Jet Tempur F-16C/D Block 52ID TNI AU |
Dalam proyek “Peace Bima Sena II”disebutkan TNI AU akan mendapatkan 24 unit F-16C/D Block 52ID, 28 unit mesin Pratt & Whitney F100-PW220/F100-PW220E, empat unit F-16C/D Block 25, dan dua unit F-16A/B Block 15. Dua yang disebut terakhir akan datang dalam wujud terurai untuk kebutuhan suku cadang. Masih dalam proyek yang sama, belum lama ini Depertemen Pertahanan Amerika Serikat (29/3/2017) lewat FMS (Foreign Military Sales) mengumumkan kontrak senilai US$8.156.606 untuk remanufaktur sejumlah unit mesin F100-P220/220E untuk pesanan TNI AU.
Dari empat gelombang pengiriman F-16C/D Block 52ID yang telah tiba di Indonesia, masih ada lima unit F-16C/D Block 52ID yang akan dikirim pada gelombang kelima (terakhir), yang dijadwalkan pada bulan Desember 2017. Tentang kontrak senilai lebih dari delapan juta dollar diatas, dipercayakan oleh Dephan AS kepada Pratt & Whitney, Military Engines, East Hartford, Connecticut. Kontrak remanufaktur yang tak menjelaskan rincian unit mesin yang digarap ini adalah modifikasi (P00026) dari kontrak FA8124-13-C-0009 yang diterima sebelumnya. Yang bertindak sebagai kontraktor dalam proyek ini adalah Life Cycle Management Center Angkatan Udara Amerika Serikat , yang berbasis di Tinker Air Force Base, Oklahoma. Pekerjaan remanufaktur akan dilakukan di Columbus, Georgia, dan diharapkan akan selesai pada 15 April 2018.
Remanufaktur pada dasarnya mirip dengan proses overhaul, kegiatan ini bertujuan mengembalikan produk (restorasi) yang sudah mencapai masa akhir pakai, menjadi suatu kondisi “baru.” Mesin F100-PW220 terdiri dari lima modul dan beberapa komponen non modul. Setiap modul yang terdiri dari Inlet, FDT, core, Augmentor, dan Gearbox memiliki usia pakai berbeda. Dengan pelaksanaan remanufaktur, maka usia komponen dikembalikan lagi menjadi zero hour. Dengan begitu, Indonesia akan mendapatkan mesin F100-PW220 terbaru dengan usia pakai cukup panjang. Sebagai informasi, mesin F100-PW220/PW220E yang bakal di remanufaktur adalah produksi tahun 1985 - 1986.
Bila asumsi waktu operasional mesin 240 jam per tahun, maka pemeliharaan modul mesin terkedat baru akan dilaksanakan setelah lima tahun kemudian. Antara F-16A/B Block 15 OCU yang memperkuat Skadron Udara 3 dan F-16C/D Block 52ID (basis dari Block 25) mengadopsi jenis mesin turbofan yang sama. Perbedaan yang mendasar antara mesin pada F-16C/D dengan F-16A/B terdapat pada versi komputer mesin, DEEC (Digital Engine Electronic Control). Pada F-16C/D Block 52ID sudah menggunakan DEEC Group 6, sementara pada pesawat F-16A/B masih menggunakan DEEC Group 3. Perbedaan lainnya pada Augmentor yang sudah menggunakan Camel Duct dengan usia 4000 CCY (Calculated Cycle) dan memiliki usia Gearbox module sebesar 3.000 MOH (Maintenance Operating Hour).
Selain performa mesin yang tangguh dan battle proven, mesin di F-16 ini dirancang untuk mudah dipasang, ditangan awak yang terlatih, memasang mesin baru di Fighting Falcon ini hanya butuh waktu satu jam. Mau tahu caranya? Mesin dengan bobot 1,5 ton ini dinaikkan menggunakan cradle, lalu dilepaskan dudukannya, dan didorong. Praktis dan mudah. Dalam beberapa menit mesin sudah masuk ke dalam ruangnya di badan pesawat. Setelah terpasang dengan baik, proses berikutnya adalah instalasi sistem, terutama menyangkut fuel system agar pasokan bahan bakar lancar ke mesin. Dan untuk proses lepas pasang mesin F-16, patut disyukuri bahwa ground crew F-16 TNI AU di Skadron Udara 3 di Lanud Iswahjudi sudah cukup terlatih. (Sam)
Spesifikasi Mesin F100-PW220/E:
- Maximum Thrust: 105,7 kN
- Intermediate Thrust: 64,9 kN
- Weight: 1.467 kg
- Length: 4,85 meter
- Inlet diameter: 0,88 meter
- Maximum Diameter: 1,18 meter
Sumber : http://www.indomiliter.com/