Helikopter Filipina |
Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah sepakat untuk membuat prosedur operasional standar (standard operational procedure/SOP) untuk situasi pengejaran khusus di Laut Sulu. Duterte juga sudah memberi “lampu hijau” kepada pasukan keamanan maritim Malaysia dan Indonesia untuk masuk ke perairan Sulu jika terjadi situasi penculikan yang mengharuskan mereka mengejar para pelaku.
Pernyataan itu disampaikan oleh Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak usai pertemuan dengan Duterte di Kuala Lumpur hari Kamis (10/11). Fokus pembicaraan keduanya adalah penculikan terbaru yang terjadi di laut yang dikuasai militan Islam Filipina.
Najib mengatakan dirinya bersama Presiden RI Joko Widodo sepakat bahwa SOP itu adalah pendekatan praktis untuk menghentikan orang-orang jahat kabur. Duterte, ujarnya, juga telah menyepakati langkah serupa dengan Presiden Jokowi.
“Langkah pengejaran ini adalah perkembangan terbaru. Ini telah disepakati antara Duterte dan Jokowi, dan sekarang dengan kami,” kata Najib dalam konferensi pers di ibu kota pemerintahan Malaysia, Putrajaya, kemarin, tanpa didampingi oleh Duterte.
Selama pertemuan berjam-jam di Kuala Lumpur, Najib dan Duterte membahas isu-isu secara menyeluruh yang menjadi perhatian bersama termasuk masalah keamanan di Sulu, yang disebut sebagai wilayah “liar, timur liar” oleh para pakar keamanan karena tidak berlakunya hukum di sana.
Kawasan itu menjadi surga bagi kelompok teroris Abu Sayyaf yang sering menculik para pelaut termasuk dari Indonesia dan Malaysia. Dalam kasus terbaru, dua nahkoda WNI diculik saat berlayar di perairan Sabah.
Najib menyatakan Malaysia memandang perkembangan itu dengan keprihatinan mendalam. Senada dengan itu, Presiden Duterte sepakat memperkuat kerja sama trilateral antara angkatan laut Filipina, Indonesia, dan Malaysia untuk mengizinkan “pengejaran panas” (hot pursuit) di Laut Sulu.
“Kita hanya perlu menginformasikan angkatan laut Filipina bahwa sedang melakukan pengejaran sengit dan meminta izin untuk memasuki perairan mereka,” ujar Najib.
Tiga menteri pertahanan dari Malaysia, Filipina, dan Indonesia akan menggelar pertemuan pada 22 November nanti di ibu kota Laos, Vientiane, dalam rangka membicarakan detil SOP pengejaran sengit tersebut.
Secara terpisah, dalam proses perdamaian di Mindanao selatan, Najib mengatakan Duterte telah meminta Malaysia agar terus mengirimkan tim pengawasan untuk mengamati proses perdamaian di kawasan yang disebut Otonomi Bangsamoro. Namun, Najib berpendapat peran fasilitator oleh Malaysia tidak lagi dibutuhkan dan sejak saat ini, proses tersebut akan ditangani secara domestik.
Sumber : http://www.beritasatu.com/dunia/398567-filipina-malaysia-indonesia-sepakati-sop-di-laut-sulu.html
Pernyataan itu disampaikan oleh Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak usai pertemuan dengan Duterte di Kuala Lumpur hari Kamis (10/11). Fokus pembicaraan keduanya adalah penculikan terbaru yang terjadi di laut yang dikuasai militan Islam Filipina.
Najib mengatakan dirinya bersama Presiden RI Joko Widodo sepakat bahwa SOP itu adalah pendekatan praktis untuk menghentikan orang-orang jahat kabur. Duterte, ujarnya, juga telah menyepakati langkah serupa dengan Presiden Jokowi.
“Langkah pengejaran ini adalah perkembangan terbaru. Ini telah disepakati antara Duterte dan Jokowi, dan sekarang dengan kami,” kata Najib dalam konferensi pers di ibu kota pemerintahan Malaysia, Putrajaya, kemarin, tanpa didampingi oleh Duterte.
Selama pertemuan berjam-jam di Kuala Lumpur, Najib dan Duterte membahas isu-isu secara menyeluruh yang menjadi perhatian bersama termasuk masalah keamanan di Sulu, yang disebut sebagai wilayah “liar, timur liar” oleh para pakar keamanan karena tidak berlakunya hukum di sana.
Kawasan itu menjadi surga bagi kelompok teroris Abu Sayyaf yang sering menculik para pelaut termasuk dari Indonesia dan Malaysia. Dalam kasus terbaru, dua nahkoda WNI diculik saat berlayar di perairan Sabah.
Najib menyatakan Malaysia memandang perkembangan itu dengan keprihatinan mendalam. Senada dengan itu, Presiden Duterte sepakat memperkuat kerja sama trilateral antara angkatan laut Filipina, Indonesia, dan Malaysia untuk mengizinkan “pengejaran panas” (hot pursuit) di Laut Sulu.
“Kita hanya perlu menginformasikan angkatan laut Filipina bahwa sedang melakukan pengejaran sengit dan meminta izin untuk memasuki perairan mereka,” ujar Najib.
Tiga menteri pertahanan dari Malaysia, Filipina, dan Indonesia akan menggelar pertemuan pada 22 November nanti di ibu kota Laos, Vientiane, dalam rangka membicarakan detil SOP pengejaran sengit tersebut.
Secara terpisah, dalam proses perdamaian di Mindanao selatan, Najib mengatakan Duterte telah meminta Malaysia agar terus mengirimkan tim pengawasan untuk mengamati proses perdamaian di kawasan yang disebut Otonomi Bangsamoro. Namun, Najib berpendapat peran fasilitator oleh Malaysia tidak lagi dibutuhkan dan sejak saat ini, proses tersebut akan ditangani secara domestik.
Sumber : http://www.beritasatu.com/dunia/398567-filipina-malaysia-indonesia-sepakati-sop-di-laut-sulu.html