FIM-92 Stinger |
Peluncur rudal Stinger, yang membuat sejarah pada tahun 1980-an saat digunakan untuk menjatuhkan helikopter serang Mil Mi-24 Hind yang legendaris dari Rusia, kini bakal digunakan Amerika Serikat untuk menghadapi pesawat tak berawak (drone) ISIS.
Angkatan Darat AS telah memodifikasi sistem itu dan berhasil menunjukkan kemampuannya untuk mencegat dua drone kecil dan sebuah drone yang tidak dikenal lainnya untuk pertama kalinya.
Pejabat memprediksi Stinger tersebut akan digunakan untuk memerangi drone yang digunakan oleh Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) untuk menjatuhkan bom.
Stinger modifikasi itu dikembangkan oleh tim Angkatan Darat AS dan Raytheon, sebuah perusahaan teknologi asal New Jersey yang mengkhususkan diri pada pasar pertahanan, sipil dan cybersecurity di seluruh dunia.
Senjata modifikasi itu kini merupakan sistem pertahanan udara ringan dan mandiri yang dapat dengan cepat digunakan oleh pasukan darat dan platform militer. Senjata ini juga sudah terbukti tangguh dalam empat konflik besar dan sekarang dikerahkan di lebih dari 18 negara dan untuk empat layanan militer AS.
“Stinger biasanya dilengkapi dengan hulu ledak berdampak langsung, yang sesuai untuk target yang lebih besar seperti rudal jelajah dan pesawat terbang,” kata Kim Ernzen, wakil presiden lini produk Land Warfare System Raytheon, sebagaimana dikutip Daily Mail, Jumat 2 Juni 2017.
"Pendekatan baru ini memberi kekuatan pada kemampuan untuk melibatkan target kecil yang sulit dipahami dengan menggunakan sistem yang sudah terbukti dan sudah dikenal."
Senjata tersebut terutama digunakan untuk menjatuhkan drone komersial yang dimodifikasi ISIS. “Selama dua bulan terakhir, pasukan koalisi telah mengamati satu drone setiap hari di sekitar Mosul. Koalisi telah menyerang beberapa yang kami yakini sebagai fasilitas drone di Mosul,” ujar seorang pejabat komando utama AS kepada Defense One.
Sumber : https://tekno.tempo.co/