Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi |
Panglima Komando Cadangan Strategis TNI AD, Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi, mengatakan, dengan mengenang Hari Juang Kartika maka mengingatkan kembali dengan perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman.
"Untuk itu, mari kita renungkan kembali salah satu pesan Jenderal Soedirman, yaitu satu-satunya hak milik nasional yang masih utuh tidak berubah-ubah, meskipun harus mengalami segala macam persoalan dan perubahan, hanyalah Angkatan Perang Republik Indonesia," kata Rahmayadi, di Kabanjahe, Kamis.
Hal tersebut dia katakan pada upacara Hari Juang Kartika yang dihadiri sekitar 2.000 orang, di Stadion Samura, Kabanjahe, Kabupaten Karo.
Dia mengatakan, melalui peringatan Hari Juang Kartika 2016 diselenggarakan melalui upacara sederhana dan serentak di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, juga disertai dengan syukuran dan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan.
Hal itu merupakan refleksi dari jati diri TNI sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional dan tentara profesional yang senantiasa harus manunggal dengan rakyat.
"Serta mengedepankan kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diatas segala-galanya," ucap Rahmayadi.
Ia mengatakan, pesan itu harus dimaknai walaupun TNI AD telah tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang modern dan profesional, namun tidak boleh meninggalkan jati dirinya sebagai tentara rakyat.
Nilai-nilai kemanunggalan dengan rakyat yang terkandung dalam peristiwa sejarah Palagan Ambarawa hendaknya senantiasa ditanamkan dalam gerak langkah pengabdian setiap Prajurit TNI AD.
Ia juga menyampaikan atas nama keluarga besar TNI-AD, mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh masyarakat Indonesia, yang telah mencurahkan cintanya kepada TNI-AD, sehingga dapat mengemban setiap tugas dan amanah yang dipercayakan oleh rakyat.
Hari Juang Kartika pada hakikatnya dilandasi oleh sebuah peristiwa bersejarah penting dalam perjuangan mempertahankan Kemerdekaan yang terjadi 71 tahun silam di Kota Ambarawa.
"Peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Palagan Ambarawa itu, telah membawa dampak politik secara internasional dan menjadi momentum penting untuk menunjukkan eksistensi TNI-AD sebagai penjaga tegak kokohnya NKRI," kata dia.
Peringatan Hari Juang Kartika ini dimeriahkan dengan pameran persenjataan TNI AD yang diikuti seluruh badan pelaksana Kodam I/BB, Bhakti Sosial yang meliputi donor darah, dan khitanan massal gratis.
Demikian juga pengobatan massal gratis dan pemberian santunan kepada para warakawuri, pensiunan serta pejuang serta dimeriahkan dengan hiburan rakyat selama tiga hari sejak 15 Desember, di Tanah Karo.
Pada kesempatan itu, Rahmayadi ditabalkan marga Ginting sebagai bentuk penghargaan dari warga Tanah Karo. Penabalan itu dilakukan Ketua Adat Tanah Karo, Malem Ukur Ginting.
Hadir pada upacara tersebut Panglima Kodam I/Bukit Barisan, Mayor Jenderal TNI Lodewijk Pusung, Kepala Staf Kodam I/Bukit Barisan, Brigadir Jenderal TNI Tiopan Aritonang, dan Kepala BNN Sumatera Utara, Brigadir Jenderal Polisi Andi Loedianto.
Jenderal TNI Mulyono Pimpin Peringatan Hari Juang Kartika di Ambarawa
Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Mulyono, memimpin upacara peringatan Hari Juang Kartika yang digelar di Lapangan Panglima Besar Jenderal Soedirman, di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis.
Pada 15 Desember 1945, Soedirman mengilhami, menginisiasi, dan memimpin serangan besar-besaran atas kedudukan Belanda dan Jepang di Ambarawa dan sekitarnya, melalui taktik serangan semesta "Supit Udang".
Semua kekuatan cikal-bakal TNI AD dan komponen lain TNI serta rakyat bahu-membahu menyerang semua posisi strategis penjajah itu. Inilah pertama kali operasi militer gabungan dilaksanakan Tentara Keamanan Rakyat.
Serangan itu sukses gilang-gemilang dengan Ambarawa sebagai sentral utama, sekalipun saat itu tidak ada kesatuan besar Tentara Keamanan Rakyat di ketinggian Ungaran, Kabupaten Semarang itu. Titik fokus serangan Soedirman dan semua pasukan TNI saat itu adalah lokasi yang kini menjadi lokasi monumen Palagan Ambarawa.
Serangan pada 12-15 Desember itulah yang kemudian dikenang sebagai Hari Juang Kartika pada 15 Desember dan sekaligus kemudian menjadi Hari Infantri. Akhirnya Hari Infantri ini ditetapkan menjadi Hari Juang Kartika sebagai hari jadi TNI AD pada 1999 saat Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu menjadi kepala staf TNI AD.
Peringatan hari lahir TNI AD itu diisi berbagai hiburan, termasuk drama kolosal Palagan Ambarawa.
Dalam amanatnya, Mulyono menegaskan peringatan Hari Juang Kartika di berbagai daerah digelar secara sederhana yang diisi dengan kegiatan sosial kemasyarakatan.
Hari Juang Kartika tahun ini mengangkat tema "Melalui Hari Juang Kartika Kita, Mantapkan Jati Diri TNI AD dan Kemanunggalan TNI-Rakyat Guna Mewujudkan Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian".
"TNI AD meyakini tentara akan kuat jika senantiasa manunggal dengan rakyat," ujarnya.
Menurut dia, kekuatan TNI yang didukung oleh rakyat merupakan aplikasi pertahanan semesta dalam membela Indonesia. "Terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah mencurahkan kecintaan pada TNI AD sehingga dapat mengemban setiap tugas dan amanah yang dipercayakan," katanya.
Dalam amanatnya, KSAD juga mengingatkan tentang netralitas TNI dalam pelaksanaan Pilkada 2017.
Ia menjelaskan TNI menjaga komitmen netralitas dan menempatkan kepentingan bangsa di atas segalanya.
"TNI senentiasa mendukung segala upaya menjaga stabilitas dan kondusifitas sosial selama penyelenggaraan pilkada," katanya.
Sumber : http://www.antaranews.com/