Radar Intai Sistem Senjata TD-2000B Arhanud TNI AD |
Dalam latihan puncak Armada Jaya XXXIV/2016 yang berlangsung 14 September lalu, TNI AL melakukan uji tembak rudal anti kapal C-705 dari KCR (Kapal Cepat Rudal) KRI Clurit-641. Meski penembakkan bisa disebut gagal karena rudal telat meluncur, dan kemudian tidak mengenai sasaran, yang juga menjadi perhatian adalah keberadaan radar pengendali tembakan TR-47C dan radar intai SR-47AG. Radar buatan China ini dapat mendeteksi sasaran di udara dari jarak 40 Km dan deteksi sasaran pada permukaan sejauh 25 Km. Nah, jauh sebelum diadopsi oleh kapal perang TNI AL, radar yang labelnya mirip sudah dioperasikan oleh Arhanud TNI AD.
Namun karena user-nya adalah elemen hanud titik pada ground sector, jenis radar pengendali tembakan disematkan dalam platform kendaraan truk. Persisnya yang digunakan Arhanud TNI AD adalah radar SR-74 yang ditumpangi pada truk jenis SX 2153B 6×6. Serupa dengan versi SR-47AG yang ada di kapal perang Clurit Class, radar SR-74 di Arhanud TNI AD juga mampu mendeteksi sasaran berupa pesawat tempur hingga radius 40 km, sementara kemampuan deteksi pada sasaran berupa rudal penjelajah mampu diendus pada jarak 12 km.
Radar yang juga buatan Cina ini secara teori dapat mendeteksi sasaran hingga ketinggian maksimum 5 km. Bicara tentang impact probability : 95% (pesawat) dan 60% (rudal). Sementara killing probability : 70% (pesawat) dan 45% (rudal). Dalam kondisi pertempuran, waktu reaksi sistem dengan rudal hanya butuh waktu 8 sampai 10 detik. Sederhananya, keberadaan radar mobile ini mirip dengan radar Giraffe buatan Swedia.
Bila radar TR-47C dan radar intai SR-47AG di Clurit Class didapuk untuk melayani sistem senjata kanon CIWS (Close In Weapon System) NG-18 (AK-630) dan rudal anti kapal C-705, maka radar SR-74 pada truk SX 2153B digadang untuk meladeni sistem penembakkan rudal MANPADS (Man Portable Air Defence System) QW-3 dan meriam S-60 kaliber 57 mm.
Rudal QW-3 pada TNI AD ditampilkan dalam wujud TD-2000B Missile Gun Integrated Weapon System. Ini artinya, truk peluncur tidak bisa bekerja sendirian, melainkan perlu keterpaduan dengan unsur yang lain. Dalam wujud truk SX 2110 4×4, ada perangkat FCDV-1. Peran perangkat ini sebagai Optoelectronic tracker dan FCC (Fire Control Computer). Optoelectronic tracker dapat dioperasikan dengan dukungan penjejak otomatis untuk rudal musuh ≥ 7km dan penjejak pesawat musuh ≥ 15km. Selain itu, juga dilengkapi infrared thermal imaginer. Fungsi sebagai FCC, perangkat ini dapat mengendalikan hingga 8 rudal. Tidak itu saja, TD-2000B berlaku komposit, dimana FCC secara terpadu juga dapat mengendalikan tembakan secara otomatis enam pucuk meriam S-60 kaliber 57mm.
QW-3 tidak tampil ‘polos’ seperti yang digunakan Paskhas TNI AU, melainkan QW-3 sudah disiapkan dalam dudukan platform penembakkan secara otomatis dan terintegrasi. QW-3 ditempatkan dalam platform yang terdiri dari empat dudukan peluncur dari atas truk Shaanxi SX 2110 4×4. Sistem senjata TD-2000B berikut radar SR-74 kini menjadi arsenal kekuatan Detasemen Arhanud Rudal-001 Kodam Iskandar Muda. Di masa lalu, satuan tersebut mengoperasikan rudal hanud legendaris Rapier. (Haryo Adjie)
Sumber : http://www.indomiliter.com/sr-74-radar-intai-sistem-senjata-td-2000b-arhanud-tni-ad/