Pesawat Tanker AU Singapura |
Sesaat setelah lepas landas dari Lanud Paya Lebar, bagi jet tempur tercanggih di Asia Tenggara F-15SG, dengan kecepatan penuh hanya butuh waktu kurang dari satu menit untuk keluar dari teritori udara Singapura. Hal ini menyiratkan betapa terbatasnya ruang udara Singapura. Toh dengan kondisi keterbatasan ruang udara, komposisi interceptor Negara Kota ini sulit ditandingi negara-negara tetangganya, selain F-15SG, masih ada F-16C/D Block 52+. Bila digabung, kedua jet tempur tersebut berjumlah tak kurang dari 90 unit.
Dan jika masih kurang, ada jet tempur lapis kedua F-5S, yang disebut-sebut sebagai varian retrofit tercanggih F-5E Tiger II dan sudah dilengkapi kemampuan air refueling. Ya, istilah air refueling menjadi topik menarik tentang Singapura, pasalnya sejak era A-4 Skyhawk, AU Singapura (RSAF) sudah sangat familier mengoperasikan pesawat tanker.
Dalam konsep pertahanan total yang dikedepankan Singapura, menangkal atau menetralisir ancaman aspek udara dilakukan jauh sebelum sasaran masuk ke ruang udara nasional, sedikit banyak mirip dengan strategi Israel yang ofensif konvensional. Dengan varian jet tempur modern, ditambah gelar sistem hanud (pertahanan udara) kombinasi Iron Dome dan Spyder, secara teori sangat berat untuk menembus pertahanan udara Singapura.
Namun, tak lazimnya negara dengan teritori udara yang amat terbatas, Singapura justru punya armada pesawat tanker terbanyak di Asia Tenggara, bahkan boleh disebut juga yang termodern. Yang paling ‘kuno,’ RSAF hingga kini masih mengoperasikan lima unit tanker dari basis Hercules, yakni 4 unit KC-130B dan 1 unit KC-130H. Malahan KC-130H RSAF sudah dilengkapi glass cockpit dan flight management system laksana KC-130J, sebagai wujud alih teknologi, proses upgrade KC-130H dilaksanakan ST Aerospace.
Satu generasi dengan pesawat tanker TNI AU, KC-130B RSAF juga sudah di upgrade dengan instalasi auxiliary power unit and environmental control systems. Sementara disisi lain, TNI AU kini tinggal memiliki satu unit KC-130B, setelah satu unit lainnya telah mengalami total lost pada musibah di Medan, Sumatera Utara tahun 2015.
Era KC-130B/H yang menawarkan sistem hose pada air refueling digunakan untuk memasok kebutuhan A-4 Skyhawk dan F-5S Tiger. Sedangkan sejak Singapura mulai menerima F-16 Fighting Falcon, RSAF mendatangkan empat unit KC-135R Stratotanker bekas pakai Amerika Serikat. Empat KC-135 yang berpangkalan di Lanud Changi digelar untuk mengawal kebutuhan air refueling F-15SG dan beragam varian F-16 Singapura. Biasanya dalam latihan udara jarak jauh, KC-135 tak pernah absen diterjunkan.
Airbus A330-200 MRTT
Dikutip dari buku “Menjaga Ibu Pertiwi & Bapak Angkasa” karya Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim, disebutkan dana yang dialokasikan untuk mengggelar kekuatan perang Singapura sangat besar. Pada 1998, hanya Israel dan Qatar yang mampu menyamai anggaran pertahanan Singapura.
Sebagai buah dari anggran pertahahan yang melimpah, penggunaan KC-135R Stratotanker, yang di AS sendiri masih digunakan, mulai dipikirkan untuk dilengserkan. Alasannya KC-135R yang produksi dekade 60-an dipandang sudah berusia tua, dan kurang efisien dalam biaya operasional, mengingat dengan basis Boieng 707 menggunakan empat mesin jet.
Dan akhirnya pada akhir 2014 Singapore Armed Force memutuskan untuk membeli enam unit Airbus A330-200 MRTT (Multi Role Tanker Transport) atau yang dikenal juga sebagai KC-10A Voyager. Meski pada prinsipinya punya kemampuan serupa, yakni bisa melayani air refueling dengan mode hose dan boom, namun penggunaan platform Airbus A330-200 yang lebih modern, bisa terbang lebih jauh dan lebih irit bahan bakar dengan mesin mutakhir Rolls-Royce Trent 772B, menjadi pertimbahan utama pemilihan pesawat wide body ini. Selain kemudahan suku cadang dan perawatan, mengingat Singapore Airlines juga mengoperasikan seri Airbus A330 dalam jumlah besar.
Dari enam pesanan Airbus A330 MRTT, satu unit kini telah merampungkan sesi flight test di Toulouse, Perancis, dan dijadwalkan akan dikirim pada awal 2018. Konfigurasi yang dipilih mengacu pada varian yang digunakan AU Australia (RAAF).
Pesawat Tanker Tak Sebatas Urusan Air Refueling
Bila Airbus Defence and Space (ADS) hanya menawarkan konsep pesawat tanker semata, mungkin 10 negara tidak akan berminat membeli Airbus A330 MRTT. Dan bila merujuk ke pakem yang ada, memang pesawat tanker yang eksis di dunia juga mengemban fungsi lain, seperti angkut penumpang dan kargo. Sebut saja KC-130B Hercules TNI AU, justru perannya lebih dominan sebagai pesawat angkut kargo.
Pun dengan Singapura, Negera Kota ini menempatkan empat unit KC-135R tak melulu sebagai pesawat tanker, melainkan juga difungsikan sebagai pesawat angkut VIP dan angkut medis. Khusus untuk Airbus A330 MRTT, AU Singapura melalukan konfigurasi agar dimuati 266 kursi penumpang, dari konfigurasi tersebut menyiratkan Airbus A330 MRTT tak digadang melulu untuk meladeni air refueling, melainkan juga untuk angkut pasukan.
Adopsi pesawat multi fungsi seperti KC-135R dan Airbus A330 MRTT mengendepankan tingkat efisensi tinggi, mengingat satu pesawat dapat memerankan role yang berbeda, ambil contoh AU Singapura tak memiliki pesawat yang ditempatkan khusus pada Skadron Udara VIP.
Bagaimana dengan Indonesia? Meski belum berujung kontrak pembelian, pengadaan MRTT sudah digadang sejak tahun 2015 silam, bahkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto belum lama ini sudah menyebutkan lebih spesifik jumlah empat unit pesawat tanker yang akan diakuisisi Indonesia. Realisasinya? Kita tunggu saja. (Haryo Adjie)
Sumber : http://www.indomiliter.com/