ACMI Pod |
Sudah asasinya pilot fighter, sorti latihan antar pesawat tempur sudah pasti jadi makanan sehari-hari. Jika ada pembaca yang bertanya, bagaimana cara pesawat tempur bisa berlaga satu sama lain tanpa menimbulkan bahaya, jawabannya ada pada sistem ACMI (Air Combat Maneuvering Instrumentation) pod yang dapat dipasang pada salah satu pylon untuk mensimulasikan penembakan rudal dan kemungkinan perkenaan.
Penggunaan ACMI pod memungkinkan dua pesawat tempur atau lebih untuk menyimulasikan pertempuran udara jarak dekat alias dogfight tanpa perlu melepaskan rudal sungguhan yang tentu saja sangat beresiko dan mahal. ACMI Pod juga memungkinkan simulasi antar dua pesawat yang beda jenis (Dissimilar Air Combat Training) seperti yang ditunjukkan ketika F-16C Block 25 (52ID) TNI AU berlaga melawan F/A-18D Hornet milik Korps Marinir AS dalam latihan Cope West 17.
TNI AU sendiri menggunakan sistem ACMI yaitu P5 yang dipasang ke pesawat tempur dan software serta perangkat pembaca yang dibuat oleh perusahaan Cubic dan DRS Technologies. Cubic sendiri merupakan perusahaan kelas dunia yang memimpin dalam bidang instrumentasi simulasi pesawat tempur. Produknya dipakai oleh hampir seluruh negara NATO dan Amerika Serikat.
RAAF pun baru-baru ini menunjuk Cubic untuk menyediakan sistem ACMI untuk armada Super Hornetnya. Untuk komputer dan perangkat pembacanya saat ini di Indonesia ada di dua lokasi yaitu Lanud Iswahjudi Madiun (dipasang pada tahun 2010) dan Lanud Rusmin Nurjadin Pekanbaru (dipasang pada tahun 2014).
ACMI Pod
ACMI Pod
ACMI yang mulai dikembangkan pada medio 1970an, telah dikembangkan sebagai respon atas kebutuhan sekolah pilot tempur Top Gun milik AL AS yang termahsyur. ACMI Pod sendiri merupakan alat instrumentasi yang dapat merekam data-data pergerakan pesawat selama latihan penerbangan.
Data-data yang terekam meliputi kecepatan, ketinggian, G-force yang ditimbulkan, sudut dan kecepatan tanjak atau tukik, kecepatan belok, sudut geser hidung (yaw) dan roll rate. Tak cukup sampai di situ, tenaga mesin, missile, rocket, gun, and bomb cueing system, serta kapan senjata tersebut dilepaskan turut pula termuat datanya.
Sedangkan untuk simulasi pelepasan senjata meliputi moda udara-udara, udara-darat, dan jika dibutuhkan, dari darat ke udara untuk melatih manuver penghindaran dari ancaman senjata anti pesawat.
Bentuk pod ACMI sendiri seperti silinder rudal AIM-9 Sidewinder, tanpa dilengkapi sirip kendali depan dan belakang. Di hidungnya terdapat antena telemetri dilengkapi empat antena lain yang bertugas untuk mencatat seluruh data selama penerbangan. Pemasangannya pun mudah, dapat langsung dipasang ke rel untuk tipe rudal Sidewinder, yang pastinya dimiliki oleh hampir semua jenis pesawat tempur yang digunakan oleh pesawat tempur Barat.
Data-data tersebut direkam secara real time, detik demi detik dan dikirimkan ke terminal stasiun darat untuk pengamatan dan pemberian instruksi. Saat debriefing, data yang dihasilkan ACMI digunakan untuk menganalisa latihan yang dilaksanakan dan melakukan koreksi untuk diperbaiki dalam sorti berikutnya, sehingga profisiensi pilot pun meningkat.
Dengan ACMI, seluruh pihak yang terlibat akan tahu siapa dan kapan senjata dilepaskan, sehingga tidak ada cerita saling klaim siapa menembak siapa duluan. Sistem debriefing berupa software ICADS yang disediakan oleh Cubic menyediakan hasil simulasi tersebut dalam format 2D dan 3D sehingga seluruh hasil latihan dapat diamati dengan seksama dan detail.
Sistem P5 CTS/TCTS (Combat Training Systems/ Tactical Combat Training Systems) yang digunakan TNI AU merupakan versi terbaru yang awalnya dikembangkan Cubic dan DRST atas permintaan Dephan AS sehingga seluruh unsur tempur dari AU, AL, Korps Marinir AS, Air National Guard, serta seluruh pasukan Koalisi dapat berlatih bareng sehingga meningkatkan kualitas dan interoperabilitas. P5 menyediakan subsistem yang mampu menyediakan interkoneksi sampai ke 100 pesawat secara simultan.
P5 juga mampu mencakup jarak sampai 80 mil laut di udara dan 125 mil laut dalam moda udara-darat sehingga memampukan simulasi rudal jarak jauh seperti AIM-120 AMRAAM. Apabila menggunakan relay, jarak udara-udara bahkan mampu mencapai 200 mil. Sistem P5 sendiri juga diimplementasikan secara internal ke dalam F-35 Lightning II sehingga memampukannya melaksanakan simulasi tanpa perlu membawa pod eksternal. (Aryo Nugroho)
Sumber : http://angkasa.co.id/