Advanced Medium Air to Air Missile (AMRAAM) |
Teknologi senjata berkembang cepat, siapa berhenti untuk ambil napas akan tertinggal. Amerika Serikat sadar sekali dengan hal tersebut. Dalam hal pengembangan rudal udara-udara, AS saat ini mengandalkan AIM-120 AMRAAM (Advanced Medium Air to Air Missile) yang juga sudah dijual ke negara-negara sahabatnya termasuk Indonesia yang masih menunggu kedatangan AMRAAM pesanannya. Cepat atau lambat, teknologinya pasti akan bocor dan negara seperti Rusia malah bisa memimpin di depan.
Nah, saat ini diketahui bahwa Kantor Kementerian Pertahanan AS telah meluncurkan program penilaian kelayakan teknis untuk senjata udara ke udara jarak jauh bertajuk LREW (Long Range Engagement Weapon) yang ditujukan untuk menjaga dominasi AS di udara. Rudal ini nantinya akan dipakai oleh seluruh angkatan militer AS.
Pentagon sendiri nampaknya berusaha untuk menyembunyikan studi LREW dalam sejumlah program skala kecil bernama ECTD (Emerging Capabilities Technology Development) yang biasanya dipakai untuk mendanai proyek-proyek peperangan elektronika skala kecil. Dalam foto konsep LREW yang dirilis Pentagon, rudal baru tersebut kelak akan memiliki pendorong dua tingkat untuk membuatnya mampu meluncur pada jarak yang sangat jauh.
Kemunculan LREW sendiri sudah tidak bisa dihindari lagi, didorong oleh kapabilitas radar pesawat tempur yang kian lama kian canggih dan mampu mendeteksi sasaran pada jarak yang sangat jauh di luar 200 kilometer sehingga memang dibutuhkan suatu rudal yang mampu memanfaatkan potensi radar tersebut.
Yang kedua, dorongan untuk mampu bertempur dalam jaringan dimana antar pesawat tempur bisa berbagi gambar dan data sasaran membuat rudal seperti LREW dibutuhkan. Jadi, saat pesawat tempur gelombang pertama sudah kehabisan rudal, pesawat tempur gelombang kedua yang sedang menuju sasaran juga mampu melepaskan rudal yang akan terbang pada jarak yang sangat jauh. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com