Peta Sebelum dan Sesudah Adanya Rudal Tiongkok |
Militer Tiongkok telah mengerahkan sistem rudal permukaan-ke-udara canggih ke salah satu pulau yang diperebutkan di Laut China Selatan, menurut citra satelit sipil yang secara eksklusif diperoleh oleh Fox News, hal ini menjadi tambahan bukti bahwa Tiongkok semakin "memiliterisasi" pulau-pulau di Laut China Selatan dan meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.
Citra dari ImageSat International (ISI) menunjukkan dua baterai terdiri dari delapan peluncur rudal permukaan-ke-udara serta sistem radar pada Woody Island, bagian dari rantai Paracel Island di Laut China Selatan.
Ini adalah rantaian pulau yang sama di mana kapal perusak Angkatan Laut AS berlayar dekat dengan pulau lain yang diperebutkan beberapa minggu yang lalu. Tiongkok pada saat itu bersumpah akan ada "konsekuensi" atas tindakan AS tersebut.
Woody Island juga diklaim oleh Taiwan dan Vietnam.
Rudal tersebut tiba pada seminggu terakhir. Menurut gambar, pantai di pulau itu kosong pada tanggal 3 Februari, tetapi kemudian rudal terlihat pada tanggal 14 Februari.
Seorang pejabat AS mengkonfirmasi keakuratan foto tersebut. Pejabat itu mengatakan gambar itu menunjukkan seperti sistem pertahanan udara HQ-9, yang mirip dengan sistem rudal S-300 Rusia. HQ-9 memiliki jangkauan 125 mil, yang akan menimbulkan ancaman bagi setiap pesawat terbang, sipil atau militer, yang terbang disekitarnya.
Pengiriman ini terjadi menjelang Presiden Obama menjadi tuan rumah 10 pemimpin dari Asia Tenggara - Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Bruneil, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja - di Palm Springs, banyak dari para pemimpin tersebut prihatin atas aktifitas terbaru Tiongkok di Laut China Selatan. "Amerika Serikat akan terus terbang, berlayar dan beroperasi dimanapun hukum internasional memungkinkan," kata Obama, Selasa (16/02).
Pentagon mengawasi perkembangan perkembangan tersebut dengan ketat, kata seorang pejabat pertahanan kepada Fox News. "Amerika Serikat terus menyerukan kepada semua pihak yang mengklaim untuk menghentikan reklamasi lahan, konstruksi, dan militerisasi di Laut China Selatan," kata pejabat itu.
Dalam dua tahun terakhir, Tiongkok telah membangun lebih dari 3.000 hektar wilayah di atas tujuh terumbu di wilayah tersebut. Ada total tiga landasan pacu dibangun di atas tiga pulau buatan.
Perkembangan ini terjadi beberapa minggu setelah kapal destroyer AL AS USS Curtis Wilbur (DDG-54) berlayar dalam jarak 12 mil laut dari Triton Island, bagian dari rantai Paracel Island di Laut China Selatan.
Insiden ini mengundang kecaman keras dari kementerian pertahanan Tiongkok yang bersumpah akan ada konsekuensi atas tindakan AS tersebut.
Seorang juru bicara militer Tiongkok mengatakan kapal perang AS telah "melanggar hukum Tiongkok" dan merupakan "provokasi yang disengaja." Tiongkok mengeluarkan peringatan ke kapal AS dan "mengusir dengan segera," menurut pernyataan dari juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying. Angkatan laut AS membantah bahwa adanya peringatan tersebut.
Pernyataan dari kementerian pertahanan Tiongkok memperingatkan pelayaran kapal perang AS yang dekat dengan pulau tersebut "dapat menyebabkan konsekuensi yang sangat berbahaya."
Insiden di Laut China Selatan pada akhir Januari lalu terjadi beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri John Kerry mengunjungi Beijing untuk membahas isu-isu regional termasuk pulau-pulau yang diperebutkan Tiongkok di Laut China Selatan.
Selama konferensi pers di Beijing dengan Kerry, menteri luar negeri Tiongkok berjanji untuk tidak "memiliterisasi" pulau-pulau yang disengketakan.
"Tiongkok telah memberikan komitmen tidak terlibat dalam apa yang disebut militerisasi, dan kami akan menghormati komitmen tersebut. Dan kita tidak bisa menerima tuduhan bahwa kata-kata Tiongkok tidak sesuai dengan tindakannya," kata Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi.
Tapi Wang melonggarkan ruang diplomatik untuk pengerahan senjata untuk melindungi pulau-pulau tersebut. "Ada beberapa fasilitas yang diperlukan untuk pertahanan diri," tambahnya.
Kerry mengatakan bahwa Amerika Serikat "tidak akan berpihak pada siapa pun dalam hal mengenai kedaulatan yang mendasari sengketa teritorial tersebut."
Tapi mitranya dari Tiongkok lebih tegas mengenai masalah tersebut.
"Saya menegaskan kepada Menteri Kerry bahwa Kepulauan Laut China Selatan secara historis merupakan wilayah Tiongkok. Tiongkok memiliki hak untuk melindungi kedaulatan teritorial sendiri," kata Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi.
Pada awal Januari, Tiongkok menguji salah satu landasan pacu dengan mendaratkan dua pesawat sipil pada Fiery Cross Reef di rantai pulau Spratly island. Pejabat Pentagon khawatir bahwa pesawat militer bisa jadi yang akan mendarat disana berikutnya.
Pada hari Senin (14/02), komandan armada ke-7 Angkatan Laut AS, yang bertanggung jawab atas perairan Pasifik Barat, mengatakan kepada wartawan, "Kami tidak yakin di mana mereka akan menanggapi kita," dan mendesak Beijing untuk lebih terbuka mengenai operasi militernya disana.
Hal ini menurutnya bisa meredakan "beberapa kecemasan yang kita lihat sekarang," kata Vice Admiral Joseph Aucoin, dan berjanji bahwa militer AS akan terus melakukan operasi misi dekat dengan pulau-pulau yang diperebutkan Tiongkok, termasuk menerbangkan pesawat diatasnya.
Sumber : http://foxnews.com/