Tank Leopard 2RI TNI AD Mengaum di Natuna - Radar Militer

08 November 2016

Tank Leopard 2RI TNI AD Mengaum di Natuna

Tank Leopard 2RI TNI AD
Tank Leopard 2RI TNI AD 

Batalyon Kavaleri 1 Badak Ceta Cakti hari ini, 7 November 2016 menampilkan satu foto menarik. Di foto tampak auman dahsyat Leopard 2RI saat menembakkan kanon 120mm dalam persiapan Latihan Antar Kecabangan (Latancab) TNI AD yang rencananya akan dilakukan pada pertengahan November 2016.
TNI AD memang akan menggelar Latancab skala besar di Natuna, yang melibatkan seluruh kecabangan di TNI AD baik Satuan Tempur Infanteri, Kavaleri, Zeni, Artileri Medan, Artileri Pertahanan Udara, dan Satuan Bantuan Tempur yaitu Zeni, Penerbad, Perhubungan, dan Peralatan. Puluhan MBT Leopard 2A4+ dan 2RI pun dikirimkan dengan LCU ADRI 48, 49, dan 50 ke Natuna untuk mengujicoba alutsista strategis untuk TNI AD tersebut. Tujuannya apa lagi kalau bukan untuk menegakkan panji-panji kedaulatan NKRI di batas terluar di Laut Cina Selatan yang kini tengah diperebutkan.
Jika diurutkan, ini merupakan kali kedua Leopard 2RI melakukan penembakan. Yang pertama dilakukan di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Baturaja, pada awal September 2016 menggunakan amunisi latih DM78, yang merupakan varian latih dari munisi APFSDS (Armor Piercing Fin Stabilised Discarding Sabot) DM53.
TNI AD memang menggunakan amunisi APFSDS berbasis tungsten yang ditawarkan Rheinmetall, tidak mengadopsi peluru silver bullet berbasis DU (Depleted Uranium) seperti yang dipakai AD AS. Kala itu penembakan kanon 120mm tidak dipublikasikan secara luas, tetapi dari video yang diterima penulis, uji penembakan tersebut benar-benar telak menghantam sasaran.
Selain DM78 dan tentu saja DM53, Leopard 2RI secara spesifik dimodifikasi pada kamar peluru dan sistem kendali penembakan (Fire Control System) dengan kemampuan untuk mengadopsi munisi DM11 yang dapat diprogram jarak peledakannya. DM11/Rh31 merupakan amunisi berdaya ledak tinggi/ HE (High Explosive) terbaru yang dikembangkan bareng antara Jerman dan Amerika Serikat melalui perusahaan Defense Munitions International Joint Venture.
Sahamnya dimiliki Rheinmetall dan General Dynamics Ordnance & Tactical Systems. DM11 merupakan amunisi yang diciptakan berdasarkan permintaan dari Bundeswehr (AD Jerman) dan juga Korp Marinir Amerika Serikat. Jerman mencari amunisi yang mampu menghancurkan multi sasaran yaitu pos-pos rudal anti tank yang diperkuat dengan jarak maksimal 5.000 meter. Untuk menghancurkan sasaran semacam ini, solusinya adalah penghancuran dari atas, menggunakan munisi yang bisa meledak di udara (Air bursting) dan kemudian menyiram lawan di bawahnya dengan pecahan logam panas yang tajam dengan kecepatan bak peluru.
DM11 dilengkapi dengan sumbu yang dapat diatur waktu peledakannya, yang terletak di belakang hululedak. Di dalam silindernya terdapat 6.000 bola-bola berbahan tungsten, yang akan dipicu oleh bahan peledak insensitif (tahan perubahan suhu dan cuaca) seberat 2,17kg. Apabila diledakkan, peledak akan mendorong bola tungsten tersebut untuk muncrat ke segala arah, bayangkan sendiri efek dari bola tungsten nan panas yang bisa menjebol baja bak pisau panas melumerkan mentega. Ini masih ditambah lagi dengan pecahan dinding proyektil dari bahan baja seberat 9 kilogram. Intinya, mematikan!
Juru tembak memprogram waktu peledakan dari DM11 dengan menggunakan sistem kendali penembakan, yang kemudian akan memprogram sumbu untuk meledak dengan sistem datalink yang menghubungkan antara sistem kendali dengan pin yang ada pada DM11, bahkan ketika amunisi sudah berada di kamar peluru. Ada tiga moda yang bisa dipilih. Dengan memilih impak, peluru akan meledak tepat ketika menumbuk sasaran.
Bila memilih airburst, juru tembak bisa mengatur pada jarak berapa amunisi akan diledakkan, tentunya dengan membaca hasil perkiraan melalui laser rangefinder ke sasaran. DM11 tinggal ditembakkan ke atas sasaran, dan peluru akan meledak di udara. Hasil simulasi menyebutkan bahwa 27 dari 30 prajurit dalam formasi wedge akan tewas atau luka parah hanya dengan dua peluru. Untuk sasaran berupa tembok atau ranpur, bisa dipilih moda ketiga yaitu delay sehingga hidung pinokio alias probe pada hidung DM11 bisa menjebol terlebih dahulu dan amunisi menembus, baru kemudian meledak. (Aryo Nugroho)
Sumber : http://angkasa.co.id/

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)