Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI |
Dengan luas lebih dari 260 hektare, PPMP TNI yang berlokasi di Sentul, Bogor, Jawa Barat, diklaim sebagai yang terbesar di Asia. Tak hanya luas, tapi juga memiliki fasilitas lengkap dengan standar internasional.
Ada auditorium, sport center, ruang kelas dengan beragam ukuran, mes tamu dan prajurit, barak, tempat latihan, lapangan tembak, hingga desa simulasi. Dengan fasilitas selengkap itu, tidak heran jika PMPP TNI menjadi jujukan pasukan perdamaian dari berbagai negara untuk dijadikan tempat latihan. Setiap bulan ada saja pasukan dari luar negeri yang datang untuk mengikuti latihan bersama.
”Menteri pertahanan Fiji, Jepang, dan Swedia sudah berkunjung ke sini. Mereka ingin berlatih. Dari Uni Eropa juga punya rencana untuk datang ke sini,” kata Komandan PPMP TNI Brigjen Achmad Marzuki.
PMPP TNI setiap tahun rutin menggelar latihan gabungan yang diikuti 23 negara. Mereka juga melakukan pertukaran instruktur. Hal tersebut membuktikan bahwa pasukan perdamaian Indonesia cukup dipandang di luar negeri.
”Sayangnya, di sini belum terlalu terdengar. Alhamdulillah, ada film Pasukan Garuda: I Leave My Heart in Lebanon. Setidaknya masyarakat jadi lebih tahu tentang pasukan perdamaian ini,” kata pria kelahiran Bandung 49 tahun lalu itu.
PMPP TNI tidak memberikan pelatihan dasar-dasar militer. Mereka hanya menerima prajurit dengan kemampuan dasar militer yang mumpuni. Lalu memberikan pelatihan mendalam tentang misi yang akan mereka hadapi di luar negeri. Di antaranya berupa CPTM (core pre-deployment training materials), CPDT (core pre deployment training), materi teknis, materi pendukung, dan materi aplikasi.
Semua materi yang diberikan kepada para prajurit merupakan bekal persiapan yang dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan SOP (standard operating procedure) dan ROE (rules of engagement) di daerah misi serta sejalan dengan tuntutan operasi penugasan.
”Pelatihannya berbeda-beda, disesuaikan dengan daerah misi mereka. Misalnya, di Kongo ada tugas untuk membantu membuat bandara. Kita latih sesuai dengan tugas di sana,” terang Direktur Pembinaan Latihan PMPP TNI Kolonel Laut Sri Gunanto.
Di Lebanon ada prajurit yang ditugasi menjaga pelabuhan. Selama pelatihan, mereka dibekali materi khusus simulasi di replika kapal laut. ”Semua betul-betul disesuaikan dengan kebutuhan di sana,” katanya.
Ada juga desa simulasi. Tujuannya, menyiapkan para prajurit yang akan bertugas agar mendapat bayangan mengenai lokasi. Desa tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai daerah misi. Termasuk masyarakat di daerah misi tersebut. Para instrukturlah yang berperan sebagai masyarakat setempat.
”Mereka juga belajar role play. Siang ada yang jadi demonstran, malamnya jadi pasukan kawan. Ada yang siang jadi tukang bakso, malamnya peran yang lain lagi,” kata Gun, sapaan Sri Gunanto. ”Orang-orang ini ahli kalau jadi pemain sinetron,” selorohnya.
Tidak hanya mengemban misi perdamaian yang berkaitan erat dengan militer, para prajurit yang dikirim ke daerah konflik juga punya misi perdamaian berbasis budaya dan pariwisata. Marzuki menjelaskan, selain diberi pembekalan tentang kepariwisataan Indonesia, para prajurit membawa pesan promosi pariwisata dari Kementerian Pariwisata.
Marzuki sempat bertemu dengan koleganya dari Pakistan yang ternyata tengah berlibur ke Indonesia. Bukan hanya ke Bali, sang teman itu juga bertualang sampai ke Raja Ampat. Hal tersebut membuktikan bahwa pariwisata Indonesia sudah banyak dikenal di mancanegara.
Bukan hanya pariwisata yang dikenalkan para prajurit. Mereka juga mengenalkan ragam budaya Indonesia. Misalnya, tari-tarian, bela diri tradisional, musik, batik, hingga kuliner dikenalkan dalam event budaya. Tidak jarang, saat ada prajurit Indonesia yang cuti dan hendak pulang ke tanah air, prajurit dari negara lain minta dibawakan sesuatu.
”Komandan sektor saya waktu itu minta dibawakan kopi. Dia senang. Katanya, kopi Indonesia enak. Indonesia punya banyak yang bisa diberikan sebagai buah tangan,” ungkapnya. (*/c9/ca)
Sumber : http://nusa.indopos.co.id/read/2016/12/31/80969/Melihat-Pusat-Misi-Pemeliharaan-Perdamaian-PMPP-TNI
Ada auditorium, sport center, ruang kelas dengan beragam ukuran, mes tamu dan prajurit, barak, tempat latihan, lapangan tembak, hingga desa simulasi. Dengan fasilitas selengkap itu, tidak heran jika PMPP TNI menjadi jujukan pasukan perdamaian dari berbagai negara untuk dijadikan tempat latihan. Setiap bulan ada saja pasukan dari luar negeri yang datang untuk mengikuti latihan bersama.
”Menteri pertahanan Fiji, Jepang, dan Swedia sudah berkunjung ke sini. Mereka ingin berlatih. Dari Uni Eropa juga punya rencana untuk datang ke sini,” kata Komandan PPMP TNI Brigjen Achmad Marzuki.
PMPP TNI setiap tahun rutin menggelar latihan gabungan yang diikuti 23 negara. Mereka juga melakukan pertukaran instruktur. Hal tersebut membuktikan bahwa pasukan perdamaian Indonesia cukup dipandang di luar negeri.
”Sayangnya, di sini belum terlalu terdengar. Alhamdulillah, ada film Pasukan Garuda: I Leave My Heart in Lebanon. Setidaknya masyarakat jadi lebih tahu tentang pasukan perdamaian ini,” kata pria kelahiran Bandung 49 tahun lalu itu.
PMPP TNI tidak memberikan pelatihan dasar-dasar militer. Mereka hanya menerima prajurit dengan kemampuan dasar militer yang mumpuni. Lalu memberikan pelatihan mendalam tentang misi yang akan mereka hadapi di luar negeri. Di antaranya berupa CPTM (core pre-deployment training materials), CPDT (core pre deployment training), materi teknis, materi pendukung, dan materi aplikasi.
Semua materi yang diberikan kepada para prajurit merupakan bekal persiapan yang dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan SOP (standard operating procedure) dan ROE (rules of engagement) di daerah misi serta sejalan dengan tuntutan operasi penugasan.
”Pelatihannya berbeda-beda, disesuaikan dengan daerah misi mereka. Misalnya, di Kongo ada tugas untuk membantu membuat bandara. Kita latih sesuai dengan tugas di sana,” terang Direktur Pembinaan Latihan PMPP TNI Kolonel Laut Sri Gunanto.
Di Lebanon ada prajurit yang ditugasi menjaga pelabuhan. Selama pelatihan, mereka dibekali materi khusus simulasi di replika kapal laut. ”Semua betul-betul disesuaikan dengan kebutuhan di sana,” katanya.
Ada juga desa simulasi. Tujuannya, menyiapkan para prajurit yang akan bertugas agar mendapat bayangan mengenai lokasi. Desa tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai daerah misi. Termasuk masyarakat di daerah misi tersebut. Para instrukturlah yang berperan sebagai masyarakat setempat.
”Mereka juga belajar role play. Siang ada yang jadi demonstran, malamnya jadi pasukan kawan. Ada yang siang jadi tukang bakso, malamnya peran yang lain lagi,” kata Gun, sapaan Sri Gunanto. ”Orang-orang ini ahli kalau jadi pemain sinetron,” selorohnya.
Tidak hanya mengemban misi perdamaian yang berkaitan erat dengan militer, para prajurit yang dikirim ke daerah konflik juga punya misi perdamaian berbasis budaya dan pariwisata. Marzuki menjelaskan, selain diberi pembekalan tentang kepariwisataan Indonesia, para prajurit membawa pesan promosi pariwisata dari Kementerian Pariwisata.
Marzuki sempat bertemu dengan koleganya dari Pakistan yang ternyata tengah berlibur ke Indonesia. Bukan hanya ke Bali, sang teman itu juga bertualang sampai ke Raja Ampat. Hal tersebut membuktikan bahwa pariwisata Indonesia sudah banyak dikenal di mancanegara.
Bukan hanya pariwisata yang dikenalkan para prajurit. Mereka juga mengenalkan ragam budaya Indonesia. Misalnya, tari-tarian, bela diri tradisional, musik, batik, hingga kuliner dikenalkan dalam event budaya. Tidak jarang, saat ada prajurit Indonesia yang cuti dan hendak pulang ke tanah air, prajurit dari negara lain minta dibawakan sesuatu.
”Komandan sektor saya waktu itu minta dibawakan kopi. Dia senang. Katanya, kopi Indonesia enak. Indonesia punya banyak yang bisa diberikan sebagai buah tangan,” ungkapnya. (*/c9/ca)
Sumber : http://nusa.indopos.co.id/read/2016/12/31/80969/Melihat-Pusat-Misi-Pemeliharaan-Perdamaian-PMPP-TNI