Ranpur M113 Filipina |
Sebagai mantan pengguna OV-10 Bronco, Indonesia termasuk senior di Asia Tenggara, maklum penempur turbo propeller dengan kemampuan COIN (Counter Insurgency) ini sudah tiba di Tanah Air pada tahun 1976. Namun lain hal sebagai pengguna ranpur (kendaraan tempur) lapis baja M113, sebagai pengguna ranpur APC (Armoured Personnel Carrier) legendaris ini, Indonesia justru paling junior dibanding Filipina, Thailand, dan Singapura. Pasalnya ranpur untuk Yonif Mekanis ini baru diterima secara bekas pakai dari Belgia pada tahun 2014 silam. Sebagai perbandingan negara tetangga, Filipina yang kini tengan berkonflik melawan ISIS, sudah mengoperasikan M113 sejak tahun 1967.
Bila Indonesia mendapatkan varian M113 A1 dari bekas pakai AD Belgia, maka M113 milik AD Filipina dalam berbagai varian berasal dari bekas pakai Amerika Serikat. Dan dalam operasi militer yang kini tengah dicanangkan melawan militant ISIS di Marawi, Pulau Mindanau, debut M113 kerap kali terlihat di layar pemberitaan. Populasi M113 yang cukup besar di Filipina, menjadikan ranpur yang kondang di Perang Vietnam ini menjadi pilihan favorit mobilitas personil infanteri ke palagan pertempuran. Bahkan tak jarang, M113 dikerahkan sebagai perkuatan pada beberapa check point.
Setidaknya ada 260-an unit M113 A1 yang dioperasikan AD Filipina, tak semuanya dijadikan sebagai APC, beberapa unit telah dikonversi sebagai varian pelontar mortir (mortar carrier). Dari jumlah tersebut, 114 unit diantaranya adalah seri M113 A2 yang baru diterima tahun 2015. Pada seri M113 A2, beberapa kini telah di upgrade menjadi M113 A2+ dengan solusi dari Elbit System, Israel. Rinciannya terdiri dari 14 unit menjadi FSV (Fire Support Vehicle) dengan dipasangkan meriam kaliber 90 mm, 4 unit menjadi IFV (Infantry Fighting Vehicle) dengan dipasang kanon RCWS (Remote Control Weapon System) kaliber 25 mm, 6 unit menjadi APC dengan RCWS kaliber 12,7 mm, lalu ada 4 unit M113 ARV (Armored Recovery Vehicle) yang dikonfigurasi ke standar YPR-806. Semua paket upgrade kini telah diserahkan ke pihak AD Filipina.
Pada varian M113 A1/A2 APC, diawaki oleh dua personel (sopir dan penembak), sementara jumlah pasukan yang bisa dibawa sebanyak 11 orang. Untuk kelur masuk pasukan, menggunakan ramp di bagian belakang yang digerakan secara hidrolis. Bila ramp macet, tersedia emergency exit door yang bisa dibuka tutup secara manual. Tidak itu saja, pasukan dapat keluar masuk lewat hatch (tutup kabin) di bagian atap. Lewat hatch ini, pasukan infanteri dapat memberikan bantuan tembakan.
Dirunut dari sejarahnya, M113 dibidani oleh manufaktur FMC Corporation, manufaktur yang juga memproduksi ranpur amfibi LVTP (Landing Vehicle Tracked)-7. Dan, M113 pun sejatinya punya kapabilitas amfibi, meski harus diakui hanya bisa berenang terbatas pada lingkup sungai dan danau. Untuk maksud tersebut, memang pada bagian hull sudah disertakan penangkal gelombang. Untuk misi berenang ini M113 memerlukan dukungan propeller optional.
Italia yang ikut memproduksi lisensi M113 terbilang kreatif, varian M113 A3 mampu diciptakan dengan kemampuan untuk berenang di lautan. Varian yang diberi label Arisgator ini mengalami perombakan yang cukup besar dari sisi desain, propeller sudah disematkan secara permanen, dan rancangan hull pun sudah dibuat lebih adaptif untuk menahan terjangan ombak dan gelombang. Untuk berenang, M113 dapat melaju dengan kecepatan 5,8 Km per jam. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi M113 A1 :
- Manufaktur : FMC Corporation
- Awak : 2
- Personel : 11
- Berat : 14 ton
- Panjang : 5,3 meter
- Lebar : 3 meter
- Tinggi : 1,85 meter
- Mesin : General Motors 6V53T Diesel
- Tenaga : 275HP
- Kecepatan max di jalan raya : 66 Km per jam
- Kecepatan di air : 5,8 Km per jam
- Jarak tempuh : 484 Km
- Senjata : M2HB Browning kaliber 12,7 mm
Sumber : http://www.indomiliter.com/