V-150 AD Filipina |
Meski doktrin antara Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand berbeda, namun kelima negara Asia Tenggara ini punya kesamaan cita rasa dalam wheeled light armored vehicle, dan disatukan dalam “V-150 Commando Brotherhood” sejak dekade 70-an, menjadikan Asia Tenggara sebagai populasi panser V-150 4×4 paling besar setelah Arab Saudi. Lama tak terdengar kiprahnya di tengah-tengah kemunculan alutsista baru, pada akhir Mei 2017 lalu ingatan pada V-150 kembali mencuat setelah dua V-150 Commando berhasil ‘dikandaskan’ oleh kelompok militan Maute pro ISIS dalam pertempuran di Marawi, Filipina.
Seperti halnya di Indonesia, Thailand, Singapura dan Malaysia, V-150 Commando produksi Cadillac Gage di Fiipina sebagian besar masih dioperasikan angkatan darat dan Marinir. Namun sebagian lain telah diserahkan untuk memperkuat kepolisian Filipina. Dan dalam operasi militer di Marawi, tepat pada 23 Mei 2017, dua unit V-150 yang digunakan pasukan elite polisi Filipina, SAF (Special Action Force) dilaporkan berhasil disergap di kota Marawi.
Dikutip dari newsinfo.inquirer.net (30/5/2017), petinggi SAF menyebut bahwa dua unit V-150 APC yang bernama “Matapat” dan “Masikap” seharusnya pergi ke ibukota provinsi pada malam hari tanggal 23 Mei 2017. Setelah keluar dari Kantor Polisi Daerah Lanao del Sur, yang menjadi lokasi V-150 disimpan, V-150 Matapat dilaporkan melindas ranjau darat, akibat ledakan ranjau selain merusak panser, pengemudi V-150 dilaporkan juga mengalami luka-luka. Setelah serangan, panser tetap berusaha melakukan manuver untuk melepaskan diri dari hujan tembakkan militan Maute. Tapi melihat situasi dan kondisi panser, komandan V-150 memerintahkan awak panser untuk meninggalkan ranpur yang rusak.
Ditempat terpisah, Ronald “Bato” de la Rosa, Kepala Kepolisian Nasional Filipina menyebut ada satu V-150 yang berhasil disergap militan. Jenderal Polisi ini menjelaskan foto V-150 yang disergap sempat menjadi viral di media sosial, terlebih saat tiga anggota Maute/ISIS berpose di panser yang sedang terjerembab di sawah. Walau V-150 Commando berhasil ‘dirontokkan’ bukan berarti kendaraan lapis baja ini bisa dijalankan oleh pemberontak. Kini status panser yang sempat viral tersebut telah dikuasai pemerintah dan tengah dalam perbaikan oleh pihak militer Filipina.
Kejadian V-150 rontok akibat ranjau bukan hanya dialami oleh Filipina. Batalyon Kavaleri (YonKav) 7 Sersus (Panser Khusus) Kodam Jaya, sebagai pengguna V-150 juga punya kisah yang tak bisa dilupakan. Persisnya pada misi Kontingen Garuda XII D (Konga) di Kamboja pada tahun 1992 - 1993.
Dalam satu manuver konvoi, salah satu ban bekalang panser V-150 TNI AD terkena ranjau anti tank. “Saya yang berada di dalam panser dan teman-teman tadinya tidak sadar kalau kena ranjau. Seperti dituturkan awak V-150, Kopka Mohamad Noer di Majalah Defender, September 2007. Pada hari jum’at kira-kira pukul 10.00 pagi waktu setempat, dia di tugaskan oleh komandannya untuk mengawal pasukan PBB dari Bulgaria dari Stoeng menuju Temai yang berjarak 120 km. Pasukan mereka terdiri dari dua ranpur panser V-150 ditambah satu kendaraan Unimog yang mengangkut satu regu kompi A.
“Yang kami rasakan saat itu, beberapa detik kendaraan seperti terpental melayang saja,” paparnya. Namun, tambah M Noer, ketika temannya yang berada di atas ranpur senjatanya terpental, baru mereka sadar kalau mereka terkena ranjau anti tank dengan kekuatan cukup besar. “Saat kami lihat lubang tempat ranjau meledak, kira-kira meninggalkan lubang sampai sedalam satu meter dan lebar setengah meter,” katanya. Lima anggota yang berada dalam panser tidak mengalami luka serius tapi hanya lecet ringan karena terbentur bodi kendaraan. Lalu mereka keluar dan melihat ban belakang panser sudah tidak utuh lagi, mesin rusak parah tapi kondisi fisik tidak mengalami kerusakan berarti.
Sebagai tamtama pelayan radio, M Noer langsung melapor ke kompi bahwa pasukan mereka terkena ranjau. Dia mengalami keberuntungan karena radio tidak mengalami kerusakan meski terkena goncangan yang lumayan. Setelah itu, mereka di evakuasi ke mobil yang ada di belakang dan tak lama kemudian pansernya dievakuasi dengan helikopter. Dari pengalaman yang di peroleh prajurit ini, M Noer mengaku bahwa kendaraan tempur panser ini memang di rancang untuk melindungi pasukan yang mengoperasikannya. “Saya benar-benar diselamatkan oleh panser V-150.” tambah Kopka Mohammad Noer.
Kabarnya jumlah total V-150 yang dimiliki TNI AD mencapai 200 unit. Dan secara langsung Indonesia menjadi pengguna V-150 terbanyak di dunia setelah Arab Saudi. Negara-negara tetangga ASEAN seperti Filipina (185), Malaysia (138), Thailand (150) dan Singapura (40) juga memiliki panser jenis ini. Seperti halnya di Filipina, V-150 Commando di Indonesia debutnya juga identik dalam operasi militer menghadapi pemberontak bersenjata, sebut saja mulai dari Operasi Seroja di dekade 70 dan 80-an, kemudian operasi pemulihan keamanan di Aceh, tak sedikit anggota GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang meregang nyawa akibat muntahan perluru dari panser ini. Saat ini V 150 diketahui juga ditempatkan untuk mengamankan komplek pertambangan Freeport di Papua. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi V-150 Commando :
- Weight : 9,888 kg.
- Length : 5.69 m
- Width : 2.26 m
- Height : 2.54 m (turret roof), 1.98 m (hull top)
- Crew : 3+2
- Armor : classified
- Primary armament : 1 x 20 mm, 1 x 7.62 mm Machinegun
- Secondary armament : 2×6 40 mm Smoke Dischargers
- Engine : V-504 V8 diesel turbo charged engine 202 bhp
- Power/weight : 18.75 bhp/ton
- Operational range : 643 km
- Speed : 88 km/h (road), 5 km/h (water)
Sumber : http://www.indomiliter.com/