadap soal pegiriman bahan gas sarin.
“Ada data dalam surat dakwaan ini. Bahan senjata kimia sedang dibawa melalui Turki dan dimasukkan bersama-sama di kamp-kamp ISIS di Suriah. Ini semua adalah terdeteksi. Ada rekaman telepon soal pengiriman ini, seperti kutipan 'jangan khawatir tentang perbatasan, kami akan mengurusnya' dan kami juga melihat birokrasi (Turki) sedang digunakan,” kata Erdem kepada Russia Today, Senin (14/12/2015).
Erdem melanjutkan, berdasarkan bukti yang dikumpulkan, pemerintah di Adana melakukan penggerebekan dan menangkap 13 tersangka dalam kasus tersebut. Tapi seminggu kemudian, entah karena alasan apa, kasus itu ditutup dan semua tersangka segera menyeberangi perbatasan Turki-Suriah.
”Tentang pengiriman, jaksa dari Adana, Mehmet Arikan, membuat operasi dan orang-orang terkait ditahan. Tapi sejauh yang saya mengerti, dia bukan orang yang berpengaruh di birokrasi. Seminggu setelah itu, jaksa penuntut umum lain ditugaskan, mengambil alih dakwaan dan semua tahanan dibebaskan. Dan mereka meninggalkan Turki menyeberangi perbatasan Suriah,” imbuh dia.
Pemerintah Turki belum merespons laporan soal pasokan bahan gas sarin terhadap ISIS di Suriah. Pemerintah Suriah juga belum berkomentar.
Puluhan Milisi Wanita Kristen Suriah Angkat Senjata Perangi ISIS
Puluhan milisi wanita Kristen Suriah ramai-ramai angkat senjata untuk berperang melawan Daesh atau ISIS. Puluhan milisi wanita asal Hasakeh, Suriah timur itu membentuk brigade bernama “Female Protection Forces of the Land Between the Two Rivers”.
Brigade itu memiliki 50 anggota yang siap perang melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). “Land Between Two Rivers” adalah sebutan untuk daerah yang terletak antara Sungai Tigris dan Efrat, di mana di wilayah itu dihuni warga Kristen. Salah satu komunitas penghuni wilayah itu adalah warga Syriacs, sebuah sekte kuno Kristen yang anggotanya berdoa menggunakan bahasa Aram.
Milisi yang dilatih di Kota Al-Qahtaniyeh, pertama kali terlibat pertempuran dengan ISIS ketika bergabung dengan pasukan koalisi lokal yang terdiri dari pasukan Kurdi, Arab dan milisi Kristen. Mereka bersatu dalam kelompok Pasukan Demokratik Suriah yang baru-baru ini merebut kembali wilayah Al-Hol.
Mereka bukan satu-satunya kekuatan penentang ISIS yang semua anggotanya perempuan. Sebelumnya ada para perempuan yang bergabung dalam Unit Perlindungan Rakyat Kurdi atau YPG yang mengangkat senjata untuk melawan ISIS. Kelompok YPG bangkit salah satunya termovitasi keyakinan yang dianut ISIS bahwa membunuh seorang gadis Kurdi tidak akan membuat militan kelompok itu masuk surga.
Salah satu milisi wanita Kristen kepada AFP mengatakan bahwa suaminya mendukungnya untuk meninggalkan dua anaknya guna bergabung dalam brigade pemerang ISIS. Salah satu milisi wanita Kristen bernama Babilonia, 36, mengatakan; "Saya seorang Kristen berlatih dan berpikir tentang anak-anak saya, itu membuat saya lebih kuat dan lebih bertekad dalam perjuangan saya melawan Daesh.”
Lucia, 18, seorang gadis remaja, yang meninggalkan studinya dan bergabung dengan brigade itu berencana menjadi penembak jitu untuk melawan ISIS. ”Saya mengambil bagian dalam pertempuran untuk pertama kalinya di daerah Al-Hol, tapi tim saya tidak diserang oleh ISIS,” katanya, seperti dikutip dari IB Times, Senin (14/12/2015).
“Saya bertarung dengan (senapan) Kalashnikov, tapi saya belum siap untuk menjadi sniper elite,” katanya lagi.
Sumber : http://international.sindonews.com/read/1069264/43/politikus-ankara-isis-dapat-bahan-senjata-sarin-dari-turki-1450080171