Campur Tangan Uni Soviet di Afghanistan |
Dalam rangka membawa kembali stabilitas politik di dalam negeri Afghanistan, Uni Soviet berinisiatif melakukan campur tangan. Pemerintah Marxis-Lenin mengirim 75 ribu pasukannya masuk ke Kabul dengan satu tujuan, yakni mendudukkan Babrak Karmal sebagai pemimpin yang baru.
Untuk melenggangkan kekuasaanya di Afghanistan, Karmal harus menggulingkan dan membunuh Presiden Hafizullah Amin. Dengan bantuan pasukan USSR, sang Perdana Menteri melakukan kudeta militer yang dimulai tepat 37 tahun yang lalu pada 27 Desember 1979 pukul 19.00 waktu setempat.
Operasi militer yang dinamai Badai-333 itu berlangsung selama satu hari penuh. Berakhir saat sebuah stasion radio di Kabul menyiarkan berita eksekusi Presiden Amin yang saat itu memang sudah kehilangan popularitasnya.
Menumbangkan satu rezim dan mendirikan era pemerintahan baru, tidaklah menyelesaikan masalah di dalam negeri Afghanistan. Pemakzulan Amin melahirkan pasukan pemberontak yang dikenal dengan Mujahideen. Sementara penempatan Karmal tak lebih dari pemerintahan boneka ala Soviet.
Namun seperti dilansir dari History, Selasa (27/12/2016), perkawinan Soviet dan Karmal ini tidak berlangsung lama. Mujahideen terus memberontak hingga 10 tahun dan mengakhiri pemerintahan boneka tersebut.
Kekalahan Soviet di kemudian hari meninggalkan utang besar bagi pewarisnya, Rusia. Perang saudara yang berkepanjangan di Afghanistan juga berbuah kematian ribuan orang Soviet. Hal ini juga mengakhiri ketegangan hubungan antara USSR dan Amerika Serikat.
Kala itu, Presiden AS Jimmy Carter menanggapi intervensi Soviet di Afghanistan dengam mencabut perjanjian SALT II yang sudah dipertimbangkan Kongres. Perjanjian yang ditandatangani pada Juni 1979 tersebut dirancang untuk mengembargo pengiriman kendaraan bersenjata nuklir antara AS dan Soviet.
Carter juga menghentikan pengiriman gandum ke Soviet dan memerintahkan Negeri Paman Sam untuk memboikot Olimpiade 1980 yang akan diselenggarakan di Moskow. Reaksi internasional terhadap seruan itu sangat luar biasa.
Timur Tengah menjadi kawasan paling kacau selama 1980. Organisasi Kerjasama Islam (OKI) lantas mendesak Soviet segera mundur dari intervensi politiknya di Afghanistan. Bahkan negara anggota Gerakan Non-Blok (GNB) jadi terpecah soal keabsahan legalitas pasukan Soviet ke Afghanistan.
Sumber : http://news.okezone.com/