Parade Militer Korea Utara |
Diktator muda Korea Utara (Korut) Kim Jong-un kini menyatakan China sebagai musuh dan mengancam perang nuklir dengan Beijing.
Kim Jong-un hilang kesabaran setelah China yang selama ini dianggap sebagai sekutu utama justru mengambil bagian dalam penjatuhan sanksi keras Dewan Keamanan PBB terhadap Pyongyang.
Kejengkelan Kim Jong-un terhadap China terungkap dari dokumen Korut tertanggal 10 Maret 2016. Dalam dokumen itu, rezim Pyongyang mengutuk China yang dianggap “mengkhianati sosialisme”.
Korut, lanjut isi dokumen itu, lantas mengancam untuk menekan China dengan kekuatan “badai nuklir”. “Kita tidak lagi melangkah sepele pada China dan jangan berurusan dengan mereka,” bunyi dokumen itu.
Dokumen itu diperoleh dan diterbitkan Daily NK. Dokumen yang memposisikan China sebagai "musuh yang dibenci" Korut tersebut diterbitkan oleh Partai Pekerja Korut dan disebarkan media Korut yang berbasis di Korea Selatan itu.
“Semua anggota partai dan pekerja harus bergabung dalam skema menghancurkan dan menekan China dengan kekuatan badai nuklir atas pengkhianatan pada sosialisme,” lanjut dokumen itu.
China selama ini telah menjadi sekutu utama Korut sejak negara itu membela Pyongyang dalam Perang Korea 1950-1953. Selain sebagai sekutu utama, China juga merupakan mitra dagang terbesar Korut.
Tapi, pada awal bulan ini China justru menyetujui usulan Amerika Serikat (AS) dalam merumuskan sanksi keras Dewan Keamanan PBB terhadap Korut setelah rezim Kim Jong-un menguji coba senjata nuklir jenis bom hidrogen pada 6 Januari 2016.
Lee Young Hwa, seorang profesor di Universitas Kansai, mengatakan bahwa Korut telah secara terbuka menyatakan China menjadi ”negara musuh” dan menempatkannya pada peringkat yang sama dengan Korea Selatan, AS, dan Jepang.
“Dokumen itu menjelaskan bahwa China adalah peserta yang bersemangat dalam penjatuhan sanksi karena khawatir bahwa statusnya yang mendominasi Laut Asia Timur akan ditantang,” kata Lee Young Hwa, seperti dikutip Mirror (31/3/2016).
“Sekarang telah memposisikan AS sebagai 'musuh penakut' dan China sebagai 'musuh yang dibenci',” ujar profesor Lee.
”Penggunaan istilah ‘badai nuklir’ juga menunjukkan hal itu mengancam Beijing dengan provokasi nuklir dan rudal,” imbuh dia.
Sumber : IM