Ketika Hawk 109/209 TNI AU Nyaris Menembak Jet Tempur F/A-18 Hornet Australia di Langit NTT - Radar Militer

26 Maret 2018

Ketika Hawk 109/209 TNI AU Nyaris Menembak Jet Tempur F/A-18 Hornet Australia di Langit NTT

 Hawk 109/209 TNI AU
 Hawk 109/209 TNI AU  

Usai jajak pendapat yang menyebabkan Timor Timur (Tim-Tim) lepas dari NKRI (Agustus 1999), militer RI dan Austrlia memang cenderung memiliki hubungan yang makin memanas.
Gesekan antara pasukan Australia yang bertugas di Timor-Timur bisa terjadi kapan saja dengan pasukan TNI yang berjaga di perbatasan NTT-Tim-Tim.
Bentrokan antara pasukan bahkan bisa berpotensi tidak hanya di darat tapi juga di udara.
Pada tanggal 16 September 1999 kegiatan di Lanud El Tari, Kupang yang merupakan pangkalan terdepan yang berbatasan dengan wilayah udara Tim-Tim berlangsung seperti biasa.
Secara rutin para pilot tempur melaksanakan patroli udara dan mendapat perintah menembak jatuh pesawah musuh sesuai ekskalasi kegentingan yang ditimbulkan.
Sejak Panglima Komando Operasi AU (Pangkoopsau) 2 mengancam akan menembak jatuh pesawat Australia yang secara sengaja berani menerobos wilayah udara RI, pelanggaran terhadap wilayah udara memang berkurang.
Terbang patroli (Combat Air Patrol) yang digelar hari itu merupakan bagian inti dari Operasi Petahanan Elang Jaya dan dipantau langsung oleh Komandan Lanud El Tari.
Selain jet tempur A-4 Sky Hawk, Hawk 109/209 dan F-16 yang dipersenjatai senapan kanon kaliber 20 mm dan rudal udara ke udara AIM 9 Sidewinder serta Maverick, kekuatan udara lainnya yang diturunkan adalah pesawat serang darat antigerilya, Rockwell OV-10 F Bronco.
Sesuai briefing yang dipimpin oleh Danlanud, dalam flight plan ditentukan pimpinan taktis tempur udara akan dipegang oleh Kapten Pnb Ashar Aditama dengan wingman Mayor Pnb Henry Affandi dan Lettu Pnb Anton Mengko.
Jet tempur yang diterbangkan Kapten Azhar adalah Hawk 209 TT-1207, sementara Mayor Henry dan Lettu Anton menerbang jet tempur Hawk kursi ganda (tandem), Hawk 109 TL-0501.
Tepat pukul 08.45 Wita, setelah ground crew menyiapkan pesawat mulai dari pengisian bahan bakar, pemasangan senjata, pengecekan kelaikan terbang, dan lainnya, ketiga pilot tempur setelah memberi hormat segera menyalakan mesin serta selanjutnya melesat ke udara.
Dalam hitungan menit kedua jet tempur segera membumbung pada ketinggian 10.000 kaki dan terbang dalam formasi sejajar.
Kedua jet tempur terbang mengarah ke tenggara (225 derajat) menuju batas Flight Information Region (FIR) Darwin. Jarak antarapesawat adalah 1,2 mil dan berperan saling melindungi.
Prosedur tetap untuk terbang patroli tempur wilayah udara perbatasan pun dimulai.
Saat mendekati FIR, Kapten Azhar mengontak pangkalan Satuan Radar (Satrad) 251 Kupang yang mengoperasikan radar jenis Ground Control Interception (CGI).
Komandan regu Satrad 251 yang sedang bertugas, Mayor Haposan selanjutnya melaporkan situasi di udara sesuai pantauan radar.
Diinformasikan saat jam menunjukkan pukul 09.15 Wita menunjukkan bahwa kedua jet tempur masih terbang dalam posisi sejajar, dan tanpa ada tanda kehadiran obyek atau pesawat lain.
Berdasarkan laporan radar bahwa kondisi ruang udara aman-aman saja, kedua Hawk terus terbang dengan tenang menyusuri FIR menuju arah pulau Roti yang berjarak sekitar 80 mil dari Lanud El Tari.
Tapi ketenangan terbang kedua jet tempur Hawk sontak berubah. Hanya dalam hitungan detik, Kapten Azhar dikagetkan oleh laporan Mayor Haposan.
Saat itu, Satrad 251 mendeteksi dua pesawat tidak dikenal melewati 10 mil dari batas FIR Darwin pada ketinggian 8.000 kaki dengan kecepatan 160 knot .
Ditilik dari ketinggian terbang dan kecepatannya kedua pesawat yang sedang melewati batas FIR tampak seperti helikopter.
Kapten Azhar dan kedua rekannya pun mengira bahwa dua obyek itu adalah helikopter dan merupakan sasaran yang cukup mudah bagi kedua Hawk bersenjata lengkap.
Jarak antara kedua Hawk dan dua pesawat penyusup itu sekitar 97 mil, dengan heading 108 derajat dari Satrad 251.
Berdasarkan laporan Kapten azhar, karena kedua pesawat penyusup posisinya makin mencurigakan, Satrad 251 lalu memerintahkan agar kedua Hawk mendekati laporan sasaran dengan sandi X itu (Lasa X).
Kedua Hawk kemudian terbang melesat pada ketinggian 20.000 kaki dan terus dipandu oleh Sastrad 251 mengingat pada jarak tersebut, radar yang dimiliki kedua Hawk belum bisa mendeteksi kedua target.
Dalam kondisi yang makin genting itu, Satrad 251 melaporkan lagi bahwa jarak mereka semakin mengecil menjadi sekitar 40 mil. Situasi itu mengindikasikan ada kemungkinan radar yang dimiliki Hawk sedang di-jamming.
Dengan kata lain dua target justru sedang melancarkan tantangan sekaligus perlawanan.
Karena semakin mencurigakan kedua Hawk kemudian meminta Satrad 251 untuk terus menuntun hingga mendekati Lasa X. Setelah jarak menjadi sangat dekat sekitar 10 mil, naluri Azhar sebagai pilot tempur terlatih segera bereaksi.
Spontan diaktifkannya switch sistem Air Combat Maneuver (ACM), agar sistem penembakan rudal mulai bekerja. Kedua Hawk sudah dalam kondisi siap siaga untuk melakukan duel udara (dogfight) dan rudal udara ke udara pun siap ditembakkan.
Kedua target rupanya tahu sedang dikejar dan radar peringatan dini milik kedua pesawat asing itu rupanya juga telah memberitahu tentang ancaman rudal kepada para pilotnya.
Kedua pesawat asing tiba-tiba melesat terbang untuk mencapai ketinggian 30.000 pada kecepatan 670 knot.
Suatu manuver tempur menghindar tapi juga sekaligus merupakan manuver untuk persiapan menyerang.
Mengetahui bahwa kedua pesawat yang menjadi target melesat menghindar, baik Kapten Azhar maupun Mayor Henry segera menyadari jika sasaran yang sedang dikejar adalah jet tempur dan bukan helikopter.
Tanpa membuang waktu, kedua Hawk segera melesat mengejar kedua target dalam kecepatan penuh, sambil terus membututi manuver menghidar kedua jet tempur lawan.
Dalam kondisi mengejar sambil mengekor sekaligus menyiapkan gempuran rudal, dogfight sengit sebenarnya telah berlangsung di atas Pulau Roti.
Pada posisi tactical lead, Kapten Azhar terus mempertahankan manuver dogfight untuk tetap dalam posisi mengejar dan siap melepaskan rudal.
Kejaran-kejaran antara jet tempur mutakhir pun berlangsung seru hingga akhirnya kedua Hawk berada pada ketinggian 30.000 kaki.
Pada saat itulah secara visual Kapten Azhar melihat dua titik hitam (silhoutte) yang terbang secara vertikal dalam kecepatan 675 knot.
Untuk menghadapi duel rudal, Kapten Azhar dan Mayor Henry segera mengambil posisi serang, sedangkan pesawat Hawk kedua pindah ke posisi belakang untuk memberikan perlindungan.
Pada posisi mengejar itu, tembakan rudal sebenarnya sedang mendapatkan posisi yang ideal.
Tapi kedua pilot Hawk belum berani melepaskan rudal udara ke udara tanpa adanya perintah yang disetujui oleh Panglima Tertinggi (Presiden).
Dalam kondisi yang makin genting itu, tiba-tiba radar GCI memberi informasi bahwa kedua target yang berada di ketinggian 40.000 kaki sontak berbalik arah menuju kedua Hawk dalam posisi siap menyerang.
Pada saat itu kedua Hawk sedang berada dalam ketinggian 32.000 dengan posisi nose up.
Manuver kedua pesawat musuh itu sebenarnya merupakan manuver menghindari gempuran rudal sekaligus memposisikan kedua pilot Hawk terbang ke atas melawan sinar matahari.
Dalam hitungan detik kedua pesawat lawan pun terbang berpapasan melintasi kedua Hawk.
Kapten Azhar yang segera mendongakkan kepalanya ke atas melihat profil jet tempur berekor ganda pada jarak sekitar 5 mil dan kemudian terbang melesat ke arah berlawanan.
‘’F/A-18 Hornet Australia!’’ teriak Kapten Azhar yang merasa akan segera kehilangan kedua buruannya.
Baik Kapten Azhar maupun Mayor Henry, sebenarnya merasa ‘’rugi’’ karena keduanya telah berada tepat di belakang F/A-18 Hornet dan siap menembak.
Sistem ACM sudah aktif, satu dari pesawat sudah dikunci dalam TD Box (penunjuk posisi target), missile lock on, tone slave.
Artinya tinggal menunggu perintah, rudal AIM-9 Sidewinder akan melesat menghancurkan target.
Kapten Azhar sebenarnya sudah mengontak komando bawah untuk meminta perintah selanjutnya, ditembak atau dilepaskan pergi.
Tapi komando bawah ternyata hanya memerintahkan : Bayang-bayangi dan identifikasi! Sayang penembakan rudal yang akan membuat peristiwa paling bersejarah itu telah lewat.
Kedua jet tempur F/A-18 Hornet keburu kabur menuju FIR Australia.
Kedua Hawk pun memutuskan segera kembali ke pangkalan. Missi mengusir F/A-18 Hornet setidaknya sudah sukses tanpa insiden berdarah dan kewibawaan TNI AU sebagai penjaga ruang udara tanah air tetap terjaga.
Setelah insiden dogfight di atas Pulau Roti radar Satrad 251 terus melaksanakan pemantauan dan makin banyak menangkap pergerakan pesawat di FIR Darwin.
Malam harinya bahkan terjadi peristiwa mengejutkan karena delapan F/A-18 Hornet Australia terbang melintas di atas Lanud El Tari.
Penerbangan itu bisa diartikan sebagai penghormatan terhadap kesiagaan jet-jet tempur yang dikerahkan oleh Koopsau 1 dan Koopsau 2.
Atau bisa juga diartikan sebagai show of force, AU Australia yang masih penasaran karena kedua F/A-18 Hornet kabur setelah disergap dua elang besi yang nyaris merontokkan satu Hornetnya. (Agustinus Winardi)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb