ScanEagle |
Amerika Serikat (AS) menyerahkan enam drone pengintai kepada aliansinya, Filipina, kemarin. Pemberian itu sebagai upaya memperkuat kemampuan Filipina menghadapi meningkatnya ancaman dari para militan dan merespons bencana alam. Enam drone Boeing Insitu ScanEagle itu didanai dari hibah USD13,7 juta dari program bantuan militer asing Washington.
Drone itu memiliki dua kamera dan dapat beroperasi hingga 24 jam dalam sekali terbang. Penyerahan ini dilakukan setelah pemberian dua pesawat pengintai bermesin tunggal tahun lalu. Filipina berencana mengerahkan drone-drone itu untuk mengintai para militan dan perompak serta mengamati kondisi setelah bencana akibat badai, tanah longsor, dan gempa bumi.
“Akuisisi ScanEagle ini merupakan salah satu cara memodernisasi militer untuk menangkal mereka yang ingin melancarkan perang terhadap negara kita,” ungkap Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzanasaat upacara serah terima di pangkalan angkatan udara Manila, dihadiri Duta Besar AS.
Lorenzana menambahkan, “Kolaborasi ini juga indikasi niat baik Filipina dan AS, persahabatan kuat dan komitmen murni untuk perdamaian.” AS menjadi mitra militer paling penting Filipina. Aliansi kedua negara telah berlangsung beberapa dekade dan sejumlah kesepakatan memungkinkan rotasi pengerahan pasukan AS dan latihan gabungan tahunan.
Kendati demikian, hubungan itu diuji dengan sikap Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang cenderung memusuhi AS. Namun, dukungan teknis dan pengintaian dari militer AS membantu Filipina mengakhiri empat bulan konflik di Kota Marawi yang sempat dikuasai militan pro-Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Hingga saat ini, militer Filipina terus melancarkan operasi melawan para militan. Yang terbaru, sedikitnya 44 militan pro-ISIS tewas dan 26 orang lainnya terluka saat tentara Filipina menyerang posisi militan di selatan Provinsi Maguindanao pada Minggu (11/3).
Pertempuran itu awalnya berlangsung dengan sekitar 50 anggota Pejuang Pembebasan Islam Bangsamoro (BIFF) di Kota Datu Saudi Ampatuan sejak Kamis (8/3) pagi dan berlangsung sepanjang hari itu. Seorang tentara terluka ringan dalam baku tembak tersebut.
Sejumlah anggota BIFF tewas dan terluka. Juru bicara militer Filipina Letnan Kolonel Gerry Besana menyatakan, militer melancarkan serangan artileri dengan dukungan udara saat jumlah pejuang BIFF bertambah menjadi sekitar seratus orang dalam pertempuran itu.
Militer Filipina menganggap BIFF yang memiliki 300 anggota itu sebagai organisasi teroris. Selain BIFF, Abu Sayyaf dan Maute juga masuk dalam daftar kelompok teroris. “Sebanyak 17 orang tewas dan terluka di pihak BIFF. Kami masih memburu sekitar 200 orang lainnya,” kata Besana. Pertempuran itu memaksa 500 keluarga di wilayah itu mengungsi. (Syarifudin)
Sumber : https://www.sindonews.com/