Opini : After Indo Defence 2016 - Radar Militer

13 November 2016

Opini : After Indo Defence 2016

Kapal Selam Kelas Changbogo
Kapal Selam Kelas Changbogo

Perhelatan industri pertahanan melalui pameran alutsista Indo Defence baru saja usai. Gelaran produksi alutsista baik dari dalam negeri dan luar negeri yang berlangsung tanggal 2-5 Nopember 2016 di JIExpo Kemayoran Jakarta itu memperlihatkan semaraknya penawaran jual beli mesin militer. Indo Defence 2016 yang digelar dua tahun sekali, diikuti 670 perusahaan alutsista dari 28 negara. Tentu yang pengen “ditembak” adalah sebuah negara kepulauan yang sedang memodernisasi militernya, Indonesia.
Kabar-kabar yang membungakan hati diperlihatkan after Indo Defence digelar. Kabar-kabar itu setidaknya menjanjikan sebuah harapan besar akan terwujudnya sebuah postur militer Indonesia yang berotot. Apalagi dengan kucuran anggaran yang membesar dari tahun ke tahun dan mulai menggunakan basis PDB. Tentu kita semua menyambut gembira karena salah satu pilar penyangga NKRI diperkuat, dibaguskan dan digagahkan.
Kemhan menyatakan akan kembali memesan 3 kapal selam modern. Seperti kita ketahui saat ini Indonesia sedang menantikan selesainya proyek 3 kapal selam Changbogo kerjasama produksi dengan Korsel. Kapal selam pertama dan kedua dibuat di Korsel dan akan diserahkan bulan Februari dan Oktober 2017. Kapal selam ketiga diproses di PAL Surabaya. Kita berharap pesanan 3 kapal selam baru itu adalah dengan melanjutkan proyek Changbogo agar investasi infrastruktur dan “sekolah” para insinyur kita ke Korsel bisa menunjukkan hasil karyanya.
Sementara untuk proyek kapal perang SIGMA PKR 10514, membangun dua kapal perang kerjasama dengan Belanda akan ditambah lagi sehingga menjadi 4 unit. Dua kapal perang yang sudah uji laut itu KRI Raden Eddy Martadinata-331 dan KRI I Gusti Ngurah Ray-332 akan mendapat teman baru. Dalam pola transfer teknologi ini, kita mendapatkan opsi membangun sampai 20 kapal perang. Artinya PT PAL sudah bisa membangun kapal perang striking force setara dengan gurunya.
PT PAL sudah dipercaya membangun dua kapal perang LPD untuk militer Filipina. Ilmu membuat kapal jenis LPD ini didapat dari gurunya Korsel. Indonesia memesan empat LPD, dua dibuat di Korsel dan dua lagi dibuat di PAL Surabaya. Hasilnya cemerlang karena si murid yang bernama PAL itu jenius, dan Filipina tertarik dan pesan 2 LPD, satu sudah diserahkan, satu lagi Maret tahun depan. Di Indo Defence kemarin Malaysia juga tertarik untuk membangun LPD nya di PAL.
Marinir Indonesia sudah memesan 20 unit artileri LG1 MKIII Nexter. Nah di Indo Defence TNI AD menyatakan minatnya untuk mendapatkan alutsista ini. Marinir kita juga kembali memesan sedikitnya 30 unit tank amfibi BMP 3F untuk menambah jumlah 60 tank jenis yang sama yang sudah dimiliki. TNI AD memesan 50 unit panser Badak buatan Pindad dan 50 unit ranpur anti ranjau yang bernama Sanca. Proyek Sanca adalah kerjasama militer dengan Bushmaster Australia.
Galangan kapal swasta nasional di Lampung juga kebagian order. Setelah mendapat pesanan membuat 1 kapal perang LST untuk TNI AL, perusahaan swasta nasional ini mendapat order membuat 2 kapal perang LCU ukuran besar untuk TNI AD. Galangan kapal swasta nasional di Batam juga kebagian buat kapal patroli lepas pantai (OPV) kerjasama dengan DCNS Belanda. Kita ketahui perusahaan di Batam ini sudah mampu membuat dan menyelesaikan 8 kapal perang jenis KCR (Kapal Cepat Rudal) untuk TNI AL. Saat ini sedang mengerjakan kapal Coast Guard ukuran besar untuk Bakamla.
Yang menarik proyek kerjasama pembuatan medium Tank antara Pindad dan FNSS Turki sudah menampakkan “jalan kehidupannya”. Kalau ini sukses tentu Indonesia sudah bisa membuat tank tempur yang berkualitas. Jadi kombinasi Panser Anoa, Panser Badak, Tank buatan Pindad akan menjadi tulang punggung kekuatan TNI AD dari industri pertahanan dalam negeri. Pindad bersama PAL sudah menunjukkan kehebatannya dalam membangun industri pertahanan dalam negeri. Apalagi jika proyek jet tempur KFX/IFX kerjasama PT DI dengan Korsel berhasil, maka lengkaplah sudah kita mampu menyajikan beragam alutsista strategis untuk tentara republik ini.
Dalam waktu dekat kita juga akan menerima 6 helikopter Combat SAR EC 725 Super Cougar, 2 helikopter anti kapal selam, 2 helikopter Fennec. Beberapa waktu lalu galangan kapal swasta nasional sudah menyelesaikan 5 kapal perang patroli cepat untuk TNI AL yaitu KRI Tarihu-853, KRI Ibakora-854, KRI Makerel-855, KRI Torani-860 dan KRI Lepu-861. Sementara pesawat Hercules yang didatangkan dari Australia sudah mencapai 6 unit dari 9 pesanan.
Ramai sekali suasana pesan datang beragam jenis alutsista negeri ini. Belum lagi rencana mengadakan 18 unit MLRS Astross Brazil. Kita sudah punya 36 unit MLRS Astross, sepertinya masih kurang. Juga pengadaan peluru kendali jarak sedang SAM, tambahan oerlikon skyshield, sejumlah radar militer untuk Bengkulu, NTT, Morotai. Paket persenjataan peluru kendali jarak menengah untuk jet tempur F16 dari AS juga sudah diambang kedatangan. Helikopter Apache yang pesanan pertama 8 unit akan ditambah lagi menjadi 16 unit.
Jadi Indo Defence kemarin menjadi tempat yang terang benderang untuk memprediksi isian alutsista TNI dalam masa mendatang. Pesannya jelas, belilah sesuai kebutuhan bukan sesuai keinginan. Kelola anggaran dengan baik, hindari sikut menyikut satu sama lain, penuhi gudang arsenal TNI dengan alutsista berkualitas, sebar ke seluruh pelosok tanah air. Itu sajalah harapan kami sebagai rakyat, bangga punya TNI yang kuat dan gagah.
Sumber : TSM - Jagarin Pane

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb