Panser Kanon 6X6 PTL02 |
PLA alias Tentara Pembebasan Rakyat RRC memilih WZ-551 sebagai platform tank destroyer terbaru mereka. Didasarkan atas WZ-551, PTL02 ditujukan khusus untuk Brigade reaksi cepat PLA. Dari segi bentuk luar, sekilas WZ-551 memiliki bentuk yang mirip seperti kendaraan angkut pasukan VAB dari Perancis, yang tentu saja jadi mirip dengan Anoa buatan Pindad. Kalau mau melihat bentuk ranpur dasarnya, Kostrad memiliki WZ-551 dan sudah beberapa kali dipamerkan dalam pameran alutsista, seperti di Monas pada Oktober 2012.
Pada dasarnya, WZ-551 yang mulai diperkenalkan pada 1986 didasarkan pada sasis truk Southwest Automobile Works Tiema XC2030, yang merupakan tiruan truk Mercedes Benz 2060. Sejumlah penyempurnaan dilakukan sehingga versi definitifnya baru dianggap laik tugas pada 1991. Bobot tempur kendaraan ini seberat 15,3 ton, dan konfigurasi kabinnya mirip dengan VAB: pengemudi dan komandan di depan, kompartemen mesin di tengah, dan penumpang di belakang. Seluruh kabin dilindungi oleh proteksi nubika.
Untuk mesin, WZ-551 menggunakan mesin desain Jerman BF8L413F delapan silinder dengan turbocharger, yang dikawinkan dengan transmisi 5S-111GPA yang memiliki konfigurasi 9 gigi maju dan 1 gigi mundur. Mesin tersebut mampu menyemburkan daya sebesar 320hp @2.500rpm, yang dalam keadaan kosong diterjemahkan menjadi kecepatan 85km/ jam di jalan raya. Kendaraan ini juga memiliki kemampuan renang di permukaan berkat penggunaan dua waterjet di sisi belakang. Fitur lainnya adalah pemasangan CTIS (Central Tire Inflation System) dimana pengemudi dapat mengatur tekanan pada ban sesuai dengan kebutuhan medan, mulai dari 0,1MPa-0,6MPa.
Untuk kebutuhan pasukan reaksi cepatnya, PLA kemudian menurunkan WZ-551 dalam konfigurasi tank destroyer dengan sandi PTL02. Dibandingkan dengan WZ-551, PTL02 tidak memiliki kemampuan renang karena bobotnya yang bertambah. Penambahan bobot ini disebabkan oleh kubah dengan kanon 100mm high pressure-low recoil yang awalnya merupakan kanon antitank tarik berkode Type 89. Versi PTL02 memiliki bobot 19 ton, cukup mengagumkan untuk ukuran ranpur yang mengusung kubah berkanon.
Dengan dimensinya yang kompak, PTL02 dapat dimobilisasi dengan pesawat angkut medium Il-76MD atau Shaanxi Y-8 (Il-12) buatan RRC. Satu Il-76 dapat mengangkut 3 PTL02, memungkinkan seluruh batalion diangkut hanya dengan 6 pesawat. Untuk Y-8, kapasitas angkutnya hanya muat untuk 2 PTL02. Doktrin PLA menggariskan bahwa batalyon PTL02 ditempatkan dibawah kendari resimen artileri yang merupakan komponen organik dari Divisi Infanteri.
Ganasnya 105mm 6×6
Untuk menambah daya gebuk dari PTL02, Norinco kemudian merilis varian PTL02 dengan meriam berulir (rifled) 105mm. Harus diakui, ambisi Tiongkok untuk menanamkan kubah dengan Meriam sebesar ini pada platform panser 6×6 harus diacungi dua jempol karena ternyata bisa dan berhasil. Jamaknya, kubah bermeriam 105mm dipasang pada platform 8×8 supaya stabil, apalagi menghadapi hentakan tolak balik yang besar.
Andaikan riset industri pertahanan dalam negeri memang berniat, apa bedanya WZ551 dan Anoa, sama-sama berpenggerak 6×6? Kenapa kita terus-terusan berkutat dengan Meriam lawas 90mm yang sudah ketinggalan jaman itu seperti yang terpasang pada Badak?
Dari segi tampilan luar, PTL02-105 memiliki bentuk kubah yang lebih menyudut, wedge shaped untuk menambah kemampuan defleksi dari munisi APFSDS dan tentunya menambah ketebalan baja untuk menangkal penetrasi HEAT. Kanon 105mm yang diusung PTL02 mampu memuntahkan munisi APFSDS (Armor Piercing Fin Stabilised Discarding Sabot) alias munisi Kinetik yang ampuh melalap ranpur atau bahkan tank.
Untuk menambah jangkauan daya pukul PTL02, RRC menawarkan varian lokal dari rudal 9K116 Bastion (AT-10 Stabber) yang berpemandu laser yang diluncurkan melalui laras kanon. 9K116 sendiri mampu meluncur maksimal sejauh 5.000 meter, atau diluar jangkauan tembakan kanon tank lawan. Hulu ledak tandemnya memberikan daya penetrasi 650mm setelah menembus lapisan ERA tunggal dan menusuk langsung ke kulit RHA (Rolled Homogeneous Armor).
Penggunaan rudal ini menjadi keniscayaan, mengingat tipisnya lapisan baja WZ-551. Perlindungan anti peluru WZ551/PTL02 terbatas pada munisi 7,62mm AP secara frontal, sementara samping, atas, dan belakang hanya sanggup menahan munisi 7,62mm ball dari jarak 100 meter.
Untuk kubah PTL02 sedikit lebih baik, sisi depan kubahnya mampu menahan hantaman proyektil 12,7x99mm NATO dari jarak 100m. Satu PTL02 biasanya membawa kombinasi amunisi 12 peluru APFSDS, 7 peluru HEAT, 7 peluru HE, dan 4 rudal 9K116. Untuk keperluan dukungan tembakan untuk infantri, tersedia munisi HE (High Explosive) konvensional.
Untuk menjinakkan daya hentak kanon 105mm, Norinco mengaplikasikan sejumlah teknik. Yang paling utama adalah menggunakan peredam atau hydraulic dampers ganda di atas pangkal laras. Yang kedua adalah sistem kotak rel yang memungkinkan komponen laras bergerak kebelakang mengikuti arah tolak balik.
Sementara yang ketiga, penggunaan muzzle brake dengan multi-slot untuk mengurangi hentakan akibat gas yang keluar dari mulut laras secara tiba-tiba. Penembakan yang akurat didukung oleh sistem stabilisasi dua sumbu mekanikal pada meriamnya, yang memiliki akurasi elevasi max 1,0 mil dan azimuth max 2,5 mil Sebagai senjata bela diri, disediakan senapan mesin 14,5mm untuk fungsi anti pesawat dan 7,62x39mm koaksial untuk anti infantri.
Biarpun memiliki sistem kanon yang mumpuni, sistem kendali penembakan (FCS, Fire Control System) pada kubah dua orang WZ-551 memiliki sejumlah keterbatasan. Keunggulan dari FCS pada PTL02 adalah kemampuannya untuk auto-tracking mengikuti sasaran pada jarak 500-2.500m, plus fitur stabilisasi dimana dari saat menjejak ke penembakan meriam membutuhkan waktu 5-7 detik.
Sementara apabila sistem diset pada manual dan stabilisasi gambar yang tertangkap di lensa digunakan, maka waktu penembakan makan waktu 5-10 detik. Selain itu terdapat fitur laser rangefinder yang membaca jarak sasaran ke kendaraan secara akurat. Laser rangefinder ditembakkan sebanyak tiga kali, dimana sistem akan membaca hasil pertama dan terakhir untuk mendapatkan data yang paling akurat.
Sayangnya, PTL02 kurang mumpuni diajak bertempur malam dalam kondisi standar. Pangkalnya adalah sistem primitif Type 37A yang terpasang, yang tidak lebih dari lampu sorot IR. Type 37A dapat menyinari sasaran pada jarak 700-900 meter apabila sasaran benar-benar kontras warnanya dengan medan disekeliling, jarak pandang jernih pada jarak 1,5km, dan medan disekeliling tidak memantulkan cahaya. Apabila cuaca buruk atau tidak ada sinar disekeliling, kemampuannya melorot drastis.
Lampu sorot IR juga memiliki kelemahan, dimana berkas sinar yang dipancarkan pasti dapat tertangkap oleh NOD (Night Optical Device) atau NVG (Night Vision Goggles) yang dikenakan lawan. Alternatifnya, pembeli dapat memasang opsi thermal imaging sight untuk penembak dan komandan.
Dalam beberapa manuver PLA, PTL02 terutama yang menggunakan kanon kaliber 100mm telah menjalani serangkaian uji penembakan. Dari foto-foto yang ada, terlihat bahwa walaupun laras meriamnya dipasangi bore evacuator untuk mencegah asap penembakan masuk kembali ke kompartemen, pintu belakang kendaraan dibuka untuk menghilangkan asap yang masuk ke kendaraan.
Di Indonesia sendiri, Norinco pernah menawarkan versi ekspor dari PTL02 yang mengusung meriam 105mm pada medio 2008-2010. Pendekatan yang dilakukan cukup intensif, sampai presentasi oleh perwakilan pabrikan di hadapan pada perwira Kavaleri dan Pindad. Selain varian kanon/ TD, Norinco menawarkan varian angkut pasukan dan mortar carrier 120mm. Sayangnya, PTL02 harus takluk terhadap Black Fox.
Nah, walaupun tidak beruntung di Asia Tenggara, Norinco punya pasar yang besar di negeri Afrika. Dikemas ulang dengan nama WMA301 Assaulter, sejumlah negara Afrika seperti Djibouti, Kamerun dan Chad membeli PTL02, yang bahkan oleh Chad sudah pernah diterjunkan dalam operasi melawan Boko Haram.
Dengan kemampuan militer Afrika yang sangat terbatas, WMA301/ PTL02 menjadi racikan yang pas dengan daya gebuk optimal tapi harga sangat terjangkau. Perubahan paling kentara nampak pada kubah yang diperbesar dibandingkan dengan PTL02, yang informasinya diberi kode CARA105. (Aryo Nugroho)
Spesifikasi Panser Kanon PTL02 :
- Bobot tempur: 19 ton
- Bobot kosong: 13,5 ton
- Awak: 4+1
- Panjang: 6,8m
- Lebar: 2,8m
- Tinggi: 2,01m
- Jarak sumbu: 1,9m
- Lebar tapak ban: 2,44m
- Lintas parit: 1,2m
- Rintang vertikal: 0,55m
- Radius putar: 19m
- Ground clearance: 0,4m
- Sudut datang: 45 derajat
- Sudut pergi: 40 derajat
- Lintas genangan: 1,2m
- Mesin: diesel BF8L413FC 4 langkah, pendingin udara, turbocharger daya 320hp @2.500rpm
- Transmisi: 58111GPA mekanikal dengan gear synchronizer
- Ban: run flat 14.00R-20
- Kecepatan di jalan: 85km/jam
- Jarak jelajah: 600km
- Sistem Senjara kanon 105mm)
- Jarak tembak HE: 10km
- Jarak tembak APFSDS: 1,85km
- Kecepatan tembak: 6peluru/ menit
- Pengisian peluru: Manual oleh kru penembak
- Amunisi: total 30 peluru 105mm; 480 butir peluru 12,7mm; 800 butir 7,62mm