Spyder (Surface-to-air PYthon and DERby) |
Namanya Spyder (Surface-to-air PYthon and DERby) buatan Rafael dan Israel Aircraft Industries (IAI), inilah sistem peluncur rudal pertahanan udara (hanud) titik (point defence) yang paling jadi andalan Negeri Pulau Singapura. Dalam satu platform peluncur, Sypder dapat memuat dua jenis rudal hanud yang berbeda, dirancang untuk menggasak sasaran yang terbang rendah dan sasaran dalam medium range. Soal battle proven, pembom intai Tupolev Tu-22MR Backfire dan pesawat serang darat Sukhoi Su-25 Rusia telah menjadi korban keganasan Spyder.
Mungkin karena predikat battle proven dan juga belum lama diluncurkan (2005), platform ini dalam beberapa kali perhelatan selalu ditampilkan sebagai unjuk pamer kedigdayaan alutsista asal Negeri Yahudi. Seperti pada ajang Singapore Airshow 2016 yang berlangsung akhir Februari lalu, Skadron 165 AU Singapura menampilkan dua unit Spyder dalam demo statis di Changi Exhibition Centre.
Bagi Singapura, Sypder diadopsi sebagai pengganti rudal Rapier dari Inggris yang sudah masuk masa purna tugas. Indonesia juga pengguna Rapier dan telah pula memensiunkan, namun sebagai penggantinya adalah rudal Grom buatan Polandia. Merujuk ke sejarahnya, Spyder memang dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan militer Israel. Di luar Israel, negara pembeli pertama adalah Peru (6 peluncur), kemudian diikuti India (18 peluncur), Singapura (12 peluncur), Georgia (?) dan Vietnam pada tahun 2015 resmi memilih Spyder untuk memperkuat arhanud-nya.
Aspek peluncur dengan kemampuan hybrid tak pelak menjadi daya jual utama Spyder. Oleh Rafael, Spyder dibuat agar mudah dioperasikan dan mampu merespon multi target dalam satu kesempatan. Kemudahan pengoperasian juga keunggulan yang ditawarkan, manufakturnya menyebut sista rudal ini dapat dioperasikan oleh awak reguler yang tak perlu pengalaman dan keterampilan khusus, maklum model militer Israel kebanyakan mencomot kekuatan pasukan cadangan dari wajib militer.
Dua jenis rudal yang sanggup dilontarkan Spyder adalah Python 5 dan Derby. Python 5 desain awalnya sebagai rudal udara ke udara jarak dekat, yang kemudian digarap Rafael untuk ground based surface to air missile, dan jadilah rudal ini menyandang predikat SHORAD. Jarak jangkau Python 5 dipatok hingga 15 km, dan mampu melesat sampai Mach 4, atau setara dengan rudal Starstreak yang juga dimiliki Arhanud TNI AD. Untuk menguber sasarannya, Python 5 menggunakan pemandu infra red dan electo optical imaging.
Satunya lagi adalah Derby, ini masuk kategori rudal BVR (beyond visual range), juga varian awalnya adalah rudal udara ke udara. Sekilas desainnya mengingatkan pada rudal legendaries AIM-7 Sparrow. Seperti halnya Python 5, Derby juga punya kecepatan luncur Mach 4, namun sebagai short - medium SAM (surface to air missile), Derby dapat menjangkau sasaran sejauh 50 km. Dengan pemandu active radar homing lewat frekuensi radio, rudal ini dibekali hulu ledak seberat 23 kg. Yang menarik lagi, baik Python 5 dan Derby saat meluncur tidak mengeluarkan asap, menjadikan rudal ini sulit diketahui secara visual, terutama guna mendeteksi posisi peluncur.
Rafael menawarkan dalam dua versi peluncur, Spyder SR yang didedikasikan untuk short range version dan Spyder MR untuk medium range version. Spyder SR terdiri dari peluncur untuk empat rudal. Sementara versi Spyder MR yang diperkenalkan pada tahun 2006 adalah peluncur untuk delapan rudal. Hebatnya kedua versi peluncur dapat mengkombinasi susunan dua jenis rudal (Python 5 dan Derby) dalam satu aksi.
Peluncur dipersiapkan untuk bergerak lincah 360 derajat. Rafael mengklaim sistem Spyder dapat disiapkan kurang dari lima menit. Setelah baterai siap, rudal pertama dapat meluncur dalam waktu lima detik. Guna mendukung pergerakan, Spyder didukung CCU (Command and Control Unit), yakni berupa truk yang dilengkapi sistem radar surveillance penjejak sasaran. Dalam simulasi radar CCU Spyder dapat meng-cover area 40 km, dan dapat beroperasi siang malam dalam kondisi cuaca apapun.
Untuk melakukan aksinya, Sypder dapat menjalankan tiga mode operasi. Yakni mode manual yang dioperasikan oleh operator saat berhasil mendeteksi sasaran manual. Dan ada mode semi otomatis, dimana sistem menemukan, mengidentifikasi, melacak sasaran sampai tahap pelepasan rudal. Untuk peluncurannya tetap dilakukan manual oleh operator. Kemudian yang terakhir mode otomatis, sistem peluncur akan bereaksi sendiri saat pesawat yang diidentifikasi sebagai musuh telah terdeteksi oleh IFF (Identification Friend or Foe).
Seperti halnya sistem rudal Grom, Rapier, Mistral, dan Starstreak, Spyder dapat dioperasikan dalam unit mandiri atau terintegrasi ke dalam formasi pertahanan utuh. Yang disebut terakhir artinya Spyder tak hanya sekedar peluncur, melainkan ada wahana CCU, dua kendaraan penyuplai (logistik) rudal dan satu kendaraan service vehicle. Dalam paket baterai sistem Spyder, skemanya satu CCU vehicle untuk mendukung enam kendaraan peluncur.
Guna menyesuaikan keinginan customer, platform Spyder dapat dipasang pada berbagai merek truk. Sebagai contoh, Spyder milik Singapura mencomot basis truk MAN TGS 6×6, dan Spyder CCU menggunakan truk MAN 8×8. Lain lagi dengan India yang menggunakan truk buatan dalam negeri, Tata. Tata 6×6 untuk peluncur dan Tata 8×8 untuk CCU. Lalu Georgia memilih platform truk ROMAN. Rafael menyebut basis Spyder cocok untuk disematkan di truk Mercedes Benz Actros, Tatra, dan beragam jenis merek truk ternama lainnya.
Kembali ke soal battle proven, Tu-22MR Backfire dan Su-25 Rusia tertembak Spyder SR milik Georgia pada tahun 2008, pada saat itu tengah berkecamuk perang antara Rusia vs Georgia. Memang predikat battle proven menjadi poin promosi yang menarik dalam industri pertahanan.
Lepas dari 12 peluncur Spyder, AU Singapura juga masih punya rudal hanud medium range yang punya nama besar, yaitu rudal Hawk buatan Raytheon Corporation, AS. Hawk mampu menjangkau sasaran hingga 24 Km dengan ketinggian luncur 14 Km. Nah, di zona SHORAD pun Singapura tak kalah koleksi dari Indonesia, setidaknya Singapura juga mengoperasikan RBS-70 dari Swedia, rudal Igla dari Rusia, dan Mistral dari Perancis. (Haryo Adjie).
Spesifikasi Python-5 :
- Length: 310 cm
- Span: 64 cm
- Diameter: 16 cm
- Weight: 105 kg
- Guidance: IR + electro-optical imaging
- Warhead: 11 kg
- Range: 15 km
- Speed: Mach 4
- Span: 64 cm
- Diameter: 16 cm
- Weight: 105 kg
- Guidance: IR + electro-optical imaging
- Warhead: 11 kg
- Range: 15 km
- Speed: Mach 4
Spesifikasi Derby :
- Length: 362 cm
- Span: 64 cm
- Diameter: 16 cm
- Weight: 118 kg
- Guidance: Active Radar
- Warhead: 23 kg
- Range: 50 km
- Speed: Mach 4
- Span: 64 cm
- Diameter: 16 cm
- Weight: 118 kg
- Guidance: Active Radar
- Warhead: 23 kg
- Range: 50 km
- Speed: Mach 4
Sumber : Indomiliter