Rusia Tetap Siagakan Sistem Pertahanan Udara S-400 di Suriah - Radar Militer

18 Maret 2016

Rusia Tetap Siagakan Sistem Pertahanan Udara S-400 di Suriah

Sistem Pertahanan Udara S-400
Sistem Pertahanan Udara S-400

Rusia akan tetap mempertahankan semua sarana yang diperlukan untuk melindungi fasilitasnya baik dari udara maupun dari darat di Suriah, termasuk sistem pertahanan udara S-400. Demikian hal tersebut dilaporkan media Rusia Sputnik, mengutip pernyataan Kepala Administrasi Kremlin Sergei Ivanov, Selasa (15/3).
"Demi menjamin kemanan secara efektif, termasuk dari udara, sistem pertahanan udara yang paling modern tetap dibutuhkan di sana (di Suriah)," kata Ivanov kepada wartawan ketika ditanya apakah Rusia akan mempertahankan S-400-nya di Suriah.
Pada 26 November lalu, sistem pertahanan misil antipesawat generasi terbaru Rusia, S-400, mulai dioperasikan di pangkalan udara Hmeimim untuk menjaga pertahanan tempur. Kementerian Pertahanan Rusia mengirim S-400 ke Suriah setelah pesawat pengebom milik AU Rusia Sukhoi Su-24 ditembak jatuh oleh misil udara-ke-udara yang diluncurkan oleh pesawat tempur Turki F-16 oleh AU Turki.
Pada Senin (14/3) malam, layanan pers Kremlin mengumumkan bahwa setelah percakapan telepon antara Presiden Putin dan Presiden Bashar Assad, kedua pemimpin sepakat untuk menarik bagian utama Pasukan Kedirgantaraan Rusia dari negara tersebut. Hal ini dilakukan karena Angkatan Bersenjata Rusia dianggap telah memenuhi misi fundamental yang telah ditugaskan kepada mereka.
Namun demikian, Rusia tetap akan menjaga pusat kontrol penerbangan udara di Suriah untuk memantau pelaksanaan rezim gencatan senjata, kata Kremlin.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu diperintahkan untuk menarik pasukan Rusia dari Suriah mulai 15 Maret 2016.
Suriah : Rusia Bisa Kembali Kapan Saja
Bouthaina Shaaban, penasihat Presiden Suriah Bashar al-Assad, mengatakan Rusia bisa kembali kapan saja ke Suriah. Menurut Shaaban, Rusia adalah sekutu Suriah, jadi kehadiran mereka di Suriah akan selalu disambut dengan tangan terbuka.
Dirinya juga membantah bahwa langkah pasukan Rusia meninggalkan Suriah, adalah bentuk tekanan yang diberikan Presiden Rusia Vladimir Putin kepada pemerintah Suriah, agar lebih fleksibel dalam melakukan negosiasi damai dengan pihak oposisi.
"Jika teman-teman kami di Rusia memutuskan untuk menarik sebagian pasukan mereka, ini tidak berarti mereka tidak dapat kembali," kata Shaaban dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya pada Rabu (16/3).
"Menghubungkan langkah Rusia dan setiap tekanan pada Damaskus adalah sesuatu hal yang tidak berdasar. Rusia adalah sekutu dan teman yang berbicara kepada kami dengan hormat," sambungnya.
Shaaban juga mengatakan, setelah penarikan pasukan Rusia, langkah berikutnya yang harus diambil masyarakat internasional adalah memotong pasokan, baik senjata atau finansial kepada faksi-faksi pemberontak yang melawan pemerintah Suriah.
"Bola sekarang ada di tangan Amerika Serikat dan langkah berikutnya yang harus diambil adalah Amerika menekan Turki dan Arab Saudi untuk menghentikan pendanaan kepada teroris dan menghentikan aliran senjata. Sangat mungkin juga untuk menutup perbatasan dan mencegah tentara bayaran masuk ke Suriah," pungkasnya.

Sumber : http://international.sindonews.com/read/1093471/43/suriah-rusia-bisa-kembali-kapan-saja-1458124833

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb